Bab 28

2.1K 84 25
                                    

Hai.. hai... Hai...
Maaf ya, baru update. Karena sejak tahun baru aku sibuk. Dan baru sempet nulis.
Semoga kalian yang baca tetap selalu sehat, bahagia.
Okdeh, selamat membaca 🥰

[]

Sely masih merintih kesakitan di bagian perut bawahnya. Darahnya yang keluar dari kelaminnya pun belum berhenti. Bahkan dokter harus memberikan dua kantong darah untuk tubuhnya. Entah mengapa semua ini bisa terjadi padanya. Yang semula dipikirnya hanya gejala datang bulan seperti biasanya. Namun setelah ia ingat lagi, bulan lalu dirinya melewatkan menstruasi rutin. Dan itu baru pertama kali baginya, jadi wajar kalau bulan ini ia mengalami pendarahan. Pikirnya.

Sely juga tidak menyangka kalau yang akan menolongnya justru orang yang sudah ia sakiti hatinya, Zelin dan Rendi. Ada perasaan malu dan pilu menjadi satu. Air matanya tanpa terasa menetes, entah ini adalah karma baginya atau hanya sekedar pendarahan biasa saja. 

"Kamu akan baik-baik saja, Sel," ucap Zelin sambil mengusap tangan Sely yang bebas dari selang infus. Dan ini pertama kalinya mereka bicara setelah setengah hari terlewatkan begitu saja. 

"Kamu senang kan melihat aku sakit!" Sarkas Sely kepada Zelin yang dengan tulus membantunya. "Aku tahu dalam hatimu, aku harus baik-baik saja supaya kalian bisa mempermalukan ku lebih jauh lagi."

Zelin mengerutkan keningnya, bingung dengan apa yang terjadi pada Sely. Sedangkan Rendi yang sejak tadi diam sambil membaca aplikasi Alquran di ponselnya langsung menatap Sely. 

Belum juga Zelin membuka mulutnya untuk bicara, tiba-tiba dokter dan beberapa perawat di belakangnya masuk. "Selamat Sore semuanya," sapa dokter pria yang masih terlihat muda, tampan dan tinggi dengan name tag Leo di saku kirinya. Senyumnya yang ramah membuat atmosfer ruangan itu menghangat. 

"Sore, Dok," balas Zelin dan Rendi bersamaan. 

Dokter yang bernama Leo tadi berdiri di samping Sely, mengecek selang infus, dan kantong darah yang sudah hampir habis. Lalu, beralih ke Sely sendiri. "Mbak Sely, bagaimana keadaannya? Apa yang dirasakan saat ini?"

"Kenapa rasanya nyeri sekali di bagian perut bawah saya?" Sely menunggu jawaban dari dokternya. 

"Oh, wajar. Karena pendarahannya masih terus keluar. Kalau boleh saya tahu, Mbaknya sudah menikah?"

Sely menggeleng pelan. 

Ada ekspresi terkejut dari wajah sang dokter. Bahkan dua perawat di belakangnya juga saling bertukar pandang. 

"Memangnya kenapa, Dok?" Tanya Sely penasaran. 

"Uhm, begini… kapan terakhir haid?" 

"Saya lupa, Dok," dustanya. 

"Bulan lalu gimana?" 

"Uhm, lancar kok. Tt-tapi saya lupa tanggal berapanya." Suara Sely bergetar. 

Dokter Leo tersenyum, "oh gitu. Baiklah, Mbak Sely harus banyak istirahat supaya pendarahannya cepat berhenti. Kami harus melakukan observasi lagi, terutama untuk area perut bawah. Nanti saya kesini lagi. Semoga lekas sehat untuk Mbak Sely."  

Dokter pamit dan keluar dari kamar, diikuti dua perawat tadi. 

Baik Sely, Zelin dan Rendi mereka kembali diam dan saling melirik saja. 

Wanita Simpanan! [End] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang