Bab 19

3.2K 66 3
                                    

Rendi kalang kabut karena dua hari Sely tidak masuk kerja dan tidak ada kabar. Akhirnya pria alim itu memutuskan untuk mencari Sely ke rumah Kevin. Setelah pulang dari bekerja. Bahkan temannya yaitu Kevin pun juga tidak ada kabar. Rendi tahu kalau Kevin memang tidak berfokus hanya pada kafe Saja. Karena ada perusahaan lain yang harus menjadi prioritas seorang Kevin. Namun, kali ini berbeda saat Zelin mengirimkannya pesan untuk menanyakan keberadaan suaminya.

Rendi mengetuk pintu rumah mewah milik Kevin. Setelah ia diizinkan masuk oleh satpam di depan. Ketukan itu disambut oleh suara merdu yang Rendi hapal itu adalah suara Zelin.

Pintu terbuka dan nampak seorang wanita cantik alami, dengan tatapan lembut dan senyumnya yang tulus.

"Hai, Zel!"

"Oh, Rendi. Silakan masuk." Zelin membuka pintu kayu ukir itu lebar-lebar untuk memudahkan Rendi masuk ke dalam. "Duduk, Ren. Aku buatkan teh hangat dulu." Zelin bergerak ke arah dapur sedangkan Rendi duduk di sofa. Tidak berapa lama pun Zelin kembali membawa nampan perak berisi secangkir teh hangat dan cemilan yang dibuat oleh asisten rumah tangganya.

"Silakan diminum dan dicicip, Ren," ucap Zelin sembari duduk di hadapan Rendi.

Rendi pun mengambil cangkir berisi teh manis hangat, meminumnya sedikit lalu meletakkan nya kembali di tempat semula.

"Kamu sendirian?" Tanya Rendi sambil celingukan ke sekitar rumah mewah tersebut. Sebenarnya mencari keberadaan Sely juga pastinya.

"Iya, sudah dua hari dua malam aku sendiri. Kevin tidak pulang dan tak ada kabar. Ponselnya mati. Dan secara kebetulan juga, Sely pun tidak pulang. Entah memang mereka pergi bersama atau ya... Hanya kebetulan saja. Apa kamu tahu kabar Sely?" Jantung Zelin berdebar cepat. Khawatir kalau apa yang dibicarakannya membuat Rendi tersinggung.

Rendi menggeleng lemah dengan bibir yang tersenyum. "Sama kok. Aku malah diblokir Sely. Aku pikir dia marah karena dua hari lalu motorku rusak dan aku membawanya ke bengkel. Tapi setelah aku cek, Sely memang tidak masuk kerja sejak hari itu."

Keadaan begitu canggung. Zelin ragu apakah harus memberitahukan kepada Rendi kalau Sely dan Kevin berselingkuh. Yang Zelin takutkan adalah Rendi tidak mempercayainya. Dan dianggap mengada-ada karena Rendi tahu masa lalu Zelin dan Sely tidak baik. Dan dianggap menjelekkan Sely karena ingin balas dendam.

"Zelin, apa selama Sely tinggal di rumahmu, ada tingkahnya yang berbeda? Atau dia jadi lebih dekat dengan suamimu? Maaf aku lancang, bukan maksudku untuk memanasi situasi. Hanya saja uhm aku merasa memang ada yang tidak baik." Rendi bergerak untuk membenarkan duduknya. Karena dia sama gugupnya dengan Zelin.

Zelin berdiri, "tunggu sebentar ya, aku akan kembali." Sely berjalan ke kamar dan saat kembali ia  membawa bra serta ikat rambut yang Zelin duga adalah milik Sely yang ia temukan di kamarnya. Dan Zelin melihat kalau Rendi bingung dengan barang yang dia bawa.

"Apa itu?" Tanya Rendi.

"Kamu nggak tahu ini apaan?"

"Ya tahu, bra dan kuncir rambut. Tapi kunciran itu punya Sely." Rendi hapal benar dengan ikat rambut itu.

Zelin tersenyum dan menghembuskan napas pelan. "Barang-barang ini aku temukan di kamarku."

Rendi mengerutkan keningnya, "bra itu punya siapa?"

"Sely ku rasa."

"Tapi untuk apa kedua barang itu ada di kamarmu?" Saat Rendi melontarkan pernyataan itu, pria itu melihat kesedihan yang begitu dalam di mata Zelin.

"Aku nggak tahu pastinya. Yang jelas, kedua barang ini aku temukan di kamarku saat aku sedang beberes kamar. Dan di kamar Sely aku menemukan kalung berlianku. Kalung yang dihadiahkan Kevin padaku saat aku ulang tahun, tahun lalu. Aku yakin itu kalungku, karena berlian itu limited edition. Hanya ada 5 di dunia. Salah satunya aku pemiliknya. Dan saat aku memastikan di kamarku, hanya tinggal kotaknya beserta surat-surat nya saja. Kalung berlian nya tidak ada." Zelin takut sekali kalau apa yang dia ucapkan dianggap manipulasi oleh Rendi.

Wanita Simpanan! [End] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang