3

196 5 0
                                    

Aku benar-benar tidak bisa fokus dengan penjelasan dosen yang sejak tadi menjelaskan materi di depan. Pikiranku masih memikirkan tentang kejadian kemarin.

Bagaimana bisa aku menuruti perintah laki-laki itu untuk membereskan markas yang lebih mirip istana itu. Setelah selesai membersihkan markas itu aku langsung bergegas pergi sebelum kumpulan laki-laki gila itu kembali.

"Baik untuk kelas ini kita sudahi sampai sini. Jangan lupa dipertemuan selanjutnya saya akan mengadakan kuis, jadi persiapkan dengan baik"

Aku semakin lemas di tempat. Bagaimana bisa aku fokus kuliah kalau begini. Dan lagi aku ini anak hukum, tapi kenapa aku tidak bisa membebaskan diri dari laki-laki itu. Rasanya semua ilmu hukum yang aku pelajari sampai saat ini tidak berguna.

"Oy"

"Apa?" Tanyaku lemas. Hana merangkulku. "Jangan lemes gitulah. Lupain aja masalah taruhan itu. Kalo lo ngga ketemu sama tuh cowok, lo ngga akan disuruh-suruh kaya kemaren dan plusnya lo bisa bebas dari taruhan itu. Lagian tuh cowok ngga punya nomor lo kan? Jadi ngga perlu khawatir" jawab Hana.

Benar juga yang dikatakan Hana. Asalkan aku tidak bertemu dengannya aku bisa bebas. Jadi kesimpulannya aku hanya perlu menghindari laki-laki itu.

"Bener juga. Ke mall yuk gue pengin beli novel inceran gue" balasku semangat. Hana tersenyum lalu menganggukan kepala dengan semangat. "Gue juga pengin beli komik"

***

"Rame apaan tuh?" Tanyaku lirih. Banyak kerumunan di depan gedung fakultasku. Rata-rata perempuan yang memenuhi tempat ini.

Aku mencegah mahasiswa lainnya yang ingin menuju kerumunan itu. "Ada apa sih kok rame gitu?"

"Gue denger ada Juna dari fakultas ilkom di depan" jawab mahasiswa itu. "Juna?" Ulangku bingung.

"Lo liat sendiri aja" mahasiswa itu kembali berjalan meninggalkan aku yang bingun dan Hana yang terlihat kaget.

"Tadi dia jawab ada Juna? Di depan fakultas kita?" Tanya Hana sedikit histeris.

"Siapa sih? Emang orang penting banget ya?" Aku balik bertanya. Tiba-tiba tanganku ditarik oleh Hana menuju kerumunan itu. "Eh Han mau kemana?"

"Permisi" ucap Hana keras.

Akhirnya aku dan Hana sampai di depan kerumunan itu. Aku membulatkan mata terkejut. Dia? Yang dimaksud Juna itu dia? Aku semakin menurunkan topiku, untung hari ini aku memakai topi.

Aku harus segera pergi dari tempat ini. Aku mulai berjalan mundur dengan pelan, berusaha agar laki-laki bernama Juna itu tidak menyadari keberadaanku.

Saat sudah agak jauh dari tempat Hana, aku langsung berbalik badan.

"Stop"

Sial, aku ketahuan. Aku berusaha melepaskan tangan yang menahan pundakku. "Ada apa ya?" Tanyaku masih belum membalikan badan.

Tangan yang ada di pundakku lepas, aku langsung bernafas lega. Sepertinya dia kira aku bukan 'cewek hasil taruhannya'.

Tiba-tiba ada yang melepas topiku. Aku langsung mengangkat kepala saking terkejutnya.

Dobel sial. Aku kira laki-laki itu sudah pergi. "Tatapan lo kayanya nunjukin kalo lo ngga suka liat gue di sini"

'emang'

"Ngehindar dari gue?" Tanya Juna, laki-laki yang bertaruh dengan Randy. Kalau dipikir-pikir aku baru tahu namanya hari ini, tapi itu tidak penting. Yang terpenting sekarang adalah bagaimana aku keluar dari kerumunan ini dan lepas dari laki-laki bernama Juna ini.

Aku menarik tangan Juna, keluar dari kerumunan dan meninggalkan Hana dengan muka bingungnya.

***

"Kamu ngapain di sini?" Tanyaku kesal.

"Oh sekarang udah aku-kamu. Cih, gayanya aja nolak" ucap Juna. Dia sekarang sedang mengejekku?

Aku menghela nafas panjang, berusaha sabar menghadapi laki-laki brengsek di depanku ini.
"Jadi tujuan kamu ke sini apa? Tolong balikin topi saya!"

"Ini" Juna menunjukkan topiku. Aku meraih topi itu, tapi sebelum aku berhasil menggapainya Juna mengangkat tangannya tinggi.

Diskriminasi apa lagi ini? Aku tahu dia tinggi, apa harus begitu cara memamerkannya? Dasar sombong.

"Jawab dulu pertanyaan gue. Kenapa kemaren pergi gitu aja?" Tanya Juna datar.

"Kan saya udah beresin 'markas' kamu, emangnya saya harus ngapain lagi?" Tanyaku balik. Juna memasangkan topi itu di kepalaku. Baik juga dia.

"Jadi kamu mau jad..."

"Ayana" aku menoleh kebelakang, di sana berdiri laki-laki berpakaian rapi sedang melambaikan tangannya ke arahku.

"Bagas?" Ucapku lirih.

Bagas berjalan menghampiriku. "Gue cariin juga. Lo lupa hari ini lo mau bantuin gue"

"Oh iya!" Aku benar-benar lupa tentang janjiku dengan Bagas. Kami sedang merencanakan sesuatu yang spesial.

Juna menarikku agar berdiri di sebelahnya. "Lo ngga liat gue masih ada perlu sama cewek gue?"

Bagas mengusap lehernya. "Eh sori kalo ganggu. Kita bahas nanti aja, kalo gitu gue balik dulu". Bagas pergi meninggalkan aku dan Juna. Padahal di kepalaku sudah tersusun rencana untuk melarikan diri.

"Jangan lupa lo sekarang itu cewek gue!" Ucap Juna tegas. Aku memandangnya malas, aku tidak perduli tentang itu.

Aku berdiri sedikit menjauh dari Juna. "Jadi kamu mau jadiin saya barang taruhan sampai kapan?"

Juna menyilangkan kedua tangannya. "Sampe gue bosen?"

Kurang ajar. Dia pikir aku barang, kalau tidak suka tinggal dibuang. Tapi tunggu, kalau aku bisa membuat dia bosan berarti aku bisa lepas dengan cepat.

"Kalo gitu saya permisi dulu" aku berjalan meninggalkan Juna, untung tidak dikejar.

Happy EndingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang