Tertarik Padamu ~ 7

4.6K 609 8
                                    

SANDYA POV

Aku terdiam sambil terus menatap ponsel. Bingung apa yang harus dilakukan sekarang. Jadi, Pandu akan menjemputku? Baiklah, aku nggak mungkin bisa menolaknya lagi. Alhasil, sekarang aku hanya bermain ponsel di dalam kost-anku menunggu dia datang.

Saat sedang asyik bermain Subway Surf, Niken mendadak mengirim pesan. Aku agak ragu untuk membukanya. Setelah menyampaikan amanat Pandu waktu itu, dia terus memberondongi aku dengan sejuta pertanyaan tentang hubunganku dengan lelaki putih itu. Yang tentu saja kujawab seadanya.

Saat kubuka, ternyata dia mempertanyakan pertemuanku dengan Pandu karena melihat postingan Kayla. Dia berpikir jika Kayla sudah bertemu Pandu, artinya aku pun sudah. Namun, seperti biasa aku hanya menjawab singkat. Nggak pernah mau membuka celah lagi untuk berharap pada penyanyi muda itu.

Saat tengah mengakhiri perbincangan online kami, aku mendengar pintu kost-anku diketuk kencang. Kuputuskan mengintip dulu lewat jendela.

Begitu terkejutnya aku ketika melihat seorang lelaki berpakaian serba hitam yang sedang menggedor-gedor pintu.

Wajahnya nggak terlihat, dan itu semakin membuatku takut karena belakangan ada gadis di komplek ini yang menjadi korban pelecehan oleh lelaki asing.

Aku segera bersiaga. Mengambil sapu dan berdiri dibelakang pintu. Lelaki asing itu tampak masih melakukan hal yang sama.

Setelah membaca basmallah, aku langsung membuka pintu cepat. Namun, saat hendak memukul, lelaki itu justru memaksa masuk ke dalam kamarku.

Tentu saja aku mengejarnya. Saat melihatnya duduk di ranjang, segera kupukuli dia habis-habisan. Nggak ada ampun pokoknya.

"Pergi kamu dari sini! Mentang-mentang badanku kecil kamu mau mencoba melecehkanku?! Cepat pergi sek--"

"San--Sandya tenang dulu. Ini aku Pandu." Segera aku berhenti memukuli lelaki itu setelah mendengar ucapannya.

"Pandu?"

"Iya, kenapa kamu memukulku?"

Aku meringis pelan. "Aduh, maaf. Aku kira kamu orang jahat yang memaksa masuk ke sini."

Pandu mengusap-usap lengannya yang sakit. "Lain kali lihat dulu. Jangan main hakim sendiri."

Aku mengerucutkan bibir. "Iya-iya. Tapi, kamu kenapa pake baju yang tertutup dan serba hitam begini? Habis melayat?"

"Aku seorang publik figur, San. Tentu saja harus menyamar kalau nggak mau diuntit."

Aku lantas manggut-manggut. Berpikir kalau itu adalah hal wajar bagi seorang penyanyi terkenal sepertinya.

"Tadi ada seorang gadis yang mengenaliku. Makanya aku lari dan menggedor-gedor pintumu. Supaya dia nggak ngikutin," sambungnya.

"Ya, udah. Kita pergi sekarang?" tanyaku.

Dia kelihatan berpikir sejenak. "Kenapa cepat-cepat? Nanti dulu, aku masih sakit karena kamu pukuli."

"Kan tadi sudah minta maaf." Aku memandangnya kesal. "Kok diungkit lagi?"

Pandu mengela napas lelah. "Karena kamu salah, sekarang pijiti lenganku yang tadi dipukul!" perintahnya sambil merentangkan tangan.

Aku melotot. Bergidik ngeri melihatnya. Kenapa dia bersikap aneh seperti ini, sih?

"Ish, nggak mau."

"Berani berbuat berani bertanggung jawab. Ayo cepat."

Dalam hati aku mengerutu kesal, tapi tetap melakukan apa yang Pandu mau. Sebenarnya aku masih merasa bersalah, sih. Jadi, kuputuskan memijat lengannya yang tertutup jaket itu.

Tarik Suara (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang