SANDYA POV
"Pa-Pandu?" Aku bertanya dengan terbata-bata.
Mbak Saras mengangguk antusias. "Kenapa? Kok mukanya kaget gitu?"
Aku menatap perempuan berhijab biru itu sungkan. "Em, nggak, kok."
Karena terkejut, aku memutuskan menyudahi sesi minum kopiku sekarang juga. "Aku pergi dulu ya, Mbak," sambungku, lalu beranjak.
Bagaimana bisa kakak Pandu bekerja di sini, sih? Kira-kira Mbak Saras sudah tahu belum ya tentang aku dan Pandu? Aku harap belum, kalau sudah pasti akan canggung parah. Rasanya aku ingin berhenti bekerja saja.
Aku berlari kecil ke ruangan Kayla, mengambil beberapa baju dan alat make up yang sudah selesai dipakai lalu membereskannya. Kayla datang dan langsung menghampiriku.
"Heh! Kok mukanya pucet gitu?" tanya Kayla heran. Aku reflek memegang muka.
"Eh, emang iya, ya?" Kulihat Kayla memutar bola matanya malas.
"Kay, ar-artis, eum. Artis yang baru gabung di sini itu...siapa?"
Aku nggak bisa menutupi kegugupanku, takut yang aku pikirkan benar terjadi.
Perempuan yang mengakuiku sebagai sepupu itu berpikir sejenak. Sedetik kemudian ia berkata, "Pandu Dewanata, penyanyi keren itu lho."
Sial! Ternyata benar dugaanku. Kalau Pandu akan bergabung dengan Cosmo Entertainment. Habislah. Bagaimana nasibku kedepannya? Aku berikrar akan menjauhinya, jika bisa tidak usah bertemu sekalian juga boleh. Walau kutahu itu mustahil.
"Dulu dia satu sekolah sama kita!"
Ingin sekali aku berucap 'sudah tahu!' tapi nanti dikira ngegas.
Alhasil, aku hanya mengangguk pelan."Sekarang dia di mana? Udah ketemu kamu belum?"
Senyum bahagia Kayla tergantikan dengan raut wajah malasnya. "Kok kepo, sih? Aku tadi ketemu di lobby doang. Itupun nggak nyapa, lagi ramai banget soalnya."
Diam-diam aku bernapas lega. Syukurlah. Semoga saja Kayla tidak akan bekerja sama dengan pemuda tinggi nan tampan itu.
"Ya, udah. Sekarang mau langsung pulang atau mau kemana lagi?" tanyaku.
"Kamu itu kepingin pulang terus! Di sini dulu dong. Aku mau cari Pandu. Mau minta foto bareng, nanti kamu fotoin pokoknya," jelas Kayla. Membuatku tiba-tiba ingin memukul wajahnya.
Aku benar-benar nggak siap kalau harus ketemu cowok itu sekarang. Nggak tahu kenapa aku jadi ingin menghindarinya. Padahal Pandu nggak akan membunuhku.
"Jangan dulu, dong. Kamu nggak capek apa? Kan tadi baru syuting iklan." Aku berusaha membuat Kayla membatalkan ajakan nyelenehnya.
"Kamu pikir aku nenek-nenek yang mudah capek? Aku masih semangat kok. Lagian kamu nggak mau fotbar juga? Lumayan, sama Pandu lho."
Kini giliran aku yang memutar bola mata kesal. Kayla memang bukan orang yang mudah berputus asa. Dia adalah gadis keras kepala.
"Terserah, deh. Kamu cari sendiri sana. Nanti kalau udah ketemu telepon aku."
Aku merutuki diri sendiri karena berkata demikian.
"Oke, Beb." Kayla memelukku sekilas. Sementara aku berdoa semoga dia tidak menemukan Pandu dan menyerah dengan sendirinya.
***
Aku sudah selesai membereskan semua keperluan syuting sepupuku. Karena lelah menunggunya yang nggak kunjung datang, aku memutuskan untuk mencarinya. Saat keluar dari ruangan Kayla, aku justru dikejutkan dengan keberadaan Pandu dan Mbak Saras yang berjalan ke arahku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tarik Suara (Terbit)
ChickLitAlih-alih menyukai Kayla, gadis cantik nan sempurna, Pandu justru lebih menyukai Sandya, asisten Kayla. *** Pandu Dewanata adalah seorang penyanyi tampan yang digilai banyak wanita. Namun, siapa sangka, Pandu ternyata jatuh cinta pada seorang gadis...