Tertarik Padamu ~ 8

4.7K 588 14
                                    

SANDYA POV

Meski masih belum reda keterkejutanku mendengar berita Kayla kecelakaan, tapi saat ini aku dan Tante Suci sudah di mobil menuju rumah sakit. Aku sudah menjelaskan bahwa baterai ponselku habis sewaktu menjenguk Delora jadi nggak bisa dihubungi, namun ibu Kayla itu masih nggak mau mengerti juga.

Hanya aku dan tanteku saja keluarga yang Kayla miliki. Ayahnya meninggal sewaktu dia SMP kelas delapan. Saat itu aku melihat sisi lain yang nggak pernah Kayla tunjukan pada siapapun. Dia terlihat begitu rapuh. Itu sebabnya aku nggak heran sewaktu Tante Suci ngotot ingin Kayla sekolah di kota. Dia hanya ingin masa depan putrinya terjamin.

"Kayla kok bisa sampai kecelakaan, Tan? Memang habis dari mana?" tanyaku.

"Tante juga nggak tahu! Dia bilang mau ketemu temennya yang cowok. Kalo nggak salah namanya Gilang," jelas Tante Suci masih terlihat marah namun sudah lebih baik dari yang sebelumnya.

"Oh, gitu." Aku tahu Kayla pasti akan menemui Gilang jika lelaki itu meminta berjumpa.

"Udah sampe, Tan. Ayo turun."

Dan kami pun akhirnya sampai ditujuan. Aku kembali menyusuri koridor rumah sakit. Tetapi, kali ini dengan tujuan yang berbeda. Setelahnya, kami diberi tahu bahwa Kayla sudah dipindahkan di ruang rawat inap. Bergegas kami menyusulnya.

Saat kulihat, ternyata Kayla sudah sadar. Dia menderita patah tulang di kaki kirinya.

"Udah baikan, Kay?"

"Hm, udah," ucap Kayla agak ketus.

"Ini semua gara-gara kamu tahu! Harusnya kamu nggak ninggalin aku sendirian. Jadi kaya gini 'kan," tambahnya. Kalimatnya itu justru membuatku sedikit kesal.

"Kok gara-gara aku, sih? Kan sebelumnya udah aku bilang kalo mau jengukin Delora. Kamu juga nggak ngasih tahu mau pergi sama Gilang."

Aku benar-benar nggak menyangka Kayla menjadikanku kambing hitam.

"Kamu itu asisten aku, San. Harusnya kamu ngerti dong." Kayla membuang muka. "Pokoknya selama satu bulan ini kamu dipecat sementara."

Aku membelalakan mata kaget. Begitu terkejut dengan perintahnya. "Lho-lho ya nggak bisa gitu dong. Kamu nggak boleh seenaknya aja ya, Kay."

Tiba-tiba Kayla menangis. Dia langsung mencari pelukan ibunya. Aku jadi panik sekarang. Kenapa dia menangis? Seharusnya kan aku yang sedih.

"Lebih baik kamu keluar, San. Nanti kalo udah satu bulan, Tante panggil kamu lagi," kata Tante Suci yang sedang mengusap bahu Kayla.

Aku menatap nanar mereka yang sedang berpelukan. Ingin protes, tapi waktunya nggak tepat. Alhasil, aku memutuskan untuk pergi dari ruangan itu. Entah kenapa keyakinanku kuat kalau Kayla nggak menangis karena kesalahanku. Dia seperti sedang melampiaskan emosinya yang sebenarnya ditujukan untuk orang lain.

Apa Gilang menyakitinya lagi? Dari awal bertemu dengannya, aku memang nggak begitu srek. Melihat caranya memandang Kayla itu lho, seperti meremehkan. Tapi, tentu aku menahan diri untuk nggak mengeluarkan asumsi-asumsiku tentangnya pada Kayla.

Hingga akhirnya Kayla mengatakan padaku kalau Gilang mengkhianatinya. Gadis itu menangis tersedu dan bilang kalau dia sudah putus karena melihat pemuda itu bergandeng tangan dengan perempuan lain. Semua sudah terlambat. Kayla sudah patah hati. Aku menyalahkan diri sendiri karena nggak bisa mengatakan feelingku pada Kayla yang sayangnya benar.

Setelah duduk sambil melamun di depan ruangan Kayla, aku memutuskan pulang. Lebih baik membiarkan Kayla tenang terlebih dahulu. Aku pasti akan menjenguknya lagi besok.

Tarik Suara (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang