SANDYA POV
Aku terus memandangi tiket konser yang belakangan membuatku pusing dan bingung. Apa yang harus kulakukan dengan tiket ini? Kalau aku jual memang bisa dapat uang sih, tapi bagaimana kalau Mbak Saras bertanya nanti? Dia pasti akan kecewa.
Sekarang aku sedang berada di Cosmo, tepatnya di ruang rias Kayla. Dia sedang menjalani pemotretan, jadi aku bisa bersantai sejenak.
"Widih, kamu beli tiket eksklusif, San?" tanya Sabrina. Teman di Cosmo yang mirip Yossi, hobi menggosip.
"Emang ini yang mahal, ya, Sab?" Sabrina itu bekerja di bagian humas, jadi tahu tentang seluk beluk konser.
"Kamu ini gimana, sih? Kalau mau beli barang ya liat dulu dong. Iya, ini yang paling mahal soalnya ada tanda tangan Kak Pandu di situ." Sabrina menunjuk bagian pojok tiket yang kupegang. Memang benar adanya.
"Bukan beli, ini aku dikasih orang."
"Oh, nggak heran sih, kamu 'kan nggak mampu beli ya, uang dari mana coba." Dia melirikku dengan tatapan meledek. "Lagipula kamu juga budeg."
Setelahnya gadis berambut pendek itu berlalu melewatiku. Aku tahu sebentar lagi akan ada perbincangan tentang tiket yang kupunya. Dari dulu aku memang nggak pernah ikut konser semacam ini, yah selain karena masalah pendengaran, tentu juga karena budget.
***
Kayla sudah selesai pemotretan. Dia memintaku untuk menemaninya pergi ke konser Pandu. Katanya ingin melihat gladi bersih sekaligus diajak berkeliling oleh Mbak Saras.
Terpaksa aku ikut, tapi saat sampai nanti aku akan pergi berjalan-jalan sendiri. Enggan mengikutinya.
"Kay, aku nggak masuk deh. Kamu aja, lagian kerjaan aku udah selesai. Habis ini tinggal nganterin kamu pulang."
Kayla menatapku malas. "Terserah! Aku pergi dulu."
Kuanggukan kepala pertanda setuju.
Cuaca sedang panas terik, jadi aku memutuskan untuk tetap di mobil. Karena berpikir Kayla akan menghabiskan waktu lama, aku memutuskan untuk tidur saja. Lelah sekali seharian ini. Angin sepoi-sepoi dan laju kendaraan seakan menemaniku untuk terlelap.
Tapi, nggak lama aku terbangun karena mendengar suara bising. Ketika membuka mata, pemandangan yang pertama kali kulihat adalah Pandu.
Tunggu, Pandu?!
Kok bisa disini, sih?
Aku segera duduk dan menatap sekeliling. Ini bukan mobil Kayla. Ini seperti kamar untuk istirahat para kru.
"Syukurlah kamu sudah sadar."
Aku menoleh pada Pandu. Raut wajahnya terlihat khawatir, tetapi masih dihiasi senyum tipis. Ketika mendengar ucapannya aku jadi bingung. Memang aku kenapa?
"Aku kok bisa di sini?" tanyaku lirih.
Dia tersenyum tipis lagi. "Aku yang membawamu kesini. Mungkin karena kelelahan kamu jadi pingsan."
Pingsan? Astaga, jadi Pandu mengira aku pingsan dimobil?
"Eh, aku ng--" Ucapanku terpotong ketika ada seseorang yang masuk.
"Alhamdulillah, kamu sudah sadar, San. Ini Mbak buatin teh hangat. Diminum dulu, ya." Mbak Saras menyerahkan secangkir teh hangat padaku.
"Makanya jangan ngeyel. Harusnya tadi kamu ngomong ke aku kalo lagi nggak enak badan. Jadinya ngerepotin 'kan!" sarkas Kayla.
Mendengarnya, membuatku buru-buru membantah. "Ma-maaf semua. Tapi, aku nggak pingsan. Tadi aku cuma tidur sebentar kok," cicitku.
Kulihat semua orang terkejut. Bahkan Kayla langsung memukulku dengan bantal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tarik Suara (Terbit)
أدب نسائيAlih-alih menyukai Kayla, gadis cantik nan sempurna, Pandu justru lebih menyukai Sandya, asisten Kayla. *** Pandu Dewanata adalah seorang penyanyi tampan yang digilai banyak wanita. Namun, siapa sangka, Pandu ternyata jatuh cinta pada seorang gadis...