Chapter 2: Kejadian Mainstream

130 25 3
                                    

Tok tok tok!

"Mbak Isaaaaa!"

"Ish iya sabarrrr!"

Cklek

"Mbak nih kebiasaan ah. Jangan kebo," kurir yang emang udah biasa ketemu sama Isa dengan alasan kalau ada paket gue, lo aja yang anterin ya itu ngasih dua box yang mungkin isinya paket Isa.

Isa yang pagi-pagi diomelin cuma senyum sinis, "Susugu lah!"

"Susugu apa? Permen sugus udah berubah nama?"

"Suka-suka gue, mau tips kaga?"

"Tips apa? Tips belajar? Tips pedekate? Sorry, mbak, gue pinter plus nggak sejones itu kok."

Terkadang, perlu ekstra lebih sabar buat ngadepin kurir di depannya ini. Udah mah otaknya nggak nyampe, suka sesukanya dia pula.

Isa mukul kepala si kurir pakai paketnya, "Tips itu uang tambahan buat lo, lol!"

"Lol? Gue ngelawak?"

"Kaga, tolol."

Gedebug

"Heleh, pantesan aja si mbak Isa nggak punya cemceman. Maungnya aja dari pagi hari."

"GUE DENGER YA MAS KEI!"

Karena nggak mau berurusan sama Mas Kei alias si kurir langganannya, dia segera masuk ke kamarnya dan melakukan acara unboxing ala-ala vlogger atau yutuber. Cuma apa daya, dia mah ngeunboxing aja celingak-celinguk dulu.

"Ok, mari kita buka."

"Nggak sabar ngeliat cardigan gue huhu."

Isa ngeliat paket di sebelah kirinya.

"Perasaan gue nggak beli dua barang dalam waktu berdekatan deh. Apa dari orang rumah ya?"

"Gue buka paket yang ini dulu deh."

Setelah berdebat dengan dirinya sendiri, dia buka paketnya itu. Tahu lah ya step-step buka paket, nggak usah dijelasin. Karena kalian pasti suka beli barang lewat onlen sop kan?

"HUHU CARDIGANNYA BAGUS BANGET! MARKITO! MARI KITA FOTO!"

Bukannya kasih rating atau review barangnya, malah dipake buat foto. Foto di depan cermin, ala-ala ulzzang korea ya kan?

"Eh tapi, cucian gue malah numpuk. Sabodo teuing."

Anak kost can't relate. Salah deng, dia mah anak apartment.

-

"Nih paket apa?"

"ANJRIT! BOXER SIAPA INI?!"

Isa segera ngambil plastik yang ngebungkus paketnya.

Kirana Garden lantai 2 nomor 25

Lantai 2

Nomor 25

"P-Punyanya Nikol dong? Anjir, malu banget gue kalau ngasih langsung. Tapi gimanaaa udah dibuka," Isa yang panik jadi berdiam diri di kamarnya.

Tapi matanya masih tertuju pada isi paketnya itu, nggak usah diperjelas.

"Duh mata gue. Kotor banget mata gue."

Setelah puas mikirin gimana cara ngasihnya, Isa mutusin buat mampir dulu aja ke tempatnya Nicholas, bisa lah ngobrol-ngobrol dikit baru ngasih paketannya.

"Nikol! Mau main!"

"Bahasa lo curut, masuk!"

Kaget ya, Nicholas udah menunjukkan sisi baik hatinya gais, lagian udah cukup kok seminggu buat beradaptasi sama temen-temen selantainya dan terutama perempuan yang jadi tetangganya.

"Mau ngapain?"

"A-Anu," Isa jadi gugup sendiri, aura Nicholas seolah-olah mengintimidasinya.

"Anunya kenapa?"

"BUKAN ITU SAT!"

"Woles kek."

Tuh kan, balik datar lagi.

"Lo ngerasa ada paket nggak sih, Kol?" Basa-basi, Isa mencerminkan rakyat Indonesia sekali.

Nicholas ngangguk sambil minum kopinya, "Harusnya sekarang udah nya-"

"Paket lo ada di gue, Nik," Isa ngasih paket yang dari tadi disembunyiin di selimutnya. Iya perempuan itu bawa-bawa selimut buat nutupin.

Diliat dari muka Nicholas, cowok itu malah santai dan ngambil paketannya lalu ngucapin makasih.

"Kok lo nggak malu?"

"Harusnya gue yang tanya...


















...lo nggak malu?"

Jelas. Jelas jangan ditanya gimana malunya Isa.

"Tapi, Kol, lo nggak salah ngirim itu dari Taiwan ke sini? Lo nggak mampu beli di sini apa gimana?"

Salah ServerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang