# Bonus Chapter

115 16 3
                                    

"Bosen banget gue!" Isa merentangkan tangannya dan kakinya nendang-nendang udara, mirip kayak anak kecil.

Bosen?

Tugas numpuk tampak tidak terlihat dan rapi di jejeran meja belajarnya

Akhirnya mutusin buat rebahan aja di sofa sambil mikirin hal yang nggak penting atau yang pikirannya yang sempat terlintas.

Mekdi sama kaefsi kok nggak pernah keliatan tutup ya?

Kalau manusia bisa liat air, berarti ikan bisa liat udara?

Ikan bisa keringetan nggak ya di dalem air?

Apa jangan-jangan, garam yang dihasilkan itu keringet ikan

Dan masih banyak lagi pikiran-pikiran yang belum pernah ia dengar jawaban pastinya. Tapi setiap manusia pasti pernah mikir kayak gitu, nggak tahu juga faedahnya apaan.

Tok tok

"Sia-"

Dug

"Eh, eh! Lo kenapa, Nik? Sakit?" Isa nyingkirin poni yang nutupin jidat pacarnya itu. Nggak panas, bukan demam berarti.

Nicholas yang masih setia sama posisi meluk Isa, kepalanya dia taruh di pundak sempit milik perempuan itu. Ngegeleng buat ngasih reaksinya.

Isa nutup pintu dan ngebawa Nicholas yang masih melukin dia, renggang kaga makin erat iya.

Ini orang teh kunaon nya inner Isa.

"Heh, Nikol. Kalau mau tidur, jangan ngiler ya," ucap Isa, ngambil remot televisi.

Tangan kirinya masih nahan kepala Nicholas yang masih di pundaknya dengan maksud biar nggak jatoh kepentok bagian sofa yang keras.

"Hhhm, Isaaaa."

"Apaaa?"

Tangan Nicholas megang tangan Isa yang mau nyalain televisi di depan mereka, laki-laki itu malah meluk Isa makin erat.

Aneh, nggak kayak biasanya. Soalnya kalau biasa, luar biasa aneh. Ini aneh aja.

"Lo kenapa sih?"

"Heran gue."

"Apa jangan-jangan lo PMS?"

"Tapi lo cowok."

Nicholas bangun dan berlutut di depan Isa yang duduk di sofa.

Bukan ngelamar, tenang

Dia nangkup pipi tembem ceweknya, udah persis sama bebek. Mulutnya maju ke depan.

"GAWAT, RA!"

"Telat lo paniknya, bukannya dari tadi."

"Hehe, tapi ini emang gawat!"

"Apa sih? Kenapa?"

Nicholas nggak berani buat ngeliat Isa, bola matanya terus bergerak. "Today you haven't pat me and playin' with ma hair"

Jujur, Isa baru pertama kali gemes sama cowoknya ini. Dia merentangkan kedua tangannya biar Nicholas menghambur ke pelukannya, "Come here my favorite lil'boy."

-

Sore itu dihabisi mereka, ralat, bukan mereka. Lebih tepatnya, Isa yang asyik nonton di ruang tengah apartmentnya dan Nicholas yang masih nggak mau ngelepasin pelukannya.

"Ya Tuhan, semoga cowokku nggak berbuat aneh-aneh, karena tumben banget kok tiba-tiba jadi bucin kayak gini," ucap Isa ngasal, dia gabut nungguin iklannya yang nggak selesai-selesai.

Nicholas malah ketawa, "Bucin salah, nggak bucin salah."

"Suruh siapa jadi cowok."

Tjoekoep menohoque

"Kalau gue nggak jadi cowok, nggak akan ceritanya kita jadian. Mau?"

"Mau apa?"

"Mau nggak jadian?"

"YA NGGAK MAU!! LO UDAH JADI HAK PATEN MILIK GUE POKOKNYA! NGGAK BOLEH DIAMBIL NGGAK BOLA LIRIK SANA-SINI JUGA! Gue colok mata lo kalau beneran," Isa nyeret Nicholas biar gampang dirangkul karena tadi Nicholas ngerenggangin pelukannya.

Nicholas senyum. Nggak salah pilih cewek dia.

Isa lebih milih buat main aplikasi ombre ungu pink kuning itu, sekedar baca post-post yang muncul di timelinenya.

"Nik, sebutan negara Taiwan tuh, naga kecil asia ya? Lucu banget."

Nicholas akui kalau dia nggak begitu inget semua hal yang berkaitan sama negara kelahiran dan asalnya itu.

"Nik? Kok diem?"






"Iya, bener. Kalau lo...












bayi kecil Nikol!"

Setelahnya biarin Nicholas bergemes-gemes ria sama pacarnya. Dan Isa yang nggak bisa memberontak karena badannya dipeluk, pipinya jadi bahan pencubitan, dan kepalanya diusak-usak sama oknum bernama Nicholas.

Salah ServerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang