Chap 3 "Tentang Mereka"

1.4K 132 17
                                    

~ happy reading ~

.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Mereka berdua terdiam, terdengar suara jangkrik di luar sana, terlihat tenang malam hari ini, bahkan sekarang tak ada tanda-tanda akan turunnya hujan hanya saja malam hari ini begitu hawa nya dingin.

Terdengar helaan nafas panjang dari Taufan. Blaze menatap Taufan dengan senyuman tipis terbit di bibir nya, iris biru safir itu sangat indah, bahkan saat cahaya sang luna yang menyinari nya.

"Blaze. Kau merindukan mama papa?". Seketika pertanyaan itu terlontar dari bibir Taufan, tersirat nada sedih dalam pertanyaan itu.

Blaze paham apa yang akan dibicarakan. "Yeah... Begitu lah, aku juga kadang merindukan mereka". Mereka berdua bergeming, masih duduk di tempat nya.

"Kadang?". Gumam Taufan. Blaze hanya terdiam mendengar gumaman Taufan, menunggu kata-kata yang akan Taufan ucapkan.

"Kau merasa sakit dengan semua itu?". Taufan bertanya tanpa menoleh seinchi pun menatap wajah Blaze, kepala nya hanya menengadah melihat langit malam.

"Tidak terlalu". Blaze mulai merasakan sesak di rongga dada nya.

"Hahaha, ternyata nggak cuman aku doang ya yang merasa kan itu semua?". Ia bergumam seorang diri. Ia berdiri dari duduk nya, dan menggantung kan gitar tua itu ditempat semula. Blaze hanya bisa menatap iris safir itu, dapat ia lihat sorot iris safir itu sendu seperti kosong, seakan ia melihat video klip di depan nya.

"Apakah mama papa akan kembali?". Pertanyaan itu membuat Blaze tersentak, refleks ia mengambil langkah berjalan dengan tempo cepat kearah Taufan berdiri.

Kedua tangan nya mencekal kedua lengan sang kakak, iris orange itu menatap lekat-lekat sorot iris biru safir yang ada dihadapan nya.

Kosong.

Nafas nya memburu, seperti ada sesuatu yang membuncah di dada nya. Kini perasaan sesak dan emosi teraduk menjadi satu.

"Pertanyaan bodoh! Kakak kenapa mempertanyakan pertanyaan itu huh?!". Blaze dapat melihat senyuman sendu di wajah Taufan.

"Kakak lupa?! Mereka it-". Ucapan Blaze terpotong.

"Apa? Kau bilang mama papa nggak ad-".

"EMANG UDAH NGGAK ADA KAK!". Emosi nya memuncak. Iris jingga itu masih setia menatap iris biru langit itu. Cekalan kedua tangan di lengan sang kakak kini melonggar, emosi yang tadi tergejolak kini sudah hampir padam. Melepas cekalan di kedua lengan itu dan membuang muka kearah kanan.

"Mereka udah nggak ada. Sadar lah kak, kasian mereka disan-".

"Mereka masih ada Blaze".

DEG

Bola mata nya membulat, kalimat itu membuat Blaze bergeming. Bibir nya terkatup rapat, lidah nya kelu. Kedua tangan nya mengepal erat, bukan nya ia marah, hanya saja ada perasaan rindu dan sedih di dalam hati nya, kedua bahu nya bergetar tak karuan.

Dengarkan Aku! (BoBoiBoy Taufan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang