Chapter 11

877 85 51
                                    

Ingin menentang takdir hidup yang telah Tuhan tulis itu tak akan bisa. Mau sampai menangis darah pun, Tuhan tak akan menuliskan takdir yang baru untuk kita.

Terkadang, diri ini terus saja bertanya...

"Mengapa kau memberi ku garis takdir yang begitu berat Tuhan?".

Dan pasti semua akan bertanya...

"Tuhan, mengapa kau menakdirkan aku ada di dunia ini?".

Mengertilah, Tuhan memberi mu ujian hidup karena, Tuhan itu sayang banget sama kamu. Semua orang bakalan mulai bisa kok, mensyukuri apa yang ada dihadapan nya di keesokan harinya.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Tidak perlu memaksa untuk menjadi sempurna, kamu cuma butuh tempat dimana kekurangan mu diterima".

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.


FLASHBACK

Awan kelabu diatas sana nampak akan menjatuhkan seluruh muatan nya dalam beberapa menit lagi, hari juga mulai gelap dalam seiring nya waktu.

Terus berjalan tanpa ada nya arah. Mengusap wajah nya kasar, menghela nafas nya gusar. Menatap kesembarang arah untuk berwaspada. Mengeratkan jaket nya guna mengusir hawa dingin. Langkah nya semakin cepat ketika diri nya berada di lorong koridor, suara langkah nya menggema memenuhi disetiap hening nya.

Merutuki diri sendiri yang terlalu ceroboh dalam suatu hal. Seketika ia tersungkur, menatap kesal kearah mereka. Lantas, ia langsung berdiri hendak kabur dari permainan mereka. Namun, naas. Ia kalah jumlah.

Nafas nya seketika memburu, dada nya naik-turun tak beraturan. Keringat dingin mulai membasahi pelipis nya. Tangan nya mengepal erat, membuat kuku-kuku dijemari tangan nya memutih.

"Apa yang mau kalian lakuin?". Ia bertanya dengan nada pelan. Mereka tersenyum meremehkan.

"Menurut lo?". Salah satu dari mereka menjawab dengan pertanyaan.

"Haha, kalian ini... Bisa tidak kalian pergi? Gue capek diginiin sama kalian!". Berucap dengan penuh penekanan dalam setiap penuturan nya. Mereka hanya acuh tak acuh dengan ucapan dirinya.

"Oh? Tak bisa kawan. Orang lemah harus diberi pelajaran". Sudut bibir nya terangkat, menyeringai.

"Gue emang lemah! Terus kenapa?". Suara nya menggema disetiap lorong.

"Orang lemah, harus dibully. Harus ditindas!". Ucapan dari orang itu terbesit penuh kekesalan.

"Apakah harus dibully? Orang lemah apakah wajib dibully?".

"I don't know".

"Kalian ini siapa?". Tanya nya sembari menunjuk mereka.

"Bukan teman lo tepat nya". Kedua tangan nya dilipat didepan dada, angkuh dalam menatap diri nya.

"Nggak bisa apa? Sehari ini aja, kalian lepasin gue, gue mau pulang!". Ia benar-benar sudah lelah, ia hanya ingin pulang kembali kerumah nya.

"Ah... Bagaimana ya? Kalau gue anterin lo pulang ke neraka juga gak apa kok". Tawar mereka diselingi dengan tawa meremehkan, ia menggeleng pelan.

"Gue capek... Gue mau pulang". Mereka bergerak maju, salah satu dari mereka mencekal kerah seragam OSIS nya. Entah sejak kapan, tas ransel yang berada di punggung nya terlepas dan terjatuh jauh dari diri nya berdiri.

Dengarkan Aku! (BoBoiBoy Taufan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang