Chapter 14

820 79 19
                                    

"Bullshit". Ucapan itu mengudara, kepala lelah nya masih ia tundukkan. Jarum detik jam terus berdetik, dan kini dirinya tak tertidur sama sekali untuk mengistirahatkan diri nya.

Dirinya mengambil langkah mendekat kearah pintu kamar nya. Berdiam sejenak didepan pintu, guna mengusir rasa pusing yang melanda kepala nya sejenak. Namun, niat nya ia urungkan, ia mengambil langkah putar balik, tidak jadi turun kebawah. Mungkin sebentar lagi, setelah ia melakukan sesuatu...

Tangan nya tergerak mengambil gitar, dan memetik senar nya, hanya mengetes. Kembali terduduk, dan memangku gitar. Kaki nya ia bentuk sila diatas kasur, indra penglihatan nya menatap jendela kamar yang masih terbuka, namun tak selebar tadi.

"Flashback tadi, membuat ku ingat dengan satu lagu. Yang dulu merangkul ku, sekarang mulai menjauh perlahan-lahan dan pergi dengan tiba-tiba. Kau sungguh bullshit kak Hali". Ucap Taufan dengan nada datar nya. Ketenangan nya mulai fokus akan alunan melodi musik nya. Keadaan dini hari yang masih begitu sepi, dan senyap akan tanpa suara yang ada, kini Taufan tunjukkan perasaan takut nya untuk dunia.

"Daun Jatuh - Resah Jadi Luka". Terdengar petikan senar gitar dengan lembut, satu persatu dipetik nya seketika membuat sebuah garis melodi yang menguar. Mulai memejamkan mata membuat sebuah penghayatan, merajut dalam lagu ia tunjukkan perasaan nya.

[NB : Diharapkan untuk menyetel lagu yang sudah disiapkan]

Ku menemukanmu saat ku terjebak
Di situasi yang membuatku resah
Kau merangkulku di saat yang lain menindasku
Ingin rasanya aku selalu bersamamu

Tapi mengapa tiba-tiba seakan kau pergi
Melepas rangkulanmu dan berhenti melindungiku tanpa sebab

Mungkin alam semesta tak menerimanya
Dan waktu tak memberi kesempatannya
Tapi setidaknya kau telah merubahku
Dari resah menjadi luka

Ku menemukanmu saat aku terjatuh
Ke dalam ruang yang penuh kepahitan
Kau melindungiku di saat yang lain menyerangku
Ingin rasanya aku melihatmu di setiap langkahku

Tapi mengapa tiba-tiba seakan kau pergi
Melepas rangkulanmu dan berhenti melindungiku tanpa sebab

Mungkin alam semesta tak menerimanya
Dan waktu tak memberi kesempatannya
Tapi setidaknya kau telah merubahku
Dari resah menjadi luka ah

Namun aku akan tetap disini
Menunggu alam semesta menerima
Dan angin membawakan jawabannya
Karena detak jantung dan nadiku akan selalu
Merindukanmu

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

04.15 a. m

Diri nya terbangun mengambil handphone yang berada di meja belajar nya. Mengirim pesan kepada seseorang.

Fang hari ini gua ijin dulu ya? Minta tolong kasih tau wali kelas, kepala gua pusing, dan gua demam. Maaf kalau ngerepotin lo. Btw, makasih banyak ya Fang

Menghela nafas nya gusar, ia tersenyum kecut. Ia merasa tak enak hati dengan pesan tersebut, tapi emang kenyataan nya bahwa ia sedang tak enak badan.

Meletakkan kembali handphone nya, lalu berjalan kearah tas nya yang sedang menggantung, merogoh tas nya dan mengambil sesuatu didalam nya. Tersenyum miris saat melihat sebuah benda yang berada dalam genggaman nya.

"Maaf kak Hali, aku harus melakukan ini". Ucapnya dengan nada berbisik. Lalu membuka penutup benda itu, dan menumpahkan isi nya dengan hati-hati. Lalu keluarlah satu benda kecil dengan berwarna putih itu jatuh ke tangan nya.

Dengarkan Aku! (BoBoiBoy Taufan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang