Chapter 6

972 95 29
                                    

Seketika kafe itu hening. Taufan membuka mata nya, manik safir nya menatap sekeliling, puluhan sepasang mata itu menatap dirinya tak percaya. Kemudian, bergemuruh ruangan itu penuh dengan tepukan tangan yang menggema. Taufan tersenyum puas, ini lah hobi nya, hobi bernyanyi. Suara nya yang indah dan halus membuat siapapun akan terhipnotis akan suara nya.

Taufan tersenyum, ia menghela nafas nya bahagia. Lega rasanya, karena dapat membuang semua keinginan nya bernyanyi yang seharusnya ia persembahkan kepada keluarga kecil nya, namun ia bisa apa? Ia hanya dapat pergi keluar dan mempersembahkan lagu yang ia bisa untuk dunia luar. Tapi tak apa, ia yakin pasti ada waktu ia akan mendapatkan keinginannya mempersembahkan alunan musik untuk keluarga nya.

Taufan menunduk dalam, kemudian langkah kaki nya membawa nya menuju tempat duduk nya yang berada di dekat jendela. Taufan terduduk dengan perasaan kecewa.

"Kapan kalian mau mendengarkan semua suara ku?". Ia berbisik, menatap sayu menuju topi biru itu.

"Kalian, kalian tau? Aku sudah lelah menunggu".

"Pada akhirnya, aku memutuskan untuk bangkit dari duduk ku dan pergi keluar menuju dunia luar agar mereka melihat dan mendengar ku".

"Tapi kenapa kalian berbeda?". Ia menghela nafas berat. Lelah. Ia benar-benar ingin berteriak, tapi ia tau, kafe bukan lah tempat yang tepat sekarang. Jadi, biarkanlah hati dan pikiran nya melupakan sejenak masalah kehidupannya.

Meski sesaat...

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

17.20 p. m

Dingin. Itulah yang dapat kalian rasakan bila kalian berada di luar rumah sore ini. Burung-burung mulai beterbangan menuju sarang nya masing-masing, mulai terlihat mentari kali ini akan tenggelam dalam beberapa menit ataupun beberapa detik lagi. Sunset kali ini tak kalah indah nya dengan sunset biasa nya, tapi tak bisa kebayang betapa dingin nya hawa atmosfer nya sore ini.

Menguap bersama embun, betapa belum ada artinya sore ini bagi Taufan. Bayangkan saja, sudah ia telan pahit sampai bulat menerima semua kenyataan yang tak sesuai dengan ekspetasi nya. Dengan senyuman ia balas sebagai tanda terima kasih. Ingin rasa nya ia menentang Tuhan atas apa yang Tuhan berikan kepadanya.

Kenapa kau memberi ku hidup yang begitu berat Tuhan?

Kenapa kau tulis takdir ku dengan begitu tidak adil nya?

Tapi ku tau, Tuhan adalah segala nya.

Aku tak bisa menantang walaupun aku sudah bersusah payah hingga menangis darah di hadapan nya dalam do'a,

Tuhan tetap tak akan berpikir dua kali.

Jika memang itu ya sudah.

Sudah tidak bisa di apa-apa kan lagi.

Kini tinggal ku syukuri semua yang ada.

Bersyukur masih bisa membuka mata di pagi hari walaupun tak ada yang menyambut kesadaran ku dari alam mimpi.

Kini biarkanlah semua terjadi.

Kini biarkanlah semua nya datang menghampiri ku.

Ku akan menerima nya dengan lapang dada.

Asalkan kalian tau...

Mau se sibuk apapun kalian, aku akan tetap disini...

Aku tidak akan pergi sebelum kalian menyuruh ku untuk pergi.

Dengarkan Aku! (BoBoiBoy Taufan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang