Chapter 03

228 135 83
                                    

Dara datang membawa nampan
berisi minuman kaleng dan camilan.

"Nah, ini yang gue mau. Lo tau aja
Dar, kalo gue haus," ucap Dafa
mengambil minuman kalengnya.

"Salfok gue sama baju lo, Dar.
Cerewet-cerewet pake baju
anime naruto," kekeh Dafa

Dara menatap tajam Dafa,
berani-beraninya Dafa menertawakan
seorang Dara.

"Masih mau hidup kan, lo?"

"Sabar, Dar. Jadi, cewek itu
lembut dikit, kek. Jangan cerewet mulu," ucap Dafa.

Dara beralih menayap Aksa yang
sedang menatap bajunya.

"Kenapa liatin baju gue? Naksir sama
baju gue?"

Aksa segera mengalihkan
pandangannya.

Kenapa juga ia harus menatap baju
Dara yang bergambar naruto itu?

"Mau bikin drama tentang apa?" tanya Tasya.

"Gimana kalo bikin drama tentang
suster ngesot? Pasti seru, tuh. Dara yang jadi hantunya. Gue yakin pasti satu kelas bakal ngeri," usul Dafa.

Dara langsung menjitak kepala Dafa
membuat cowok itu meringis
kesakitan.

"Gak usah ngawur."

"Tentang dampak keseringan main
handpone aja gimana? Biar da pesan moralnya. Lagian, temanya juga cocok
sama kita yang sekarang. Generasi cimin," sahut Tasya.

"Setuju gue sih sama Tasya.
Gak salah gue jadi pacar lo," ucap Dafa terseyum lebar ke arah Dira.

"Gue juga setuju," ucap Dara.

Mereka bertiga kemudian menatap
Aksa yang masih diam.

"Kenapa?" tanya Aksa menyadari
mereka bertiga sedang menatapnya.

"Setuju gak?" tanya mereka bertiga kompak.

Aksa hanya mengagguk.

Mereka pun mulai mengerjakan.
naskah drama mereka hingga selesai.

"Akhirnya selesai juga. Gue capek banget, otak udah mumet," keluh Dafa kemudian mengambil camilan dan memakannya.

Tasya memutar bola matanya malas.

"Capek darimananya? Gini doang di bilang capek. Gak bantuin lagi,"

"Gue bantuin kok. Bantuin lihat
muka lo yang jelek," celetuk Dafa.

"Jelek dari mananya."

Dafa hanya cengengesan dan kembali
menikmati camilannya.

"Naskahnya gue yang pegang, nanti
gue baca lagi. Kalo ada yang masih
peelu di ubah gue bakal kasih tau
kalian," ucap Dara yang hanya di
angguki oleh ketiganya.

Dara memang murid yang berprestasi.
Hampir semua mata pelajaran ia bisa menguwasainya dengan baik. Bahkan,
tak jarang ia mewakili sekolah untuk mengikuti olimpiade.

Satu prinsip Dara, ia akan berbicara
banyak kalau mengenai pelajaran.
Tapi, tidak dengan megobrol biasa.
Apalagi menjelak-jelekan orang lain.

"Sahabat gue yang satu ini emang
paling the best. Bangga gue punya
sahabat kanyak lo," puji Dira.

"Makasih, iya dong. Dara," ucap Dara.

"Udah deh, udah selesai kan
naskahnya. Sekarang kalian pulang,"

"Lo ngusir kita?" tanya Dafa tak percaya.

"Iya. Kenapa? Lo gak terima?"

"E... Enggak. Kalo gitu gue pulang dulu.
Baju lo cocok banget sama lo. Ayo Ca
pulang, sebelum kita di makan sama beruang betina," ajak Dafa pada Dira.

Kisah Cinta Di SMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang