Ch 13

12.1K 1.8K 289
                                    

  17+

  Kembali ke malam harinya. Malam itu Avraz mabuk berat, ia benci sekali mengetahui fakta tubuhnya saat ini tidak kuat minum. Wah, dia rindu sekali dengan tubuhnya dulu yang kuat minum hingga berbotol-botol.

"Ya! Dewa! Ayo beri aku kekuatan minum!" racau Avraz sambil berjongkok di depan pohon besar. Ia kemudian memecahkan botol alkoholnya.

Tapi kemudian sebuah tangan lain menahan tangan yang memecahkan botol agar tidak ikut terluka, "Dewa sinting mana yang mengabulkan permohonan seperti itu. Berdiri" intrupsi seseorang yang ikut berjongkok di sampingnya. Orang itu mengangkat tubuh Avraz dan menggendongnya bak karung beras.

"H-hey-hey! Aku- aku mual! Cepat turunkan!!" Avraz seketika menutup mulutnya rapat, "HEY BRENGSEK SIALAN! Turunkan ku bilang!" pekiknya sambil memukul orang itu.

Orang itu kemudian menurunkannya di kursi taman. Avraz langsung berjalan sempoyongan ke pohon terdekat dan muntah di sana, lalu dengan susah payah ia kembali dan duduk di kursi.

"Ternyata kau bersembunyi di sini. Padahal aku sudah memerintahkan prajuritku mengobrak-abrik seisi kerajaan untuk mencarimu. Tapi pada akhirnya aku duluan yang menemukanmu. Kebetulan atau takdir?" ujarnya.

Avraz menyipitkan matanya samar-samar ia melihat seseorang, lalu kemudian ia tersenyum cerah, "Cassier! Kau sudah datang menjemputku ya seperti biasa~ ahahaha ayo pulang ke rumah kita~ uh hm" Avraz langsung menutup mulutnya karena merasa mual.

Ezekiel mengerutkan keningnya, "Cassier? Siapa bajingan itu?" tanyanya.

Avraz kembali menyipitkan matanya, lalu kemudian mendesah kecewa, "Ah kau bukan Cassier.. Hik! Eum Cassier adalah~ adalah apa? Cassier itu apa ya~ Dia itu... Kekasihku? Ahahaha" jawabnya lalu menyender ke punggung kursi. Tatapannya mengarah ke langit, dan lagi-lagi ia merindukannya walau dalam keadaan tidak sadar, "Lain kali akan ku kenalkan deh. Dia itu orangnya sangat Jail, suka sekali melakukan hal-hal yang tidak terduga" sekali lagi Avraz tertawa senang.

Ezekiel terdiam. Banyak pertanyaan yang muncul di kepalanya. Tapi hanya satu yang keluar dari mulutnya, "Apa kau bisa mencintai seorang laki-laki?" tanyanya langsung.

Avraz tersedak, wajahnya memerah lalu menatap Ezkiel terkejut, "C-Ci apa?!" seketika kesadaran Avraz muncul, "Ezekiel?! A-Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Avraz yang sangat terkejut hingga berdiri.

Ezekiel turut berdiri, "Apa.. Apa yang membuatmu bisa menyukainya?" tanyanya lagi yang membuat Avraz langsung berbalik badan menyembunyikan wajahnya yang sudah semerah tomat.

"Itu bukan urusanmu" jawab Avraz dingin dan langsung berjalan pergi.

Tapi, bagaimana bisa serigala melepaskan kelinci yang sudah di tangkapnya dengan susah payah. Ezekiel menarik pergelangan tangan Avraz hingga Avraz membalikkan badannya, "Kenapa kau bisa tersenyum seperti itu di hadapan orang lain, tapi tidak denganku?" tanyanya dengan raut wajah yang sangat marah.

Avraz menepis tangan Ezekiel dengan kasar, "Bagaimana bisa aku menolong orang yang tega membunuh bayi tidak berdosa? Mungkin rumor yang menyebut dirimu iblis itu bukan sekedar rumor. Jadi untuk apa aku tersenyum kepada orang sepertimu?" ujar Avraz dengan kesal.

Ezekiel menatap tangannya yang ditepis Avraz, "Jika kau berpikir begitu.. Aku harus bagaimana lagi.." Ia menatap Avraz dengan tatapan kecewa, "Aku pikir.. Kau berbeda dengan orang-orang di luar sana. Kalian selalu berpikir apa yang kalian pikirkan itu adalah kebenaran. Aku disini! Di depanmu! Kenapa kau tidak bertanya langsung kepadaku dulu? Kenapa aku melakukan itu? Apa tujuanku? Kenapa kau tidak bertanya dulu?" Ezekiel menundukkan wajahnya menahan sakit yang dirasakannya.

OUR PRINCE [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang