Ch 19 [S2]

10.1K 1K 115
                                    

Hari dimana perburuan diadakan pun tiba. Letaknya berada di kawasan hutan bagian timur dari Kerajaan Hyperzion. Di tempat, sudah banyak para bangsawan datang dan berkumpul untuk bergosip sampai bernegosiasi soal bisnis.

Avraz dan Elnoir pun akhirnya sampai di sana. Semua para bangsawan terdiam menunduk, memberi hormat kepada raja dan keluarga Kerajaan Hyperzion. Jujur saja mereka takut, Avraz terlihat benar-benar menyeramkan mengingat bagaimana cara Elnoir naik tahta.

"Kau duduk saja disana duluan, aku ingin mencari Cassier terlebih dulu" ujar Avraz

"Kakak hati-hati ya. Aku dengar baru-baru ini ditemukan jejak hewan besar di hutan" balas Elnoir Khawatir.

"Iya, jangan terlalu khawatir. Aku pasti baik-baik sa-" perkataanya terpotong karena tiba-tiba saja suasana menjadi ribut dengan bisikan-bisikan dari para bangsawan disana.

Baru keluar kereta kuda, Cassier sudah membuat keadaan menjadi ribut. Soal wajah tampannya si sudah biasa, yang jadi masalah adalah dia datang menggunakan balutan perban di tangan kanannya. Melihat itu Avraz langsung menghampiri Cassier dengan raut khawatir.

"Apa yang telah terjadi? Bagaimana bisa tanganmu.. Astaga itu terlihat sakit"
"Avraz"
"Apa ini karena latihan? Apa kau bertarung dengan dewa? Siapa orang yang bisa mengalahkanmu sampai seperti ini?"

"Hei... Tenanglah.." pinta Cassier. Lalu ia mendekati wajah Avraz dan membisikkan sesuatu, "Ini bohongan, haha" bisiknya dan tertawa.

"Haha katamu?! Sial aku sudah khawatir padahal"
"Hahaha! tolong berikan buruanmu padaku ya tuan Avraz tercinta"

"Ck! Sejak awal itu memang milikmu" ujarnya dan memberikan tempat duduk kepada Cassier untuk menunggunya.

Namun kehebohan tidak sampai situ. Datang sebuah kereta kuda dari Kerajaan Rehain dengan seorang wanita yang keluar dari sana. Tidak seperti wanita bangsawan lainnya, wanita itu memakai satu set baju dan celana untuk perburuan dengan sebuah panah yang melekat di punggungnya.

"Lottiee!" Itu suara Rebecca, dia langsung menghampiri Lottie dan memeluknya. Seketika wajah Lottie memerah dan memeluknya balik dengan kikuk.

"E-em.. Rebecca.. Kau semakin agresif ya"

"EHH! Maafkan aku!" kagetnya dan langsung melepaskan pelukannya. Lottie ikut terkejut lalu tertawa.

'Ugh aku benar-benar ingin mencium-' dan plak! Lottie menampar dirinya sendiri setelah berpikiran seperti itu. 'GILA! Apa yang baru saja aku pikirkan?!' batinnya tersadar.

"Hua! Kenapa kau menampar wajahmu sendiri?! Lihat tuh pipimu jadi merah. Dan wajahmu.. Kok wajahmu juga merah-"
"Hentikan. Bagaimana jika kita mencari kue? Kau suka kue kan?"

"Ekhm.. Dunia ini sangat indah ya.. Penuh dengan pelangi dimana-mana" intrupsi Avraz. Rebecca yang mendengar itu langsung melihat sekeliling langit.

"Maaf pangeran, tapi tidak ada pelangi di sini" balas Rebecca dengan polosnya. Lottie tertawa mendengar balasan Rebecca itu. Padahal Lottie paling tau Rebecca setidak polos apa.

"Maksudku- ah sudahlah. Omong-omong kau datang sendiri Lottie?" tanya Avraz.

Lottie mengangguk, "Tentu saja ini balasan karena sebelumnya dia meninggalkan banyak pekerjaan padaku! Sialan aku jadi punya kantung mata karena dia menginap di sini tanpa sadar dirinya seorang raja!" gerutu Lottie. Rebecca kemudian mengusap punggung Lottie kasihan.

"Kalau begitu, saya dan Lottie pamit dulu ya pangeran, tuan Cassier" pamit Rebecca dan membawa Lottie pergi.

Avraz mengangguk dan mereka pun pergi. Avraz lalu berbalik menatap Cassier. Namun Cassier menunduk seraya mengepalkan tangan kirinya dengan erat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 15, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

OUR PRINCE [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang