Rintik gerimis membasuh permukaan tanah yang mulai mengering.Di malam yang sunyi ku menghabiskan waktu yang tersisa di tempat kita menghabiskan waktu bersama-
-Dulu..
Hujan turun lagi malam ini, seakan membantu menyembunyikan tangis piluku tiap malam.
Sama seperti malam-malam sebelumnya menunggu sudah menjadi hal yang lumrah ku lakukan.
Berdiam diri terduduk di kursi halte yang sudah mulai berkarat juga cat biru yang mulai mengelupas aku hanya termenung menanti dirimu yang tak mungkin ku gapai.
Pandanganku menengadah melihat bulan bersinar di atas sana membuatku sadar bulan itu adalah dirimu yang tak mungkin aku miliki.
Tak lama kemudian suara derap langkah menyapa indra pendengaranku.
Aku hanya bisa melihatnya dalam diam.
"Apa kesibukanmu akhir-akhir ini?"
"Emm aku sangat merindukanmu."Suara itu, suara hangat nan lembut yang ku rindukan.
"Apa kau makan dengan teratur?"
"Ck, kenapa pipimu yang gembil ini terlihat mengecil hehh."
"Makanlah yang baik aku tak mau pacarku ini sakit dan kurus kering, pfft.."Rentetan kalimat itu yang selalu ku rindukan, membuat satu kurva hadir menghiasi bibir merah muda keputihan milikku.
Ini hal yang ku tunggu ia bercanda namun terselip nada khawatir di dalam nya.
Senyumnya..
Ia tersenyum sangat lebar menunjukan senyuman kotaknya.
Oh tuhan, tampan sekali pria iniii.
Hujan terasa amat indah saat ini dan ku harap waktu berhenti hanya untuk sesaat, aku masih ingin melihat wajahnya lebih lama.
Namun sepertinya hal itu tak akan terjadi karena tak lama kemudian bus arah rumahnya telah tiba, ia pergi-
-sembari merangkul pacarnya.
Hemm dia hebat memilih pacar, kali ini pacarnya terlihat lugu namun manis secara bersamaan.
Mirip seperti diriku dahulu ketika arwah ini masih bersemayam dalam raga.
Aku Bae Joohyun, korban kecelakaan.
Kejadiannya tepat seperti malam ini, saat hujan tengah mengguyur kota dan di depan sana di jalanan ramai itu ragaku bertemu dengan bamper mobil mewah berwarna putih bersih.
Yang dikemudikan oleh ayahku sendiri..
Tujuan utama ayahku, bukanlah merenggut nyawa putrinya. Jadi jangan anggap dia pria yang jahat.
Ia hanya kurang suka terhadap tambatan hati putrinya yaitu kekasihku Kim Taehyung yang ketika itu kami sudah berhubungan cukup lama dan terlalu jauh hingga diriku menampung kehidupan lain dalam ragaku.
Ayahku yang mengetahui hal itu mendesaknya menikahiku, karena alasan umur kami yang masih duduk di bangku sekolah menengah ia mengajakku untuk menghilangkan bayi di dalam sana.
Ayahku tak terima dan berniat membunuhnya setelah ia mengantarkan ku pulang sekolah.
Itu salah satu kebiasaan kami, berjalan dari sekolah hingga halte dekat perumahanku dan darisana ia menaiki bus menuju rumahnya.
Malam itu, sepertinya diriku terlanjur bodoh oleh rasa cinta.
Aku menggantikan posisinya.
Diriku merelakan nyawa berharga ini untuknya. Hanya untuknya.
Namun kenyataan pahit yang ku terima bukanlah yang ku harapkan.
Setelah ragaku menjadi abu, ayahku tercinta terkurung dibalik pintu rumah sakit jiwa. Karena halusinasi rasa bersalahnya terhadap diriku.
Keluargaku hancur,
Ibuku menggantung dirinya di loteng rumah kami, keluarga besarku menjauh.
Dan dia sang pelaku utama masih bisa hidup tenang dan tertawa riang bersama kekasih barunya.
Ingin diriku mencabik seluruh wajahnya yang sialnya tampan itu, namun aku tak sanggup.
Biar saja katai aku bodoh karena memang itu kenyataannya.
Setiap malam aku menungguinya naik maupun turun dari bus bersama wanita berbeda setiap hari.
Aku memperhatikan dirinya bersenda gurau bersama wanitanya.
Aku yang ikut tersenyum melihat senyuman kotaknya.
Aku yang ikut tertawa melihat tawa menggema darinya hingga mata indahnya menyipit.
Dan aku yang selalu menangis di tengah kepergiannya.
Itulah aku, arwah bodoh yang tak bisa pergi maupun kembali.
Aku tak tau jelas apa tujuanku tetap berdiam diri di dunia ini.
Jika tuhan menungguku membalaskan perlakuan pria kim itu, mungkin tuhan harus rela menungguku sampai akhir waktu.
Karena, diberi waktu sebanyak apapun diriku tetap tak mampu melakukannya.
Bangku halte ini, biarkan aku berdiam disini lebih lama memperhatikannya dari kejauhan membuat diriku bahagia.
Gemercik hujan malam ini biarlah terus turun agar diriku tak merasa kesepian menungginya esok hari.
¤¤¤
Thank you for reading
Maaf banget kalo banyak salah, ini cerita pertamaku..
See u soon👐pic on pinterest