BRUK
Hantaman keras di balik punggung mengagetkannya.
Untung ia gemar berolahraga akhir-akhir ini, hingga hantaman keras barusan tak membuatnya terjerembab. Mau ditaruh dimana wajah tampan dan nama besar keluarganya.
"Ah maaf, maaf sekali" alunan suara lembut menyadarkan Kim Taehyung.
Sialan, ingin marah tapi tak bisa. Pelakunya cantik sekali.
Dia mau tidak ya jadi pacarku? Batin Taehyung sembari membayangkan hal-hal indah bersama si pelita rupawan di depannya.
"Permisi, hey apa kau baik-baik saja?" Tanya si gadis khawatir.
Sebab sejak diajak bicara, si lawan hanya diam dan senyum-senyum sendiri.
"Ah maaf, aku baik. Tak usah khawatir aku pria kuat perkasa, sehat walafiat, pintar bersahaja, kaya raya, dan tentu banyak warisan. Jadi, maukah ananda menikah denganku?"
"Ck ck ck pria gila."
Tak menghiraukan pesan panjang Kim aneh Taehyung, Joohyun geleng-geleng dan melenggang menuju kelasnya.
▪︎▪︎▪︎
Entah kemalangan dari mana, sialnya ia kembali berjumpa dengan si pria aneh. Mereka satu kelas. Kelas 10 IPA.
Ucapan Kim Taehyung kala awal Perjumpaan ternyata tak main-main, nyatanya selama 3 tahun bersekolah tak hentinya Ia mengejar Bae Joohyun seorang.
Memberi perhatian, membantunya dalam segala hal, menemani Joohyun kemana saja termasuk mendatangi Joohyun ke tempat kerjanya.
Joohyun? Ia tentu tak menanggapi kehadiran si tampan. Sampai kapan pun.
Hingga di acara kelulusan sekolah, di bawah rindang pohon tempat Joohyun merenung memikirkan nasibnya seusai lulus sekolah.
Dia, Kim Taehyung datang menghampirinya. Membawa bucket bunga teramat indah. Bunga mawar berwarna merah. Tanda Cinta.
Walau sedikit terkesiap, Joohyun kembali memalingkan wajah enggan menatap si puan.
"Selalu, Bae Joohyun. Entahlah aku tak tahu apa salahku padamu hingga kau selalu acuh akan kehadiranku. Tapi aku Kim Taehyung akan tetap mencintaimu. Jadi, maukah kau menjalin hubungan dulu denganku? Tenang tak langsung menjadi istriku ...bila itu yang kau takutkan."
Ucapnya sambil terkekeh mengingat awal perjumpaan mereka.
"Tidak, selamanya tidak Kim. Terima kasih atas tawarannya," sela Joohyun cepat sebelum Taehyung sempat melanjutkan ucapannya.
"Kenapa? Kenapa kau tak pernah meihatku Bae?"
"Apakah tak cukup usahaku menarikmu bagai magnet? kutub utara menarik kutub selatan."
Tidak lagi, ucapan serius ini bukan seperti ucapan-ucapan Taehyung biasanya. Penuh candaan dan tengil. Namun ini, lugas juga serius. Joohyun tertegun menyaksikan sisi lain itu.
"Maaf, jawabanku tetap tidak Kim. Mohon lupakan aku Kim"
"Mungkin saat berkuliah nanti kau dapat menemukan wanita yang lebih baik dariku dan tentunya setara denganmu."
"Apa maksudmu? Aku tak kan berpaling aku mencintaimu apa adanya, aku tak melirik wanita lain kalau itu yang kau takutkan Bae."
"Jadilah pacarku. Hanya kamu" sekali lagi Taehyung menyampaikan niatnya.
"Bukan Kim, bukan itu semua yang ku takutkan."
Joohyun tak ingin berbohong lebih lama sebab apa yang ia ucap tak sesuai dengan isi hati. Tak ingin menambah dusta, Joohyun memilih pergi menghindar. Seperti yang selalu ia lakukan.
Sebelum niatnya terwujud, lengannya sudah lebih dulu dicekal.
"Jelaskan Bae, aku ingin tahu. Alasanmu itu, biarkan aku mengetahuinya."
Terdiam sejenak, Joohyun tak bergeming. Hingga beberapa menit berlalu ia memberanikan diri menatap netra teduh Kim Taehyung yang menyiratkan cinta teramat besar untuknya.
"Tidakkah kau lihat Kim, jarak diantara kita terbentang luas?"
Sebelum Taehyung mampu menjawab, Joohyun meneruskan pertanyaan lain yang sebenarnya tak perlu dijawab.
"Tidakkah kau menyadari mengapa aku tak memiliki teman?"
"Tidakkah kau menyadari sikap guru juga pegawai sekolah yang selalu acuh terhadapku?"
"Dan tidakkan kau menyadari bagaimana rekan kerja.., ah bahkan atasanku memandangku?"
"Tidakkah itu menyadarkanmu Kim?"
Keduanya terdiam, hanyut akan pikiran masing-masing.
"Teman-teman menjauh karena aku tak memiliki kelebihan apapun dan tak menguntungkan mereka."
"Guru dan pagawai sekolah tak mengacuhkan keberadaanku karena aku tak punya siapapun untuk membelaku kalau-kalau aku merasa sakit hati."
"Semua rekan kerjaku memandang rendah diriku, atasanku selalu marah padaku, meski aku sudah bekerja semaksimal mungkin."
"Lucu bukan?" Joohyun terkekeh geli dengan pandangan kosong.
"Semua orang tak mau denganku, karena aku Bae Joohyun si fakir. Tak punya apapun. Bahkan kedua orangtua. Mereka meninggalkanku kala aku masih kecil. Tidakkah jelas bahwa aku adalah benalu mereka? benalu semua orang."
"Kau salah Bae, sekarang kau punya aku. Lakukan apapun denganku, berikan dirimu padaku akan kubawa kau ke duniaku." Ucap Kim Taehyung mantap.
"Tidak Kim, aku bukanlah Cinderella yang siap menanti dan menyambut pangerannya."
"Kau pula bukan pangeran itu Kim, tak ada pangeran yang cocok denganku."
"Pangeran terlalu sempurna untuk diriku yang hina."
"Maka sekarang kau punya, karena kau tak hina dimataku"
"Sekali lagi, tidak Kim." Joohyun mulai lemah.
"Walau sejujurnya aku berharap demikian, nyatanya ini bukanlah dongeng anak pengantar tidur."
"Realita ketika aku berurusan dengan pangeran maka aku harus berurusan dengan pandangan raja, ratu, dan penghuni kerajaan itu terhadapku. Dan aku tau pasti jawabannya,"
"Dimana pun dan kapan pun tak akan ada yang mau memungut segumpal sampah sepertiku."
"Kau salah Bae"
"Nyatanya kau belum mencoba,
Bila kau dikucilkan ada aku untuk menemanimu,
Bila kau diacuhkan aku akan menjadi garda terdepan membelamu,
Dan bila kau dipandang rendah, maka aku yang akan mengangkat harga dirimu dengan selalu berada disampingku."Bae Joohyun hanya terdiam.
"Tentang kerajaanku yang kau khawatirkan? Kau belum pernah memasukinya bagaimana kau tau isinya?"
"Kerajaanku tak seperti kerajaan lainnya asal kau tahu, Raja dan Ratu kerajaanku sudah menerimamu. Bahkan sedari dulu kala ku ceritakan tentangmu."
Berhenti sejenak, lalu Kim Taehyung mengulurkan telapak tangannya dihadapan sang dara.
"Maka, Cinderellaku. Mau kah kau mencobanya? Hidup bersamaku."
°°°
Thank you udah baca ceritaku..
Maaf kalo ceritanya monoton dan melantur.
Love you all.Have a nice day, love♡.
all pic on pinterest.