Bab 9 - Markas Harimau

86 46 8
                                    

" Jika terus bermain-main denganmu seperti ini, apakah aku akan terpesona? "

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

" Jika terus bermain-main denganmu seperti ini, apakah aku akan terpesona? "

- Daniyal Abqari -

" Mau kemana? Setelah buat masalah mau kabur begitu saja? " Kata Abbas pada Daniyal sembari menahan pergelangan tangan Daniyal. Daniyal melontarkan tatapan sinis. Amarahnya masih menggebu-gebu. Ia menepih tangan Abbas serta bergegas keluar dari kedai itu.

Abbas menatapnya dalam. Ia terus menatap lelaki itu. Daniyal sangat tak asing di mata Abbas. Rasa pilu menggeluti dadanya. Memori ingatanya menghantarkanya kembali pada sahabat karib yang pernah ada dalam hidupnya. Sangat berarti dalam hidup Abbas. Sayang ia telah tiada. Ia pergi mendahului semua orang tersayangnya.

" Abi.. " Haifah menepuk pundak suaminya yang terlihat tengah melamun. Ia seketika tersadar serta menoleh pada istrinya.

" Itu Niyal, kan? " Tanya Haifah. Abbas mengangguk.

" Dia sudah tumbuh besar, ya. " Sahut Haifah.

" Dia sangat mirip Yusuf. " Ucap Abbas.

Fathan sedikit tercengang melihat dua pasangan suami istri itu yang ternyata mengenal Daniyal. Mereka terlihat seperti telah mengenal lelaki itu sejak lama. Ia penasaran apa hubungan mereka dengan lelaki itu.

" Kalian mengenalnya? " Tanya Fathan pada kedua pasangan suami istri itu.

" Dia itu adik sahabatku yang sudah meninggal. Dulu, ia masih kecil. Tak terasa ia sudah sebesar ini. " Sahut Abbas berseri-seri mengenang Daniyal.

" Tapi, kenapa kalian berkelahi? " Pertanyaan itu dilontarkan Haifah.

" Dia mengganggu Amna. Aku baru saja tiba dan mendapatinya mengusik Amna. " Perkataan Fathan membuat Abbas dan Haifah menoleh ke arah Amna. Serasa tak percaya anak yang dulunya bersikap manis kini menyakiti perempuan. Amna sedari tadi hanya diam saja. Ia menundukan kepalanya.

" Jadi, yang Amna maksud itu, Daniyal? " Pungkas Haifah. Amna mengangguk. Ia tak mengeluarkan sepatah kata pun dari mulutnya.

Rasa iba menyelimuti hati Abbas dan Haifah. Iba kepada Amna juga pada Daniyal. Waktu kakaknya masih hidup, Daniyal adalah anak yang penurut. Baik itu kepada kakak-kakaknya ataupun kedua orang tuanya. Almarhum Yusuf sering membawa Daniyal kemanapun ia pergi. Itulah mengapa Abbas dan Haifah dapat mengenal lelaki itu yang sudah beranjak remaja. Mereka sangat mengenal sifat Daniyal sebelum ia di tinggal kakaknya.

Sejak Yusuf meninggal, mereka tak pernah tahu lagi kabar Daniyal dan seorang kakak perempuanya bernama Sarah. Sudah bertahun-tahun lamanya. Kini mereka menjumpai lelaki itu lagi. Sayang, sifat dan sikapnya berubah drastis. Ia tumbuh menjadi anak yang badung.

***

Amna berdiri tepat di depan sebuah gudang kumuh. Jalanan sepi. Membuat bulu kuduknya merinding. Waktu masih menuju pukul 19.00. Namun, daerah itu memang terbilang minim di lalui kendaraan. Di depanya terdapat rerumputan lebat yang terlihat seperti hutan belantara. Gudang itu sedikit berjarak jauh dari rumah warga.

Luka yang Kau Beri (LYKB)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang