Amna dan Safa berdiri tepat di sebuah butik dengan cat berwarna hijau tosca. Di pinggiran jalan depan butik itu terukir sebuah nama pada sebuah baliho kecil, "Ghaniya Boutiqe". Amna memeriksa kembali alamat yang dikirimkan Fiza. Benar. Tepat di butik tempat mereka berdiri saat ini.
" Ayo masuk, Fa. Ini benar tempatnya. " Ajak Amna.
" Ini memang butik yang baru buka yang tadi aku bilang, Na. " Ujar Safa.
" Bagus deh. Kamu bisa sekalian belanja. " Sahut Amna.
Mereka segera melangkahkan kaki memasuki butik itu. Suara lonceng berdering begitu Amna membuka pintu butik itu. Seorang wanita berpakaian syar'i yang merupakan salah satu karyawan di butik itu, menyambut hangat kedatangan mereka.
" Assalamualaikum, selamat datang di Ghaniya Boutiqe. " Sapa ramah si karyawan itu.
" Saya mau ketemu sama Fiza Ghaniya. " Tutur Amna.
" Silahkan ikut saya, mbak. " Kata karyawan itu.
Karyawan berjilbab itu membawa Amna dan Safa pada sebuah ruangan yang terletak di dalam butik itu. Karyawan itu mempersilahkan mereka masuk.
Seorang gadis tengah duduk di kursi kerja. Ia langsung berlonjak dari duduknya begitu melihat kedatangan Amna. Raut wajah terkejut terukir diwajahnya. Namun, segera ia palingkan dengan senyuman hangat pada kedua gadis itu.
" Silahkan duduk. Akhirnya aku bisa ketemu sama kalian. Terutama sama kamu, Amna. " Ujar Fiza.
Tak berlama-lama ia langsung saja menyodorkan sebuah paper bag persegi empat berisikan sebuah tas mewah kepada Fiza.
" Menurutku ini terlaku berlebihan. " Ucap Amna.
" Kamu nggak perlu kasih hadiah semewah ini sama aku. " Sambungnya lagi.
" Kalau begitu aku permisi dulu. "
" Ayo, Fa. "
Belum sampai langkah kaki Amna dan Safa menuju pintu keluar, gadis itu menghadangnya. Masih banyak yang ingin ia sampaikan pada gadis itu. Ia bahkan belum menyampaikan satu pun kata yang memang harus ia ucapkan.
" Hadiah ini mungkin nggak seberapa dari apa yang pernah aku lakukan ke kamu. Aku juga tahu, dengan hadiah ini masih belum membuat kamu mau memaafkan aku. Tapi, aku benar-benar tulus. Tolong terima hadiah ini sebagai permintaan maafku atas kelakuan buruk ku dimasa lalu. Anggaplah ini untuk membayar semua uang yang pernah aku ambil secara paksa. " Tutur Fiza sembari menyodorkan kembali paper bag itu.
" Memaafkan itu mudah. Melupakan yang susah. Insha Allah aku udah maafin kamu dan semuanya. Tapi, untuk melupakan, jujur saja itu masih sulit. Tas semahal ini pun nggak bisa menghapus ingatan-ingatan itu. Jadi, maaf, aku nggak bisa menerima pemberian ini. Doain aja ya, semoga kedepannya aku bisa maafin kamu tanpa harus mengingat kenangan kelam itu. " Ujar Amna lalu beranjak membuka pintu kantor itu dan keluar dari sana meninggalkan Fiza yang termenung dengan paper bag berisikan tas mahal di tangannya.
***
Amna baru saja tiba di depan pagar rumahnya setelah mendapat pesan dari ibunya. Ia mengatur napas dalam-dalam sebelum melangkahkan kaki ke dalam rumahnya. Pasalnya, jantungnya berdebar sangat kencang seakan tak mau membuatnya tenang.Setelah merasa siap, ia melangkahkan kaki ke dalam rumahnya. Disana sudah terdapat empat orang termasuk ayah dan ibunya yang menyambutnya hangat dengan senyuman ramah.
" Kamu pasti Amna, kan? " Tanya seorang lelaki paruh baya.
" Iya, saya Amna. " Jawab Amna sembari tersenyum ramah.
Mata Amna tertuju pada wanita paruh baya dihadapannya. Serasa tak asing wajah itu baginya. Seakan ia pernah melihat sosok wanita itu sebelumnya. Wanita yang terus tersenyum padanya itu terlihat berseri-seri memandang Amna dihadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Luka yang Kau Beri (LYKB)
Ficção AdolescenteWARNING!!! cerita ini mengandung adegan kekerasan... Sisipkan vote atau komenya ya.. biar author semangat nulisnyaa... Amna Dairah adalah seorang gadis periang dan cerdas. Ia selalu tersenyum dan menjalani hari harinya dengan bahagia. Namun, seroang...