Blow Your Mind

560 69 21
                                    

Leo masuk ke dalam ruangan milik Anta setelah sempat mengetuk pintunya pelan beberapa kali. Anta terlihat hanya mengangkat kepalanya sebentar lalu memilih kembali berkonsenterasi terhadap pekerjaannya.

"Anak magang udah pada datang, banyak juga ternyata," cerita Leo tanpa diminta oleh Anta.

Yang diajak mengobrol hanya menganggukkan kepalanya saja. Kemudian, "ada Putra kan, tapi? Yang bantuin?"

Leo menganggukkan kepalanya, "ikut lah, yuk, kan yang sering handle anak magang sebenarnya elo..." kata Leo setengah memelas, "gue agak pusing kalau mereka udah mulai belajar macem-macem," aku Leo.

Anta sudah berniat seperti itu sebenarnya, maka ia kemudian beranjak bangkit dari duduknya lalu kembali mengenakan jaket jeans-nya, walau kemudian ia berbelok ke arah pantry terlebih dahulu.

Satu gelas Latte tak ada salahnya, pikir Anta, padahal tadi pagi ia baru saja menghabiskan segelas Americano.
Melupakan kewajibannya setidaknya untuk menerima makanan berat terlebih dahulu dari hanya sekedar kafein.

Walau sepertinya yang Anta temukan malah bukan sesuatu yang familiar.

Di dalam ruangan persegi itu terdapat satu orang laki-laki muda, dengan gayanya yang tidak biasa.

Errr... Rambutnya memang begitu, ya?

Yang anehnya malah terlihat tidak aneh sama sekali, sedang tampak bingung menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri dengan air muka yang sangat bingung.

"Halo? Ada yang bisa dibantu?" sapa Anta dengan ramah, juga dengan senyumnya yang sangat lembut.

Membuat seseorang yang disapanya tadi kemudian terlihat membeku, dan mengeluarkan gesturnya yang kaku. Seperti menggaruk leher belakangnya, yang Anta berani bertaruh tidak terasa gatal sama sekali. Juga tersenyum sangat lebar, memamerkan gigi kelincinya yang...

Lucu...

"Maaf, Mas... Ini..."

Anta masih menunggu kelanjutan kalimat dari sosok yang ada dihadapannya, "hu um?"

"Diminta Mas Putra untuk buat kopi tadi," jawab laki-laki muda itu akhirnya.

Oalah...

"Kamu peserta magang, ya?"

"Betul, mas," jawab laki-laki itu dengan sangat yakin.

Sepertinya tradisi meminta anak magang baru membuat kopi masih sangat kental didalam benak Putra, membuat Anta tanpa sadar sedikit merutuki kebiasaan rekan kerjanya itu.

"Kenalin, Hartanta Malique, panggil Anta aja," Anta menyodorkan tangan kanannya ke hadapan laki-laki yang akhirnya diketahui Anta sebagai peserta magangnya kali ini.

"Bobby, Mas Anta," jawab Bobby masih dengan senyum lebarnya dan menjabat erat tangan Anta dengan penuh antusias, "tapi sebenarnya kalau Mas Anta sih saya udah tau, soalnya sering dengerin siaran Mas kalau baru bangun pagi, sama Mas pernah ikut acara kampus saya setahun lalu," jawab Bobby masih dengan raut wajah yang sama.

"Oh, ya? Kampus mana?"

"Ki Hajar Dewantara, Mas. Saya pilih kesini juga karena sering dengerin Mas Anta, sih," aku Bobby, dengan sangat lantang.

Anta mengangguk membenarkan bahwa memang setahun lalu Youth FM pernah menjadi salah satu sponsor Pensi di salah satu Universitas Swasta yang cukup terkenal itu, "untung keterima ya, Bob?" gurau Anta demi semakin menghangatnya atmosfer di sekeliling mereka.

"Untung banget!"

Keduanya tertawa. Sedikit mengesampingkan kenyataan bahwa mereka bahkan baru saja berkenalan satu sama lain beberapa menit yang lalu.

Can We Talk? - Koo Junhoe & Kim Jiwon [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang