Hujan Warna-Warni

521 64 37
                                    

Pukul 02.45 dini hari, Anta, Bobby, Leo, Putra dan Bagus akhirnya mendarat di dalam unit milik Anta yang berada di The Wave Epicentrum.

Anta langsung beranjak mengeluarkan beberapa selimut dan satu alas lantai yang lumayan tebal dan cukup lebar untuk digunakan sebagai alas tidur ketiga rekannya.
Kepalanya lalu menoleh, "kamu enggak nginep, kan?" seolah mengingatkan Bagus tentang niatnya tadi, dan dijawab oleh anggukan kepala milik laki-laki itu.

Air wajah Anta sudah berubah sejak Leo dengan semena-mena mengajak Bagus untuk ikut mampir, dan cukup membuat mood-nya menjadi sangat berantakan.

Dan Bobby menyadari itu.
Mata Bobby masih saja melihat perubahan gestur Anta yang gusar.

Anta lalu memilih tidak ikut mengobrol dan beranjak berlalu ke dalam dapur. Mencuci beberapa peralatan makan yang tadi pagi ia tinggalkan begitu saja.

"Bob," panggil Anta pelan namun cukup dapat didengar oleh Bobby, dari dalam dapur, membuat Bobby kemudian langsung melesat begitu saja menghampiri laki-laki yang semakin tidak bisa ia usir dari dalam kepalanya itu.
"Kalau mau minum, di dalam kulkas ada air dingin, dan beer," tawar Anta, "tapi kalau kamu teler, aku pusing nanti pagi kalau harus siaran sendiri," seloroh Anta.

"Sekaleng aja boleh, ya?" Bobby belum bisa menghilangkan kebiasaannya melontarkan kalimat dan intonasinya yang terkesan kekanak-kanakan itu. Sudah terbiasa bersama dengan Seno dan Septian yang paling hanya dijawab dengan makian oleh kedua sahabatnya.

Anta terkekeh lembut.

Ralat.
Bahkan terdengar sangat lembut kalau sudah masuk ke dalam telinga Bobby.

"Boleh," jawab Anta, pandangan matanya pun melembut, seiring dengan cengiran Bobby yang sangat lebar.

Bobby menghampiri kulkas milik Anta yang terletak tidak jauh dari tempat mereka mengobrol tadi, mendapati kemudian Bagus perlahan mendekati Anta.

Bukan Bobby tidak ingin ikut campur, hanya saja, dirinya bukan siapa-siapa kalau dibandingkan Bagus, jadi ia memilih melipir sebentar setelah menuang isi kaleng beer ke dalam satu gelas bening, dan berakhir mendudukkan tubuhnya di atas kursi makan.

Leo dan Putra terlihat sudah berganti baju dan sepertinya sudah ingin mulai beristirahat walau tampaknya malah semakin seru membahas apa yang sekiranya kurang pada acara off air radio mereka tadi.

Bobby ingin menyusul untuk beristirahat, tadinya seperti itu, sebelum telinganya mendengar satu kalimat dengan intonasi suara yang tertahan milik Anta.

"Kamu tau, kan, aku enggak suka dipaksa begini? Dari dulu juga kamu tau aku enggak akan komplen dengan apapun keputusan yang kamu ambil? Terus kenapa kamu baru nyesel sekarang, sih?" kata Anta dengan intonasi tak berkenannya.

"Ya, apa sih susahnya buat kasih aku kesempatan lagi?" bujuk Bagus, berusaha sekali menekan intonasi suaranya agar tidak meledak.

"Udah keseringan, kalau kamu lupa. Setiap aku mau coba move on kamu begini lagi, begini lagi, seolah maksa aku buat stuck di kamu, padahal aku udah muak banget."

Bobby tidak berniat menguping, oke? Jadi jangan salah paham.

Errr...

Oke, keliru, jelas ini masuk ke dalam kategori menguping.

Bobby menelan ludahnya, kemudian mencari-cari wajah Bagus melalui ekor matanya. Sedikit penasaran dengan reaksi laki-laki yang Bobby yakini memiliki usia yang sama dengannya itu, setelah mendengar kalimat Anta yang terakhir tadi.
Tapi nihil.

Mungkin Anta dan Bagus akhirnya menyadari bahwa intonasi suara mereka tadi cukup keras untuk di dengar seisi penghuni apartemen.

Tidak berapa lama kemudian, "gue balik, ya, Mas Leo, Mas Putra, Bobby," pamit Bagus sembari menganggukkan kepalanya dengan gerakan yang lemah, sedikit banyak Bobby mengerti alasannya, membuat Bobby seperti merasakan ada sesuatu yang membuncah dari dalam dada.
Apalagi kalau bukan karena sebuah kenyataan yang sudah sangat terpampang jelas dihadapannya.

Can We Talk? - Koo Junhoe & Kim Jiwon [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang