SIXTEEN(16)

1.9K 134 35
                                    

Pelan-pelan yah bacanya^^

Happy Reading^^


Hyunsuk takut menghadapi konfrontasi Mashiho. Dia sudah mengatakan hal yang tidak mengenakkan padanya sebelumnya, namun ternyata Mashiho sama sekali tak mempermasalahkan hal itu. Dia malah datang jauh-jauh dari luar Kota untuk membantunya membuat kue.

"Suk" pria manis itu menggeleng, lalu tersenyum kembali, "sungguh, gak papa, aku ngerti kok. Nah, sekarang gimana kalau kita bawa semua barang-barang ini dan segera menyiapkan kejutan?"

Kebaikan hatinya membuat Hyunsuk semakin merasa bersalah sekaligus juga mengerti alasan kenapa Jihoon pernah mencintainya.

Malam ini, Hyunsuk sudah merancang kejutan untuk ulang tahun Jihoon. Mashiho bersedia membantu menyiapkan kue. Yoshi akan menahan Jihoon sebisa mungkin sebelum Hyunsuk memberikan waktu yang pasti untuk membawa Jihoon pulang.

Menjelang siang, ada ketukan pintu.

"Jihoon?" Hyunsuk bertanya-tanya.

"Ini rumahnya. Kenapa dia harus mengetuk pintu rumah?" Mashiho memutar bola mata.

"Astaga.. benar juga. Sebentar aku liat dulu"

Hyunsuk membuka pintu dan melihat Yedam dan Junkyu di balik pintu.

"Hyunsuk!" Yedam kegirangan, kemudian memeluknya. "Kau pasti terkejutkan? Well, Mashiho tiba-tiba saja ingat kalau hari ini ulang tahun Jihoon dan aku ingin turut memberikan kejutan"

Hyunsuk melirik Junkyu yang mengangguk kecil. "Astaga kirain siapa, ayo masuk, Mashi istrimu sudah didalam"

"Apa yang sudah kalian lakukan? Kuenya sudah? Ah aku hanya bisa membantu dekorasi saja, ya kan bung" ceroscos Yedam.

"Ya, kami bisa membantu mendekorasi"

Mashiho yang sibuk berada didapur pun ikut menghampiri, "Astaga kalian terlambat! Cepat bantu menyiapkan segalanya"

"Sudah-sudah, aku akan melanjutkan membuat kue didapur bersama Mashi, kalian disini bantu mendekor yah itu alat-alatnya ada di seberang sofa" dan mereka berdua menghilang di dapur.

"Baiklah aku akan memasang ucapan selamat datang dan kau menyiapkan confetti" kata Yedam.

***

Jihoon menghela nafas. Akhirnya, pekerjaan hari ini selesai juga. Perancangan tokoh sudah berjalan separuh. Robin dan Leo benar-benar sudah bekerja keras. Mereka sekarang tengah bercanda sesaat setelah komputer mereka padam.

Punggung Jihoon terasa begitu tegang ketika menyandarkan diri pada kursinya, meregangkan tiap inci otot-otot tubuhnya yang mulai mati rasa. Matanya juga sudah mulai agak sakit. Sambil melepas kacamata anti-radiasi, dia memijat hidungnya. Berjam-jam di depan komputer, Jihoon tak akan kaget bila matanya cepat rabun.

"Jihoon" suara Yoshi mendekat. "kau sudah bekerja keras"

"Thanks" gumamnya, "kau juga"

Kedua tangannya yang besar memegang kedua bahu Jihoon dan memberikan pijatan. Dahi Jihoon mengerut curiga. Jika sudah bersikap manis begini, Yoshi pasti ada maunya.

"Apa maumu?" Tanya Jihoon to the point.

Yoshi menyengir lebar, masih memijat bahu Jihoon yang nyaris mengerang nikmat. Yoshi benar-benar tahu titik yang pas yang membuat punggungnya terasa ringan.

"Akhir-akhir ini kau jarang ikut kami kumpul, kita tak pernah lagi minum bareng dan ngobrol sampai puas. Kami mulai merindukanmu"

Kurasa, Jihoon tahu kemana arah pembicaraan ini. "Kami?"

My NeighborTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang