"Kalau begitu anda bisa datang lagi lusa, tuan min. Kami akan mempertimbangkan permohonan anda" yoongi lekas undur diri dari hadapan wali kelas putranya.
Ia keluar dengan wajah berang, muak rasanya menghadapi putranya yang mendadak menjadi seperti ini. Ia menutup pintu mobilnya dengan keras, meluncur menuju kediamannya dengan kecepatan penuh.
Kemudi itu diremat keras oleh yoongi, mengingat semua penjelasan wali kelas namjoon membuatnya terus berapi-api. Tetapi ada satu hal yang membuatnya bertanya keras, data kesehatan yang diserahkan oleh pihak sekolah, mereka bilang namjoon sering sekali masuk UKS dalam beberapa minggu terakhir. Namun agaknya semua kekhawatiran nya itu tertutup dengan kecewanya yang besar akan prestasi namjoon yang hancur lebur.
"Namjoon benar-benar membuat ayah kecewa"
**********
"Terimakasih, paman" namjoon tersenyum hangat pada paman Jung yang menyerahkan setoples cookies lezat buatan bibi.
Ia tadi sedang bersantai di rumah kakak nya, Jung hoseok. Mereka dekat, tak hanya sebagai tetangga, tetapi juga sebagai keluarga. Sejak ibunya pergi setahun tahun lalu, ia mendapat afeksi penuh dari keluarga Jung. Berbicara itu ia jadi menghela nafas, apa tubuhnya yang lemah ini akan terus bergantung pada dokter Jung yang juga ayah kak hoseok. Lamunannya terpecah saat mendengar suara pintu dibuka dengan keras dan yoongi terlihat mendekat ke arahnya.
"Pulang!!" Yoongi dengan keras merenggut lengan namjoon,
Pyarrr
Toples di genggaman namjoon lepas begitu saja, membuatnya berserakan di sekitar kamar hoseok. Namun yoongi tidak peduli, ia merasa harus membuat perhitungan pada namjoon. Bahkan ketika Jung jaehwan berdiri di hadapan yoongi, berusaha mencegah tindakan kasar yoongi, lelaki berpostur tinggi itu tak peduli. Ia makin keras menggenggam lengan namjoon.
"Ayah, sakit--"
"Apa yang terjadi, yoongi?!" Jung jaehwan berlari saat mendengar keriuhan terjadi di kamar hoseok.
"Tidak usah ikut campur, Jung jaehwan. Kau harus tahu dimana batasmu"
*******
"Lihat ini, kau puas hah?!" Yoongi melemparkan hasil belajar namjoon begitu saja
Yoongi marah, marah pada dirinya sendiri yang tersaingi oleh Jung jaehwan. Namjoon begitu tertutup padanya, tetapi tidak pada jaehwan. Anak itu akan dengan sukacita menceritakan apapun pada jaehwan, dan yoongi tidak suka itu. Dan hasil raport namjoon membuatnya makin kecewa, namjoon benar-benar hanya mengerti tentang main saja.
Mata namjoon berkaca-kaca saat memandang hasil belajarnya, ia gagal menjalankan semuanya. Ia tahu ia sudah berusaha, tetapi otak kecilnya ini memang tidak bisa diajak berkompromi sama sekali. Belum selesai ia menangisi hasil belajarnya kepalanya sudah ditarik ke belakang oleh yoongi.
"Kau pikir tangisanmu ini berguna? Kau mempermalukan ayah min namjoon!!"
"Kalau perlu tidak usah sekolah saja, jadi gelandangan saja biar kau rasakan susahnya ayah membangun nama ayah sebesar ini!" Sentak yoongi keras.
Yoongi menghempaskan tubuh kecilnya, meninggalkannya yang terduduk di lantai. Ia tahu ia salah, ia tahu ia menghancurkan semuanya. Ia pikir ayah akan keluar, tetapi yang ayah lakukan jauh lebih dari itu, ayah mengambil tongkat baseball di sudut kamar lekas memukul semua miniatur milik namjoon..
Prangg
Tangan itu mengayun keras, menghancurkan semua barang yang ada di kamar namjoon. Membuat namjoon bahkan tak mampu berbuat banyak, yang ia lakukan hanya merenggut ponselnya, berjaga-jaga jika ayah akan menghancurkannya. Dalam mata redupnya namjoon merekam jelas bagaimana ayah menghancurkan semua miliknya termasuk foto mereka berdua. Tangannya dengan keras menahan gerakan ayah, namun tenaga ayah terlihat sangat penuh hingga ayah tak sengaja menghempaskannya hingga jatuh menghantam marmer rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Drabble Namjoon
FanfictionBerisi cerita one shoot atau two shoot dari namjoon. yang sudah tau akun NJRapmonnie, nah sekarang aku pindah disini..