Melyot #29

3K 393 56
                                    

×××× Melt Your Heart ××××

Dengan langkah cepat Aldebaran segera mencari Andin. Sementara Bu Ina yang masih kebingungan hanya mengikuti langkah Aldebaran dengan sedikit pelan. Berulang kali Aldebaran meneriakkan nama Andin,namun tak ada jawaban. Semuanya sepi seperti dulu ketika Andin belum menjadi istrinya.

"Maaf Mas,mungkin Mbak Andin ada di ruangan sana" Tunjuk Bu Ina ke ruangan rahasia. Saking kalutnya, sampai-sampai Aldebaran melupakan ruangan rahasia mereka yang mungkin saja di tempati Andin.

"Iya Bu,saya akan coba cari Kesana. Saya minta tolong Bu Ina siapkan satu porsi makanan untuk Andin" perintah Aldebaran. Kini Bu Ina berlalu ke dapur dan Aldebaran mulai mengetuk-ngetuk pintu ruangan rahasia mereka.

"Andin... Ndin...buka Ndin ini saya"

Tak ada sahutan dari sana. Semuanya hanya keheningan.

"Ndin....Andini Qaisha Sulaiman... Tolong buka dulu pintunya. Ini saya Ndin" Aldebaran mengetuk dan coba memutar kenop pintu dan hasilnya tetap saja,pintu itu tertutup rapat.

Lima belas menit kemudian masih saja tak ada tanda-tanda dari dalam sana. Al yakin,Andin sengaja atau malah memang tak mendengar ketukan pintunya.

Aldebaran mencoba mendobrak pintu itu dengan sekuat tenaga. Karena pintu ruangan rahasia ini sama dengan pintu kamar tamu yang tidak terlalu besar dan berat,maka Al coba mendobraknya.

Satu kali percobaan,pintu itu masih tertutup rapat.

Lalu kedua kalinya,sudah ada sedikit celah yang terlihat.

Dan ya, percobaan ketiga kalinya akhirnya bisa. Pintu itu terbuka dan Al langsung masuk ke dalam. Mencari keberadaan Andin.

Terlihat seorang wanita sedang duduk dengan wajah yang tertelungkup di dekat sofa.

"Andin.." Al menghampirinya dengan perlahan.

Terdengar isakan dari tubuh Andin. Keadaan wanita itu begitu mengenaskan,dengan rambut yang acak-acakan dan sudah menutupi sebagian wajahnya juga mata sembab disertai hidung yang terlihat merah karena menangis daritadi.

"Mas..." Jawab Andin pelan lalu mulai bangkit berdiri dan tentu saja Al langsung membantunya.

"A-ak-aku coba menerima kalau kamu memang mau berpisah denganku" Andin kembali menundukkan kepalanya dan sesekali mengusap perutnya yang belum terlihat membesar.

"Andin,kamu hamil?" Tanya Al mengalihkan pembicaraan.

Andin hanya menunduk. Ia tak ingin menatap mata pria itu. Andin tak mau kembali merasakan jatuh cinta dan nantinya ia akan sulit mengikhlaskan Aldebaran lalu tak lama wanita itu mengangguk pelan.

"Mas,maaf ya. Aku ikhlas,apapun keputusan kamu aku terima. Aku tau aku salah dan nggak bisa dimaafkan" Tiba-tiba Andin berlutut di hadapan Aldebaran seolah meminta ampun kepada suaminya itu.

Jelas Aldebaran langsung menopang dan mengangkat tubuh Andin yang terlihat lunglai tak bertenaga.

"Nanti kamu nggak usah mengantarkan aku ke rumah ya Mas,biar aku sendiri yang pulang dan kamu tenang aja Mas,aku nggak akan pernah bilang sama dia kalau kamu Papanya. Aku nggak akan menuntut apapun dari kamu. Jadi,setelah kita nggak saling terikat kamu bisa bebas mencari istri baru" Andin berkata dengan tangisan yang ia tahan. Pandangan nya tetap ke bawah dan ia mengelusi perutnya itu.

"ANDIN! Apa sih? Kamu jangan bicara seperti itu"

"Mas,aku tau kamu sudah terlanjur kecewa dan aku rasa mungkin memang jodoh kita hanya sampai di sini. Biarin Mas,aku nggak apa-apa kalau harus mengurusi dia sendiri. Aku akan menebus kesalahanku sama kamu dengan cara seperti ini. Setelah ini aku nggak akan pernah kesini apalagi ganggu kamu. Masa depan kamu masih panjang Mas,kamu pasti akan punya pengganti yang lebih segalanya dari aku" Andin kini mulai mengangkat wajahnya dan tersenyum getir dengan sayatan luka di dalam hatinya yang ia sembunyikan.

Melt Your HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang