8 Desember
Waktu semakin menipis. Hari demi hari akan terlewati begitu saja. Terasa cepat karena kita selalu bersama. Takutnya sebelum sempat kita sadari, keadaan tiba-tiba memisahkan kita. Maka dari itu aku bersyukur, sebab hari itu seperti ada secercah harapan untuk kita menghabiskan waktu yang tersisa dengan membuat kenangan bahagia. Ah, kenangan tak selalu membahagiakan. Tapi hidup memang seperti itu, kan?
{||}
"Timmy, Etta!" keduanya menoleh bersamaan dan kemudian agak terkejut.
Sebuah keajaiban Grizelle sudah tiba di sekolah. Biasanya ia akan datang menjelang waktu literasi pagi atau saat guru hampir masuk kelas. Hari ini, ia datang di waktu yang mungkin terlalu pagi dalam kamusnya.
Nafas gadis itu masih tak beraturan. Tadi pasti ia berlari masuk ke dalam gedung sekolah. Mengejar kedua sahabatnya yang sudah sampai di lantai tiga.
Claretta mendekatinya. "Kamu kenapa, Griz? Pagi-pagi udah ngos-ngosan aja."
"Tumben dateng pagi." Timothy menambahkan membuat Grizelle menatapnya sebal.
"Gak boleh emangnya?"
"Boleh kok. Aneh aja seorang Grizelle Nara datang sebelum bel masuk bunyi. Sering-sering deh kamu kayak gini. Kelihatan rajin jadinya." balas lelaki itu sambil merangkul sahabatnya.
Mereka berjalan beriringan bersama hingga sampai di depan kelas Claretta dan Grizelle.
"Kita masuk duluan ya, Timmy." pamit Claretta sambil melambai.
"Eh!" Grizelle tersentak. "Oh iya, lupa!" kemudian menepuk keningnya.
Timothy yang hendak melanjutkan jalannya terhenti. "Lupa apaan?"
"Ish, tadi aku mau ngomong sesuatu sama kalian. Tapi karena lari, capek, terus lupa."
"Terus? Kamu udah inget sekarang?"
"Udah. Nah, tadi tuh ... "
Tengnengnengneng ... Tengnengnengneng ...
Bel masuk berbunyi memutus ucapan gadis dengan rambut terurai yang agak berantakan itu.
"Bel, Griz. Nanti pas istirahat aja ya. Aku duluan." Timothy melambaikan tangan dan berlari kecil menuju kelasnya di ujung lorong.
"Ayo, Griz, masuk." Claretta menyadarkan sahabatnya yang tak kunjung masuk ke dalam kelas.
"Eh, iya."
Kedua gadis itu berjalan menuju tempat duduk mereka di baris kedua pojok kiri. Dekat dengan pintu masuk.
"Eh, hari ini ada free class setelah istirahat. Guru mau rapat." Reza, ketua kelas 11A berucap lantang dari tempat duduknya di pojok belakang.
"Ada tugas gak, Za?" seseorang bertanya.
Lelaki itu kembali fokus pada telepon genggamnya. "Bu Elsa sakit dan gak nitip tugas ke guru piket. Jadi, gak ada tugas."
Tak sampai sedetik kemudian kelas ramai oleh suara sorakan. Untungnya tak terdengar sampai ruang guru atau ruang kepala sekolah di lantai satu.
"Nah, pas." Grizelle bergumam seraya membuka tasnya.
"Apanya yang pas?" gadis yang duduk di sebelahnya bertanya.
"Liat aja nanti." jawab Grizelle dengan senyum sok misterius yang membuat Claretta mengangkat bahunya.
Tidak banyak yang terjadi setelah itu. Grizelle hanya memasang earphone di telinga kananya dan membuka buku sementara Claretta mulai mencorat-coret bukunya dengan tulisan abstrak. Ia sedang tidak dalam keadaan semangat membaca. Padahal membaca buku adalah salah satu kegiatan favorite-nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
30 Days To Go
Teen Fiction-Untuk Claretta Rhea Maheswari- Hanya itu yang tertulis pada sisi depan surat warna kuning cerah yang dipegangnya. Penasaran, Claretta pun membuka amplop itu dari belakang dan seketika segala hal yang terjadi beberapa tahun belakangan kembali merasu...