16 Desember
Oh, dan acara ulang tahun itu. Idemu boleh juga. Pasti jadi ingatan yang menyenangkan. Lalu janji hari itu aku tidak datang. Kamu pasti curiga karena aku tidak bilang apa-apa. Malah baru mengabari esoknya di sekolah. Aku tidak berbohong kok. Mungkin lain kali kita bisa melakukannya. Aku akan mengingat kecerobohanku yang ini. Tapi, waktu untuk kita tak banyak lagi. Apa masih sempat untuk membuat kenangan-kenangan lainnya?
{||}
Claretta tengah makan bekalnya sendirian di dalam kelas. Grizelle sebelumnya ada di sini bersamanya. Hanya saja gadis itu tiba-tiba ingin pergi ke toilet dan Claretta pun mengangguk memperbolehkan. Bahkan ia sempat menawarkan untuk menemani tapi Grizelle bilang tidak usah.
Gadis itu pun merenung sejenak. Seperti ada sesuatu yang harus ia ingat. Tapi apa itu ia pun tidak bisa memikirkannya.
Gavin masuk ke kelas saat Claretta masih termenung. Lelaki itu melihat pada Claretta namun ia membiarkannya dan duduk dengan santai di belakang tempat duduk Grizelle. Mengeluarkan ponsel dan mulai bermain game.
Fathan masuk kelas beberapa saat kemudian. Lelaki itu heboh ingin bercerita kepada Gavin namun suaranya yang menggelegar malah akan membuat ceritanya terdengar siapa saja.
"Gavin, gila parah! Gue belom punya bahan apa-apa buat mading! Harus dipajang tanggal 12 dan besok itu tinggal hitungan jam! Eh, gue harus apa dong, Gavin!?"
Claretta menoleh pada Fathan yang masih berteriak sekalipun lelaki itu telah ada di samping Gavin.
"Besok tanggal berapa, Fathan?"
"Hah? Oh, 12 Desember, Ta. Kenapa?"
"12 Desember?" Claretta mengingat tanggal yang sepertinya unik itu kemudian menepuk dahinya saat ia sadar akan suatu hal.
Bertepatan dengan Grizelle masuk ke kelas, Claretta berteriak padanya. "Griz! Gawat! Besok kan Timmy ulang tahun!
Grizelle kaget namun kemudian ia juga panik. Baru ingat salah satu sahabatnya akan bertambah umur. Setidaknya ia dan Claretta harus melakukan sesuatu untuknya. Persiapan mereka hanya satu hari jadi mereka harus apa?
Gadis dengan rambut digerai itu mendatangi Claretta dan mengguncang bahunya. "Etta, kita harus apa!?"
"Berisik!" seseorang yang juga telah masuk ke dalam kelas menegur mereka.
Grizelle meminta maaf padanya kemudian duduk di samping Claretta.
"Kita ngapain, ya, Griz? Aku belum kepikiran apa-apa."
"Tenang kita pasti bisa dapet satu ide cemerlang."
Keduanya terus berpikir.
"Beliin hadiah aja gitu? Kayaknya bosen banget." Grizelle tidak menemukan sebuah ide.
"Kalau mau susah ya harus kita kerjain lah."
Dengan munculnya perkataan itu Claretta dan Grizelle pun berkumpul di rumah orang tua Claretta. Tempat paling nyaman untuk diskusi ya di sini. Maka dari itu mereka sekarang tengah merencanakan sesuatu di kamar gadis itu.
"Pertama, kita culik Timothy Jonathan."
{||}
Dengan bantuan kekuatan dari Gavin dan Fathan, Timothy pun benar-benar diculik. Lelaki itu dibawa ke mana saja oleh kedua orang suruhan ini untuk pergi jauh-jauh dari rumah.
"Ada apa emangnya? Tumben banget kalian ngajak gue jalan." kebiasaan Timothy memanggil diri dengan 'gue' saat bersama teman laki-laki pun keluar.
Fathan menoleh pada Gavin. "Bosen lah gue jalan berdua doang sama Gavin. Kali-kali ngajak lo boleh juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
30 Days To Go
Teen Fiction-Untuk Claretta Rhea Maheswari- Hanya itu yang tertulis pada sisi depan surat warna kuning cerah yang dipegangnya. Penasaran, Claretta pun membuka amplop itu dari belakang dan seketika segala hal yang terjadi beberapa tahun belakangan kembali merasu...