H

9 3 0
                                    

Entah untuk alasan apa, mereka tak bertemu lagi sepanjang liburan yang tersisa beberapa hari. Pada pagi hari setelah mereka bangun di kamar Claretta, Grizelle dan Timothy ikut sarapan pagi bersama kemudian pulang ke rumah masing-masing. Mereka tidak saling menyapa maupun bertatap muka. Ketiganya saling tidak mengetahui kabar masing-masing dan akhirnya dapat bertemu kembali saat hari pertama semester dua di sekolah.

Pagi itu Claretta telah rapi dengan seragam sekolahnya. Ia berjalan santai memasuki area sekolah dengan menggendong tas ransel hitamnya yang tidak ia ganti selama sekitar empat tahun.

Tidak sengaja saat ia mendongak menatap ke depan, matanya bersinggungan dengan iris milik Timothy. Lelaki itu tersenyum dan menghampirinya. Tapi, sedetik sebelum lelaki itu merangkulnya, Claretta lebih dulu menghindar.

"Kamu siapa?"

Timothy mengernyit. "Aku siapa?"

"Reno atau Revan? Kok kayak ada yang aneh?"

Claretta memandang Timothy dari ujung kepala ke ujung kaki. Rambutnya yang berponi diangkat ke atas, klimis. Kemudian anting yang sekarang tergantung di telinga kanan. Turun ke dasinya yang tumben sekali tidak rapi. Bajunya masih seperti biasa dimasukkan ke dalam celana. Kemudian sepatu baru yang belum pernah dilihat Claretta sebelumnya.

"Eh, sepatu baru. Kenalan dong." gantian Claretta yang kini mendekati Timothy berusaha menginjak sepatunya.

Lelaki itu menghindar sebisa mungkin dan mereka pun jadi kejar-kejaran sampai hampir saja Timothy menabrak seseorang yang membuatnya berhenti mendadak. Claretta yang berlari di belakangnya pun tertubruk tubuhnya yang jangkung.

"Kalian kenapa sih pagi-pagi udah lari-larian aja? Gak takut keringetan?"

"Grizelle?" Claretta mengintip dari balik tubuh Timothy dan begitu melihat Grizelle berdiri tegak dengan menaruh tangannya di pinggang, ia langsung menerjangnya dengan pelukan.

"Hai, Claretta."

Grizelle terlihat berbeda dengan poni yang menutupi dahinya. Ia terlihat semakin menggemaskan.

"Eh, Timmy kenapa?"

"Tuh, kan, Griz. Aku juga ngerasa aneh."

"Aneh gimana?" Timothy menatap dirinya sendiri pada cermin yang kebetulan berada di samping mereka. "Tadi, tuh, aku telat jadi dasinya gak rapi."

Lelaki itu membicarakan dasi, tapi yang ia rapikan malah poninya yang sepertinya tidak akan kenapa-napa walaupun ia berlari keliling lapangan sekolah.

"Aneh banget, Griz. Aku takut." Claretta berbisik di telinga Grizelle.

"Iya, Ta. Tapi ngomongnya mirip-mirip Timmy sih gak berubah." Grizelle menyilangkan tangannya di depan dada. "Terus itu anting kenapa dipake ke sekolah?"

Walaupun sekolah mereka tidak melarang siswanya memakai aksesoris, Timothy sangat jarang bahkan mungkin tidak pernah memakai aksesoris saat ia berada di sekolah. Katanya ia pergi ke sekolah adalah untuk belajar bukan fashion show.

"Pengen aja, Griz. Siapa tahu diantara adek kelas kita ada yang aku suka."

Grizelle dan Claretta berpandangan.

"Tapi, kita kan baru semester dua. Bukan naik kelas?"

"Oh, salah, ya?"

"Oke, dia sekarang emang aneh."

Mereka pun berpisah saat bel masuk berbunyi nyaring.

Setelah pertemuan singkat di kelas selesai, mereka mendapatkan waktu bebas sehingga Claretta, Grizelle, dan Timothy memilih berkumpul di dalam perpustakaan. Tadinya mereka akan duduk di kantin untuk sekedar makan cemilan, ternyata kantin pada hari ini sungguh ramai dan mereka pun urung berdesakan di tempat itu.

30 Days To GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang