F

7 3 0
                                    

24 Desember

Beberapa hari tak masuk dan akhirnya dapat berkumpul kembali di rumahmu setelah kejadian itu membuatku merasa ikatan persahabatan kita jadi lebih erat. Christmas eve tahun ini sungguh indah. Aku tak pernah membayangkan akan merasakan pengalaman yang amat indah dalam hidup ini. Hari natal pun tak kalah menyenangkan. Ngomong-ngomong aku kaget kau memberikan hadiah pada kami. Yang pertama dan terakhir katamu? Hahaha... wajahmu memerah saat memberikannya. Memangnya memberi hadiah pada pacar sampai malu-malu begitu?

{||}

Pagi itu hujan baru saja reda. Claretta dipaksa memakai jaket oleh ibunya saat ia akan berangkat sekolah. Gadis itu jarang memakai jaket jadi ia kira penampilannya akan aneh dengan seragam yang disertai balutan pakaian hangat lengan panjang berwarna abu-abu cerah itu. Wajar sih ibunya memaksa. suhu udara pagi ini agak dingin dan Claretta memang seseorang yang mudah kedinginan.

Sampai di gerbang depan sekolah, ia dapat melihat sebagian besar siswa juga menggunakan pakai hangat yang tidak terlalu tebal. Negara ini tidak sedingin itu namun musim hujan memberikan rasa dingin tersendiri yang membuat orang perlu menggunakan pakaian yang menghangatkan.

Begitu menginjakkan kaki di kelas, Claretta merinding sesaat. Daripada di luar ruangan, kelasnya terasa lebih dingin. Sepertinya air conditioner kelasnya sedang bekerja sangat baik dalam merendahkan suhu ruangan.

Claretta pun tidak banyak bicara dan langsung duduk di kursinya. Ia menengok ke samping dimana biasanya Grizelle duduk. Gadis itu memang akan datang beberapa saat sebelum bel masuk atau saat waktu literasi dimulai. Jadi, dengan tenang ia memutuskan membaringkan setengah tubuhnya di atas meja.

Beberapa menit berlalu dan Claretta akhirnya bangun saat bel masuk tengah berbunyi nyaring. Ia kembali menengok ke samping namun ia tak menemukan keberadaan Grizelle. Tas sekolah yang biasanya dipakai gadis itu pun tidak tersampir di sandaran kursi. Membuatnya melihat sekeliling dengan bingung.

"Grizelle gak masuk, ya?" Claretta menoleh ke samping kanannya pada seorang gadis yang menatapnya dan kursi Grizelle bergantian dengan wajah penasaran.

"Hmmm..." Claretta pun menjawab dengan gumaman tidak jelas.

"Lah, gak masuk? Yah, padahal hari ini ada tugas kelompok." seorang gadis lain terlihat mengeluh kesal.

"Kenapa dia gak masuk? Sakit?"

"Beneran sakit? Terus gimana kerjaannya ini?"

"Tugas akhir tahun loh."

"Claretta, lo gak bisa ngehubungin dia apa? Disuruh masuk coba temennya."

Di kursinya Claretta entah kenapa merasa tidak nyaman dengan semua pertanyaan itu. Tiba-tiba ia merasa tertekan.

"Apa kita coret aja namanya? Duh, tapi Grizelle yang paling ngerti tentang ini."

"Terus siapa yang bakal nyunting kerja kelompok kita?"

"Sia-sia dong kita masukin dia ke dalam kelompok?"

"Mentang-mentang mau pindah kok jadi seenaknya sih?"

"Eh, Claretta." seorang lainnya menyenggol bahu Claretta yang membuat gadis itu tersentak. "Dia emang gak bertanggungjawab ya orangnya?"

"Gak bisa dipercaya, nih?"

"Terus sok kecantikan lagi."

"Mukanya kayak diramah-ramahin gitu kalau ngomong sama cowok." lama kelamaan ucapan yang tidak-tidak terdengar di telinganya yang mulai terasa pengang.

"Genit, ya?"

"Katanya dideketin Kak Patra? Atau sebenarnya dia yang ngedeketin?"

"Terus sama Timothy itu apa?"

30 Days To GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang