Lao Wen dan Feng Yue pergi kekamar mereka, terlihat jelas kalau Lao Wen sedang memikirkan sesuatu. Feng Yue mendekati Lao Wen, lalu mencium bibir Lao Wen lembut untuk menenangkan Lao Wen. Lao Wen tersenyum, setelahnya ia menghela napas dan berbicara. "Aku tidak tau, kalau tanpa ada kamu mungkin aku sudah lepas kendali."
"Itu gunanya pasangan bukan? Selalu menenangkan, mendampingi walau sampai mati sekalipun." ujar Feng Yue.
Lao Wen tersenyum, hari sudah malam. Semua anggota istana sudah tidur kecuali penjaga istana yang masih harus berjaga-jaga di luar. Feng Yue melihat Lao Wen yang tertidur, namun nampak dahinya yang mengernyit. Feng Yue memperhatikan, Feng Yue tau kalau Lao Wen tidak sepenuhnya tidur. Feng Yue mengusap surai Lao Wen agar dapat tidur dengan nyenyak. Tapi Lao Wen malah terbangun dan berbicara. "Kau belum tidur sayang?"
Feng Yue kaget, lalu berbicara. "Maafkan aku sudah membuatmu terbangun,"
"Tidak apa-apa, boleh aku tidur berbantal pahamu? Aku sedikit tidak nyaman tidur malam ini." ujar Lao Wen.
Feng Yue mengangguk, lalu ia bersandar dan meluruskan kakinya agar Lao Wen dapat berbantal dengan nyaman. Feng Yue mengusap usap kepala Lao Wen dengan lembut. Lao Wen belum memejamkan matanya, ia memperhatikan wajah Feng Yue. Ia melihat bulu mata lentik, hidung mancung, dan bibir mungil merah ranum. Wajah Feng Yue masih terlihat jelas dan berkilau layaknya batu giok yang sangat mahal. Merasa ada yang memperhatikan, Feng Yue melirik kebawah dan melihat kalau Lao Wen sedang memperhatikannya.
Feng Yue membungkuk ingin mencium kening, tapi Lao Wen lebih dulu mencium bibir Lao Wen. Feng Yue berbicara. "Tidurlah, aku akan menjagamu."
Lao Wen mengangguk, lalu mencoba untuk memejamkan matanya. Saat Lao Wen tertidur pulas, Feng Yue mengambil bangal guling untuk menggantikan dirinya. Feng Yue tersenyum penuh misteri. Ia mengambil kertas dan menulis surat, dengan rambut terurai panjang dengan senyuman lembut ia menulis kata demi kata.
Adem banget mukaknya Feng Yue...
Setelah selesai menulis, Feng Yue meletakan surat itu di atas meja. Setelah itu Feng Yue menyelinap keluar dan pergi meninggalkan istana. Feng Yue pergi bukan tanpa alasan, dirinya tau harus kemana. Feng Yue pergi mencari tempat yang selalu ada di dalam mimpinya itu. Karena menurutnya itu tidak jauh dari sana. Feng Yue menyelinap bagaikan bayangan, namun saat ia keluar istana Feng Yue memakaikan kalung Kristal pada Lao Wen, kalung itu dapat memberitahunya kalau Lao Wen dalam bahaya.
Pagi harinya, ketika Lao Wen bangun dari tidurnya ia mencari-cari kemana istrinya pergi. Saat ia melihat sebuah surat langsung membacanya. Saat melihat isi surat itu, ia tersenyum tidak ada rasa khawatir sama sekali.
"Aku akan menunggumu disini sayang, pergi dan carilah yang membuatmu penasaran selama ini. Aku akan baik-baik saja, dan akan menghadapi bahaya disini. Aku justru lega jika kau pergi, aku tidak ingin melihat kau terluka atau melihatmu menderita. Biarlah aku yang menanggung semua beban deritamu disini." ujar Lao Wen.
Feng Yue sudah berada di luar istana, ia pergi sendirian layaknya pengembara. Berbekal pedang di punggungnya dan beberapa uang untuk kebutuhannya. Feng Yue sampai di kota kekaisaran Yutiang, ia beristirahat di sebuah kedai makan. Sang pelayan menyapanya lalu berbicara. "Mari tuan, mau pesan apa?"
"Sup iga teratai, dan air putih saja." ujar Feng Yue.
Feng Yue pura-pura buta, dan pura-pura lemah. Saat memasuki tempat itu ia menyembuntikan pedangnya di dalam dirinya. Lalu menutup matanya dengan selembar kain. Telinganya memiliki pendengaran yang sangat tajam. Dari kejauhan ia bahkan bisa mendengar suara Raja Vampire dan beberapa sekutunya berada disana. Selama ini kehadiran Feng Yue masih menjadi rahasia. Lalu saat mereka masuk, pandangan mereka tertuju pada Feng Yue. Raja Vampire bernama Xielir maju dan berbicara. "Aaaah, baru kali ini aku melihat pria secantik dirimu. Bolehkah aku tau namamu?"
Sifat Feng Yue yang tenang membalas percakapan itu. "Saya hanya sibuta yang lemah, Saya Qi Ling. Dengan siapakah saya berbicara?"
"Nama yang bagus, saya Xielir... Bolehkah aku bergabung denganmu disini?" ujar Xielir.
"Apalah daya manusia buta ini tidak bisa menolak..." ujar Feng Yue sambil tersenyum.
Makanan milik Feng Yue datang, lalu Xielir berbicara kepada pelayan. "Letakan sup itu di sebelah kanannya agar dia mudah menjangkaunya."
"Baik tuan..." ujar pelayan itu.
Feng Yue tersenyum lalu berbicara. "Terimakasih atas perhatian tuan Xielir..."
Xielir berbicara. "Sama-sama, bagaimana aku tidak lepaskan perhatianku dari orang setampan dan secantik dirimu."
Feng Yue henya tersenyum, lalu Xielir menanyakan keadaan mata Feng Yue. "Bagaimana bisa matamu menjadi buta?"
Feng Yue agak terkejut, namun tidak menunjukannya. Ia menjawabnya dengan santai. "Dulu aku punya sahabat, lebih dari sekedar sahabat. Matanya buta akibat keracunan, lalu aku memberikan penglihatanku padanya. Tapi setelah itu, dia meninggalkanku begitu saja."
"Tidak tau diri, berani sekali dia mencampakkanmu begitu saja. Ikutlah denganku dan menikah denganku, maka kau akan hidup abadi sepertiku." rayu Xielir.
Seseorang dari kejauhan mendengar rayuan itu sedikit kesal. Namun ia tidak menunjukannya, sepertinya orang itu adalah Lao Wen yang diam-diam mengikutinya bersama kedua anao buahnya. Tapi Feng Yue dapat merasakan kehadiran suaminya disana, Feng Yue tersenyum lagi lalu berbicara. "Saya tidak pantas."
Makanan Xielir datang, lalu mereka makan bersama. Tanpa di sadari makanan Feng Yue telah di beri sesuatu. Melihat hal itu Byong Un ingin menyerang, tapi di tahan oleh Lao Wen, dan membiarkan Feng Yue yang menyelesaikan masalah itu. Feng Yue sudah tau, tapi ia tetap memakannya, karena tubuh Feng Yue kini dapat menyerap racun, segala jenis racun apapun, bahkan bisa ular yang sangat ganas sekalipun.
"Saya sudah selesai makan kalau begitu, saya permisi dulu." seru Feng Yue.
"Kenapa terburu-buru? Temanin saya dulu..." ujar Xielir.
Feng Yue membungkuk memberi hormat lalu berbicara. "Maafkan saya yang lemah ini, tapi saya harus pergi."
"Ya sudah kalau begitu... Hati-hati," ujar Xielir. Xielir merasa percaya diri dan membiarkan Feng Yue pergi dengan obat bius itu.
Tapi siapa sangka, Feng Yue tidak pingsan sama sekali justru malah semakin kuat. Feng Yue terus berjalan hingga akhirnya di hadang oleh Xielir. Feng Yue pura-pura bertanya, padahal dia tau itu siapa. "Siapa disana?"
Xielir diam dan menyentuh Feng Yue diam-diam, akankah Feng Yue menghindar? Kalau Feng Yue menghindar itu berarti dia tidak buta. Tapi kalau Feng Yue tidak menghindar, itu bearti Feng Yue benar-benar buta. Dan tepat sekali dugaan Feng Yue, ia sengaja tidak menghindarinya agar Xielir percaya.
Tangan Feng Yue di tarik oleh Xielir, lalu Feng Yue berbicara lagi dan pura-pura panik. "Siapa kau? Dan apa maumu?"
Bersambung...
Hai jangan lupa vote dan komennya ya...
Raja Vampire yang ena ena ma ibu suri... Xielir.
KAMU SEDANG MEMBACA
BL - DYNASTIE
Short StoryDirinya menemukan jasad yang usianya sudah ribuan tahun lamanya, di sebuah gua saat dirinya tersesat. Jasadnya masih utuh, dengan rambut putih panjang, dan menggunakan pakaian era Dynastie. Pemuda itu membawa tubuh pria itu ke tempat penelitiannya...