03 : If Happy Ever After Did Exist

1K 122 106
                                    

Sarada menghela napas panjang. Ia sudah berganti pakaian dengan piyama, matanya langsung melek seribu watt saat mendapati notifikasi dari calon mantan suaminya.

Boruto

|besok kujemput ya
|ada yang mau aku omongkan

"Sial," desis Sarada kesal. Wanita itu memutuskan melepas satu persatu kancing piyamanya, mendadak merasa gerah. Melempar piyamanya ke sembarang arah, Sarada memutuskan memejamkan mata dengan hanya mengenakan tanktop.

Sarada menarik napas dalam-dalam. Suara Boruto terngiang di pikirannya. Kagura, proyeknya. Sarada mendesah frustrasi. Minggu besok ia dan Boruto akan resmi bercerai. Proyeknya lancar saja, Perusahaan Kaminari mau menyiapkan duapuluh milyar agar Sarada mau membantu meloloskan perizinan ke pemerintah setempat.

Cukup menyuap pemerintah setempat, tidak sampai sepuluh milyar. Esoknya izin pembangunan trem bawah laut pasti akan ia dapat.

Lumayan, cuan lagi.

Hira Ayyena

|maaf bu
|pak denki dari perusahaan Kaminari bilang izinnya harus bulan ini
|Terus langkahnya bagaimana ya bu?

Minggu depan kita ke Hokkaido|
Pembangunan trem masuk wilayah Hokkaido, kita temui langsung walikotanya|

|Baik bu

Siapkan uang dua milyar dulu. Kita cek kondisi lapangan seperti apa|

|Baik bu, akan saya siapkan

Sarada mengembuskan napas lega. Pokoknya minggu ini urusannya dengan Boruto harus sudah selesai! Gara-gara pria itu, ia jadi tidak produktif.

Sarada tiba-tiba tersentak menyadari sesuatu. Ia bahkan sama sekali belum mengabari orangtuanya, Sasuke dan Sakura. Adiknya juga belum.

Tapi seulas senyum sinis terbit cerah di wajah Sarada.

"Ayah dan Ibu tidak perlu tahu. Buang-buang waktu saja," ketusnya sambil memeluk guling yang ada di atas kasurnya.

 Buang-buang waktu saja," ketusnya sambil memeluk guling yang ada di atas kasurnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Boruto menggelengkan kepalanya tegas.

"Aku udah kasih apa yang kamu pengen, Tsuru. Enggak usah mengusik Sarada lagi!" ketus Boruto, menatap tak suka wanita berambut hitam di hadapannya.

"Apa kamu enggak malu punya mantan istri seorang pendosa?" Tsuru kembali mempersuasif Boruto. Tangannya bergerilya di sekitaran leher Boruto, tapi dengan cepat pria itu menghempaskan kasar tangan kurus Tsuru.

"Aku juga pendosa. Istriku jadi pendosa juga karena aku!" sergah Boruto terang-terangan. Matanya berkaca-kaca, pria itu melonggarkan dasinya yang terasa begitu mencekik lehernya.

Avenoir : Rewrite The Stars | BoruSara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang