Menatap Sarada yang duduk tenang di vila sembari memakan cilok yang tadi mereka beli, kepala Boruto kembali dipenuhi berbagai macam pertanyaan membingungkan yang membuatnya pening.
Jawaban Sarada tadi benar-benar di luar dugaannya.
Malam sudah menjelang, mereka hari ini tidak jadi ke Ubud maupun ke Air Terjun Sekumpul. Sarada hampir jatuh, kepalanya pusing sekali katanya. Akhirnya Boruto memutuskan membawa Sarada kembali ke vila untuk beristirahat.
"Kapan kita mau buat momongan, Sayang?"
Boruto berdiri, memandang Sarada yang kini mendadak jadi patung batu. Sementara Sarada sendiri mendadak merasa kakinya lemas seperti jeli.
Wanita itu sudah bertekad untuk mengubah masa depan. Tapi ia sendiri tidak tahu bagaimana caranya.
Ia masih bimbang.
"A-aku ikut kamu aja, Bolt. Kamu maunya k-kapan?"
Jder! Bagai disambar petir, Boruto gantian mematung di hadapan Sarada. Safirnya membulat tak percaya, menelan ludahnya kasar.
"Sarada, kamu enggak kesurupan, 'kan?"
Bulu kuduk Boruto mendadak berdiri. Sarada menggelengkan kepala polos, memalingkan wajahnya yang memanas karena tersipu.
"A-aku serius, Boruto."
Boruto menggelengkan kepala. Berusaha mengenyahkan pikiran aneh yang menguasai otaknya, tapi nyatanya tak bisa.
Sarada yang biasanya pasti akan menolak ucapan Boruto mentah-mentah.
Boruto terpekur, istrinya itu duduk manis dengan kimono yang menempel di tubuhnya. Memakan ciloknya anggun. Mengatupkan mulutnya rapat-rapat tanpa berbicara. Sarada adalah makhluk ekspresif yang cerewet terkadang, dan wanita itu berubah dalam satu malam tanpa Boruto ketahui penyebabnya.
Apa kepala Sarada terbentur saat tidur?
Boruto memutuskan duduk di sebelah Sarada. Pria itu kembali berniat untuk mengetes istrinya. Secara tiba-tiba Boruto menaruh kepalanya di paha sang istri, berbaring sembari menatap wajah istrinya yang sedikit tertutup dada.
Sarada tersentak. Tapi wanita itu tetap mengulum bibirnya tenang sembari mengunyah cilok. Sangat tenang, membuat Boruto mengembuskan napas curiga.
"Sayang," panggil Boruto sembari menepuk lengan istrinya. Sarada menundukkan kepala, menatap Boruto polos.
Tapi Boruto tahu benar, itu bukan tatapan polos.
Itu tatapan berkaca-kaca, seperti orang yang ingin menangis tapi sengaja ditahan.
Sarada sendiri menelan ludah kasar. Obsidiannya ditatap begitu dalam oleh Boruto, seakan pria itu ingin menelanjangi pikirannya bulat-bulat. Air mata Sarada kembali muncul, sisi sentimentil wanita itu selalu datang saat melihat wajah tampan Boruto.
Happy Ever After is exist, buktinya I still holding you like this ....
Tangan Boruto terjulur, menyenggol sedikit payudara Sarada yang menghalangi pandangannya pada wajah sang istri. Menangkup wajah istrinya pelan, Boruto meraba setiap sudut wajah istrinya lama. Kulit kuning terang rupawan, hidungnya yang tidak terlalu mancung tapi pas di wajah. Mata hitam kelam dengan sedikit semburat coklat kemerahan. Rambut istrinya itu digerai, membuat Boruto merapikan anak rambut yang keluar-keluar.
Sarada begitu terhanyut dengan perlakuan Boruto. Gelenyar sendu merambat memasuki rongga dadanya, memenuhi rongga diafragma dengan rasa sesak yang begitu dalam. Sarada menarik napas dalam-dalam, kembang-kempis menahan air mata yang hampir meluncur jatuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Avenoir : Rewrite The Stars | BoruSara
Science FictionPernikahan politik membuat Sarada muak, apalagi setelah Boruto membawa wanita pulang untuk dijadikan istri kedua. Tapi bagaimana bila saat mereka sedang proses bercerai, Boruto justru meninggal dan Sarada mengetahui fakta mencengangkan tentang suam...