01 : Patriarki

1.1K 130 106
                                    

"Sarada, aku berangkat dulu, ya?" Boruto berdiri dari kursinya, menatap Sarada yang tampak bengong di meja makan. Sarada mendongakkan kepala bingung, menatap Boruto dengan tatapan heran.

"Ya udah, tinggal berangkat, 'kan?"

Pikiran Sarada kacau. Ia tak ingin kehilangan Boruto, tapi yang terjadi justru sebaliknya. Kalimat tajam nan menusuk keluar dari mulutnya, membuat Boruto menghela napas panjang.

"Maaf, Sarada."

"Enggak ada yang perlu dimaafin. Kita udah nikah tiga tahun, Bolt. Enggak usah sok minta maaf segala." Sarada kembali berujar dingin, mendesah frustrasi karena mulutnya yang kian tak bisa dikontrol.

Maaf, Boruto.

"Kamu nanti kosong jam berapa?" Boruto masih bertanya baik-baik, mencoba menjalin komunikasi yang baik dengan calon mantan istrinya itu. Sarada melongo tak fokus, oniksnya malah menatap Boruto bingung.

"Hah? Kosong apaan?"

"Kamu nanti istirahat jam berapa, Sarada?" ulang Boruto sabar. Safirnya menatap Sarada lelah.

Ia tidak suka pagi-pagi harus bertengkar dengan Sarada. Ia capek.

"Ooh, istirahat, toh?" Sarada menatap Boruto polos, membuat Boruto kian gemas. Boruto mengangguk pelan, berusaha menyembunyikan rasa gemasnya.

"Iya. Kamu istirahat jam berapa? Nanti aku jemput ke kantor pemerintahan. Kita ke pengadilan," putus Boruto, membuat oniks Sarada membulat tak karuan. Kerongkongannya tercekat, tanpa sadar wanita itu terbatuk kencang.

"Ngapain ke pengadilan, Bolt?"

Argh! Boruto menggeram kesal. Istrinya ini benar-benar, argh ... Boruto menarik napas dalam-dalam, mencoba untuk memahami tingkah laku Sarada yang makin hari makin aneh saja.

Sarada, tolong, aku cuma mau nyelametin kamu.

Jangan bikin aku frustrasi, dong!

"Ooh, iya. Kita 'kan mau cerai, ya?" tanya Sarada lagi, memandang Boruto bingung. Sorot matanya membuat Sarada tampak begitu bego dan bodoh, membuat hati Boruto kian sesak melihatnya.

Apa keputusanku tepat untuk menceraikanmu, Sarada?

"Iya. Kamu kosong jam berapa, Sarada? Biar aku jemput nanti," ulang Boruto untuk ke sekian kali. Sarada melongo, oniksnya menatap Boruto hampa. Sesaat kemudian gadis itu tersadar, matanya mengedip-kedip lucu tak karuan.

"Jam dua belas, Bolt. Aku di kantor, nanti jemput aku di sana aja." Sarada mengulas senyumnya, berusaha memasang wajah bahwa ia baik-baik saja.

Walau sia-sia, karena Boruto sungguh paham ia benar-benar tidak baik-baik saja.

Ajudan Sarada berkali-kali menghela napas saat sang atasan hanya melongo tak fokus selama rapat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ajudan Sarada berkali-kali menghela napas saat sang atasan hanya melongo tak fokus selama rapat. Statusnya sebagai anggota dewan terrajin dipertaruhkan, Sarada berkali-kali menguap saat rapat dengan komisinya.

Avenoir : Rewrite The Stars | BoruSara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang