Part 1

53 17 13
                                    

Oleh : Rae Yohrae

Happy Reading!
.
.
.

|| Estefania PoV ||

Segar.
Itulah hal pertama yang kurasakan ketika melangkah ke dalam ruangan berdinding kaca satu arah. Netra cokelatku segera menelisik ke sekitar, berusaha menemukan perubahan pada ruangan yang hampir tak kusentuh selama tiga hari ini.

Hm, sepertinya tidak ada perubahan di sini. Hanya temperatur yang naik-turun akibat kondisi di luar yang kian hari makin bertambah panas dan hal itu jelas merugikan beberapa pihak, termasuk aku. Tumbuhan daun sirih yang sedang kubudidayakan pun jadi layu dari hari ke hari bahkan ada beberapa yang mati.

Padahal daun sirih adalah bahan utama atau bisa dibilang prioritas bagi dunia medis sekarang yang menangani banyak penderita kanker dan kolesterol; mereka dituntut oleh masyarakat agar dapat bekerja dengan baik dengan menyelamatkan si pengidap.

Para dokter dan perawat tentunya berada dalam tekanan yang sangat besar akibat permintaan dari masyarakat yang tak masuk akal itu. Menyelamatkan nyawa? Apa mereka pikir, dokter dan perawat adalah Tuhan yang mampu mengangkat akar masalah dari semua yang terjangkit?

Mereka saja tidak peduli dengan kondisi pribadi dan terus mengonsumsi racun dari limbah yang juga diproduksi sendiri. Ketika sedang sekarat, akan menuntut dan menyalahkan orang lain dengan alasan tak masuk akal. Tidak, mereka sungguh lucu hingga membuat banyak orang tak bersalah menderita.

Sudah banyak dokter dan perawat yang tumbang, bukan karena penyakit, tetapi karena banyak tekanan dari sana-sini. Tidak, aku tidak akan berakhir menyedihkan seperti itu! Aku akan membalas jasa mereka dengan membuat orang-orang yang suka melucu itu bungkam memakai alat temuanku satu ini.

Aku tersenyum dan menatap bangga sebuah alat berbentuk tabung yang ada di hadapanku ini. Sebuah alat yang akan merubah kehidupan manusia. Ya, aku akan memperbaiki dan memulihkan bumi yang sudah dirusak oleh manusia yang tak bertanggung jawab.

Anganku membayangkan bumi yang kembali hijau dengan banyak hutan pepohonan rindang, laut yang berwarna biru jernih dengan ekosistem yang baik, udara bersih yang ketika dihirup menyejukkan hidung, tanah subur dan gembur yang dapat ditanami berbagai tumbuhan. Ah … aku tak sabar melihat semua itu terwujud di depan mataku!

Saat sedang asyik menatap tabung penemuan ini, suara pintu terbuka disertai hawa dingin menyambutku—tanda aku tak sendiri di dalam ruangan. Tanpa menoleh, aku sudah tahu siapa sosok yang baru saja masuk ke dalam ruangan. Hanya ada dua orang yang bisa masuk ke ruangan ini, aku dan wakil ketua—George.

“Nona Estefania, saya membawa kabar yang kurang menyenangkan.” Dari nada bicaranya yang berat dan serius itu, aku langsung tahu bahwa ada suatu hal yang buruk.

Aku tanpa berbalik pun bertanya kepadanya, “Apa itu?”

Selang beberapa detik hanya suara pendingin ruangan yang mendominasi di antara aku dan George yang sepertinya ragu untuk menjawab. Kesal, aku pun menoleh ke arahnya dengan pandangan tajam. “Aku bertanya kepadamu! Aku tidak menunjukmu sebagai wakil ketua hanya untuk diam seperti patung!” tegasku dengan nada tinggi.

George tampak sedikit menunduk dan ia pada akhirnya membuka mulut. “Maaf atas sifat saya sebelumnya. Saya membawa data tentang beberapa bahan yang kurang untuk pembuatan tabung itu dan … bahan-bahan tersebut tidak dapat ditemukan atau didapat dengan keadaan sekitar yang seperti ini. Kemungkinan besar, penemuan Anda akan gagal," jelasnya sembari mengangkat pandangan dan menatap karya temuanku.

Sontak, aku tersentak dan melebarkan kedua bola mataku. Kedua lututku ikut mati rasa dan berakhir dengan diriku yang jatuh terduduk di lantai, pikiranku mendadak kosong dan aku seperti orang linglung sekarang. Ada beberapa bahan untuk alat penemuanku yang tidak bisa didapatkan?!
“Tidak mungkin! Padahal, tinggal sedikit lagi aku bisa mewujudkan keinginan untuk mengembalikan bumi seperti sediakala,"  ucapku pelan dengan rasa syok yang masih merayap di dalam hati.

Aku mendongak perlahan, menatap karya temuanku yang sebentar lagi akan selesai dan dapat membuat warna hijau dan biru mendominasi bumi lagi. Namun, mengapa harus berakhir dan terhenti di sini? A-aku … tak dapat berpikir! Siapa pun, tolong aku! Katakan padaku bahwa yang diucapkan George adalah bualan!

“Nona Estefania! Apa Anda baik-baik saja?” George mengguncang-guncangkan tubuhku pelan, berharap aku kembali sadar dan kembali ke kenyataan. “Nona, wajah Anda terlihat pucat.” Aku menatap George yang kini melebarkan pandangannya kepadaku, walau sekilas tersirat jelas rasa khawatir di maniknya.

Aku hanya merespon dengan gelengan kecil dan lalu bangkit dengan Gerakan patah-patah. “La-lalu … apa, apa yang harus kulakukan untuk membuat penemuanku berhasil?” tanyaku dengan nada bergetar kepada George.

George ikut berdiri dan menatapku dengan arti yang tak dapat kujelaskan. Lagi, ia terdiam beberapa detik dan itu membuatku kesal kepadanya untuk kedua kali. Namun, sebelum protes kulayangkan, ia pun berkata dengan nada penuh tekanan, “Pergi ke masa lalu.”

Mendengar jawaban konyol dan tak masuk akal dari bawahanku itu membuat kedua alisku meruncing hingga perempatan muncul di dahiku. Apa katanya? Pergi ke masa lalu? Aku tak salah dengar, 'kan? Kini, giliranku yang berkata dengan nada serius, “Apa maksudmu?” Kuberikan tatapan dingin kepada lawan bicaraku.

Sebuah senyuman kecil di wajah George, ia menghela napas singkat dan menaikkan posisi kacamatanya. “Pergi ke masa lalu dengan mesin waktu untuk mengambil bahan-bahan yang diperlukan agar penemuanmu berhasil, Nona.” Entah perasaanku saja, George terdengar seperti sedang mengejekku.

“Abad ke-15, abad yang disebut sebagai tambang SDA yang melimpah dari zaman-zaman yang ada. Kita bisa mengambil SDA yang kurang untuk penemuan Anda di sana dengan menggunakan mesin waktu,” lanjut George yang membuatku tercengang.

Pergi ke abad 15 untuk mengambil SDA? Aliran saraf yang ada di seluruh tubuhku langsung bekerja dengan cepat dan menghasilkan suatu ide yang brilian ketika mendengar penjelasan George.

“Kau benar,” ucapku, “mengapa dari dulu aku tidak melakukannya agar mempercepat penemuanku?” Senyum lebar kukembangkan, tetapi tak lama kemudian luntur ketika suatu hal menyadarkanku. "Namun, pemerintah pasti tidak akan mengizinkan kita untuk menggunakan mesin waktu.”

George kembali memperbaiki posisi kacamatanya yang tak berubah sedikit pun dan menjawab dengan entengnya, “Untuk apa perlu izin bila ini demi kebaikan umat manusia?”

Lagi, aku kembali terdiam dengan penuturannya yang gila. Ya, baik orang dan ucapannya, keduanya gila. Namun, itulah yang kusuka dari George—dia adalah pria gila genius dengan ide-idenya yang luar biasa.

Aku terkekeh pelan, bisa-bisanya mengenal dan menjadikan pria di hadapanku ini wakil ketua—orang yang paling kupercaya. Namun, justru itu adalah keberuntungan yang di mana semua orang tidak memiliki kesempatan sepertiku.

“Kau benar!” seruku dengan seringai lebar, “segera informasikan kepada para kru bahwa kita akan liburan menemui nenek moyang.”

***


Jangan lupa tinggalkan jejak ya!

Time Traveler : The Unhistorical WarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang