Part 22

7 4 0
                                    

Oleh : Fera Kai FoxtrotKilo_27

|| Sarah's POV ||

Rasanya seperti tersengat listrik bertegangan tinggi. Tubuhku menghantam dinding pembatas ibu kota dengan begitu keras. Pundakku seperti mati rasa dibuatnya. Perempuan itu benar-benar ingin melenyapkanku sepertinya. Sembari menahan sakit di pundak kananku, aku menatap Estefania yang ternyata masih tersungkur di atas tanah. Lantas, siapa yang menyerangku tadi?

"Sarah!"

Akash menghampiriku, lelaki itu membantuku berdiri. Kufokuskan pandanganku pada sosok lelaki bernama George yang kini berdiri di depan Estefania dengan senjata di tangannya. Jadi lelaki itu yang menyerangku tadi? Apa dia sudah membuka topengnya sekarang?

Senjata itu benar-benar memiliki kekuatan berbeda dari sebelumnya. Bahkan perisai yang masih kupasang berhasil ditembusnya. Aku tak menyangka jika lelaki itu akan menyerangku seperti ini. Bukankah menyerang dari belakang adalah perbuatan seorang pengecut? Sekalipun kalah darinya aku tidak akan pernah menyesal.

"Pergilah Akash, kumohon. Panggil Lucia ke sini, jangan sampai para tetua tahu akan hal ini," perintah Sarah.

"Tidak, aku akan di sini," tolak Akash.

"Ayolah, Akash. Aku bisa menghadapi lelaki itu sendirian, dan kau cepatlah kembali."

Baru saja Akash melepaskan tangannya yang memapah diriku, sebuah serangan berhasil menghempaskan tubuh Akash begitu jauh. Aku terkejut dan menatap George dengan penuh amarah. Berani sekali dia melukai sahabatku satu-satunya. Namun, saat ini tubuhku sangat lemas dan jatuh berlutut di atas tanah.

"Kau harus mati sekarang! Kau hanya mengganggu rencanaku yang sudah kusiapkan secara matang. Kau menggagalkan rencanaku, dasar serangga pengganggu!"

Aku mendongakkan kepala melihat apa yang akan dilakukan oleh George. Sebuah sinar berwarna merah ternyata mengarah tepat di kepalaku. Di sisi lain Estefania tengah berusaha menggapai lelaki itu dengan susah payah. Apa dia berniat menolongku?

"Setelah kau mati, tak ada yang bisa memengaruhi wanita bodoh ini. Dia bisa kuperalat dengan mudah setelah kalian berdua tiada!" ungkap George yang bersiap menembakkan senjatanya.

Aku tertawa kecil. Bagaimana mungkin aku berpikiran bahwa perempuan itu akan membantuku? Namun, dibantu ataupun tidak, aku tak akan mati di sini. Tidak akan, sebelum mereka pergi dari kota Natureleaf! Senjata itu akhirnya ditembakkan, tetapi Estefania berhasil mengubah arah serangan tersebut. Walaupun arah senjata itu hanya berjarak beberapa senti saja dari tubuhku.

"Benar, dia menolongku," gumamku.

Kuperhatikan pertengkaran yang terjadi di antara mereka berdua. Senjata itu sudah berada di tangan Estefania dan ingin direbut kembali oleh George. Kukerahkan tenagaku untuk menghancurkan benda itu. Suara retakan terjadi, Estefania dan George kemudian memperhatikan senjata yang perlahan retak dan akhirnya hancur berantakan di hadapan mereka.

"Kau!" George berjalan ke arahku dan segera dihadang oleh Estefania.

Tak lama kemudian perempuan itu mendorong George ke sebuah benda yang tak kutahu apa namanya. Benda itu seketika terbang dan pertarungan antara Estefania dan George terjadi di dalam benda berukuran kecil itu. Aku memperhatikan mereka sembari memulihkan tenagaku kembali.

"Akash!" pekikku saat menyadari bahwa Akash juga ikut terluka.

Sekuat tenaga aku menghampiri lelaki berambut hijau itu. Dia tidak akan mati semudah itu, aku yakin. Setelah tiba di tempatnya terhempas, lelaki itu sudah tak lagi berada di sana. Tunggu, dia ke mana? Aku melihat dengan jelas ketika Akash terkena serangan itu. Tak mungkin dia akan langsung menuju surga dengan membawa serta jasadnya bukan? Ah, atau jangan-jangan Akash sudah berubah menjadi tumbuhan!

Time Traveler : The Unhistorical WarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang