Oleh : Fera Kai FoxtrotKilo_27
Sarah's POV
Aku segera kembali ke menara setelah mengungsikan semua penduduk. Sekilas aku melihat ratusan manusia keluar dari benda yang baru saja mendarat itu. Mereka hanyalah manusia biasa dengan peralatan yang tak kutahu benda apa itu. Para tetua pasti akan marah, tetapi aku harus mengatakan yang sebenarnya.
"Tuan Smith, saya tak tahu benda apa itu. Namun, itu bukanlah tunggangan para iblis, melainkan para manusia," jelasku takut.
"Manusia?" sahut semua orang di ruang aula.
"Iya. Walaupun saya hanya sekilas melihatnya saja, tetapi saya yakin mereka hanya manusia. Hanya saja mereka membawa benda-benda aneh," ungkapku kepada mereka.
"Siapa mereka?" gumam Tuan Gabriel yang masih dapat kudengar.
"Kalau begitu saya pergi dulu untuk memantau lebih dekat," ucapku.
Aku pergi meninggalkan menara menuju bagian timur kota Natureleaf. Baru saja sampai di ujung jalan setapak, sosok lelaki berambut hijau itu sudah berada di sana. Ketika tiba di samping Akash, dia langsung menggenggam tanganku dan berteleportasi. Apa dia tidak akan kehabisan tenaga setelah seharian berteleportasi berulang kali? Bagaimana jika di saat yang genting dia malah mencapai batas kekuatannya?
"Apa yang mereka kenakan itu, Akash?" tanyaku.
"Kau bertanya padaku? Lalu, aku akan bertanya pada siapa?" ketus Akash.
"Jawablah pertanyaanku, bukan mengeluarkan pertanyaan lain."
"Aku mana tahu, Sarah. Aku tidak berasal dari tempat yang sama seperti mereka," jawab Akash dengan nada kesal.
"Sekarang! Ambil, rampas, dan rebut SDA apapun yang ada di depan mata kalian!"
Teriakan seorang perempuan mengalihkan pandanganku. Apa aku tak salah dengar? Mereka akan merebut sumber daya alam di sini? Semuanya?
"Kau dengar itu, Sarah? Perempuan itu pasti ketua mereka, lihat saja, sekali dia bersuara mereka semua langsung mengikuti perintahnya," jelas Akash.
"Sebenarnya mereka dari kota mana? Kenapa harus kota Natureleaf yang dijajah?" gumamku.
Aku melihat mereka mencabut umbi-umbian yang sebentar lagi siap panen. Ladang di bagian timur kota kami khususkan untuk menanam umbi-umbian, tanaman obat, dan juga beberapa jenis buah-buahan. Beruntung gudang penyimpanan kami tidak berada di dekat sini, hingga tak perlu dikhawatirkan. Sekarang aku harus memikirkan cara agar mereka tak masuk lebih dalam ke kota Natureleaf.
"Jangan sisakan sedikitpun SDA dan ambil semua yang ada di depan mata!" seru perempuan itu dengan lantang, "ini demi kebaikan umat manusia di abad ke-30!"
Apa, abad ke-30? Mereka dari masa depan? Bagaimana bisa hal ini terjadi. Apakah di zaman itu para penyihir masih ada? Namun, membuat portal untuk ratusan orang seperti ini akan membutuhkan kekuatan yang besar.
"Aku yakin, mereka pasti manusia-manusia serakah di abad itu. Lihat saja tingkah mereka," ujar Akash dengan kesal.
"Mereka tak akan bisa membawa apapun sumber daya alam dari sini!"
Aku menatap nyalang kepada ratusan orang yang mulai mengambil SDA secara membabi buta. Mereka terlihat begitu rakus akan SDA di sini. Mungkin juga terlalu antusias. Apa di abad mereka tak ada tanaman seperti ini? Kakiku sudah gatal untuk turun dari atap rumah ini.
"Kenapa masih ada penduduk di sana?" ucapku kaget.
"Mungkin mereka memang berada di ladang, jadi kita tak sempat mengungsikan mereka tadi," jawab Akash dengan tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Time Traveler : The Unhistorical War
FantasyKetika kerakusan dan nafsu manusia menghancurkan segalanya. Bumi dalam keadaan mati dan gersang, tercemari limbah oleh pihak tak bertanggung jawab. Sisi baiknya, ada dari mereka yang masih memiliki hati dan berencana mengubah bumi menjadi hijau dan...