Penjelasan

226 19 0
                                    


“Terkadang melihat orang yang kita cintai terluka dapat membuat rasa bersalah menjadi tinggi, sehingga menyalahkan diri sendiri bukanlah sebuah solusi dalam menanggapi sesuatu yang telah terjadi.”

🕊
🕊
🕊

°°Heppy Reading°°

**



Waktu menunjukkan pukul 10.00 WIB. Di sebuah kedai kopi dua orang pria sedang berbicara. Hanya ada dua cangkir kopi di atas meja yang belum tersentuh. Percakapan pun terjadi tanpa pengenalan karena keduanya sudah lama saling kenal.

“Maaf karena waktu itu aku menemui istrimu tanpa memberitahu.”

“Apa yang telah kalian bicarakan?” tanya Ariyan pada intinya.

“Aku hanya memberitahunya tentang perasaan Aura padamu.” Tio pun menceritakan kejadian beberapa hari yang lalu.

“Aku bahkan sempat tidak memercayainya dan menyakiti hatinya.” Setelah mengatakan itu Ariyan hendak berdiri.

“Jangan bilang bahwa kamu meninggalkan Dalia sendirian sekarang karena Aura telah merencanakan sesuatu yang tidak bisa kamu pikirkan.”

“Mengapa kamu baru memberitahu hal ini sekarang?” tanya Ariyan mulai gelisah.

“Aku sudah berkali-kali menelepon Dalia, tetapi dia tidak meresponsnya.”

“Itu dia lakukan karena tidak ingin membuatku salah paham lagi,” tebak Ariyan.

Kedua pria itu saling melempar pandang. “Cek di rumahmu dan aku akan mencari, Aura!”

Mereka berdua berpisah menuju tujuan masing-masing. Namun, keduanya tidak menemukan apa yang dicari.

Raut wajah Ariyan tidak bisa ditebak, semua bercampur aduk. Sedangkan Tio sedang menelepon seseorang dengan nada serius.

Berbeda dengan nuansa tersebut di gedung kosong tepat di posisi Dalia dan Aura.

“Kematian adalah solusi dari permasalahan ini.” Aura mengeluarkan belati yang tadi disimpannya.

“Tidak Aura, jangan lakukan itu!”

Belati yang tadinya diam di tangan Aura kini mulai melayang ke atas dan siap diterjunkan menuju Dalia.

Bertepatan sebelum belati itu menancap sebuah tembakan terdengar nyaring membekukan tubuh. Belati itu terjatuh ke lantai membuat orang yang mendengar pantulan bunyi itu semakin membeku.

Beberapa polisi menangkap beberapa pria bertubuh besar yang berjaga di sana. Sedangkan Aura hilang dari sana.
Ariyan menghampiri Dalia dan membukakan ikatan tali yang melilit tubuhnya. “Kamu tidak terluka kan?”

“Makasih kamu sudah datang, aku pikir kita tidak akan bertemu lagi, hiks ....” Dalia memeluk Ariyan dengan tubuh bergetar.

“Kamu jangan takut karena sekarang aku bersamamu.” Ariyan berusaha menenangkan istrinya.

“Aku mau pulang, aku tidak ingin di sini lagi, hiks ....”

Ariyan langsung membawa Dalia meninggalkan tempat tersebut. Gedung itu dipenuhi polisi dan Aura masih belum ditemukan.

“Terima kasih atas bantuannya, Pak,” kata Tio kepada polisi. Polisi kembali pada tugasnya dan Tio pun meninggalkan tempat tersebut.

Beberapa menit berlalu saat mobil Ariyan sampai di rumah mereka. Kondisi mental Dalia sudah tidak seburuk tadi. Namun tubuhnya seakan melemas.

“Aku ingin istirahat,” lirihnya.

“Apa kamu sakit, Lia?” tanya Ariyan panik saat Dalia semakin pucat.

Dalia tidak bisa lagi menjawab pertanyaan Ariyan saat seluruh tubuhnya benar-benar lemas. Kesadaran kembali direnggut darinya hingga dia jatuh pingsan.
































°°°°°°°°°°°°°°°°°°
BERSAMBUNG

🕊
🕊
🕊

Vote dan comment!
Sampai jumpa lagi!

***

Pesisir Selatan, 07 Juli 2021

The Best Imam (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang