"Kenangan buruk selalu saja menghantui, bagai bayangan yang tetap mengikuti.
Masa lalu memang tidak bisa dipungkiri, namun masa depan pasti bisa diperbaiki.”🕊
🕊
🕊°°Heppy Reading°°
**
Author POV
Semenjak kejadian semalam, Ariyan kembali membuka matanya. Ia mengusap kasar wajahnya. Sedikit merenggangkan otot-otot yang semalam terasa kaku. Ia mulai berdiri berbalik menatap pintu dan mulai mengetoknya.
“Sayang buka pintunya, ini sudah pagi.” Ariyan melakukan yang semalam ia lakukan.
Tidak ada suara yang membalas hingga Ariyan membuka pintu kamar. Saat ia memutar knop pintu ternyata tidak dikunci. Dia mencari istrinya, tetapi tidak ditemukannya.
“Dalia, kamu di mana?“ Ariyan bertanya-tanya sambil menuju kamar mandi.
Saat yang dicari tak kunjung bertemu, ia memutuskan untuk kembali ke kasur dan menemukan surat yang semalam dibaca Dalia. Ariyan sangat mengenal surat itu. Surat yang dulu ditulis oleh gadis kecilnya.
Kilatan memori berputar bagaikan kaset di kepala Ariyan, ia menggeleng dan mengusap wajah yang kedua kalinya. Ariyan mulai meninggalkan kamar memasuki mobil. Ariyan berusaha menghubungi Dalia, tapi tidak satu pun balasan yang ia terima. Saat ia mulai panik, mobilnya dilajukan ke rumah Dalia.
Sesampainya di sana, Ariyan turun dari mobil tergesa-gesa. Ia hendak masuk, namun berhenti saat melihat umi di luar rumah.
“Assalamualaikum, Umi,” katanya kepada perempuan yang sedang menyiram tanaman itu.
“Wa ’alaikumsalam, Nak.” Umi melirik ke sana ke mari guna untuk mencari keberadaan putrinya. Merasa tidak puas, umi pun bertanya, “tumben datangnya sendirian, Lia mana?”
Lia pasti tidak ada di sini, karena umi juga menanyakannya, batin Ariyan.
“Kok diam Nak, apakah kalian bertengkar?” tanya umi lagi seakan mengerti dengan keadaan.
“Tidak apa-apa Umi, Ari hanya mampir sebentar,” kata Ariyan.
Ariyan memutuskan pergi sebelum umi bertanya lebih banyak. “Pamit dulu Umi, assamu’alaikum.”
“Wa ’alaikumsalam,” balas umi menerima uluran tangan menantunya.
Setelah memasuki mobil, Ariyan pun mulai memikirkan cara menemukan istrinya. Ia terus mencari, andai ia tahu tempat yang sering dikunjungi istrinya. Hingga waktu Ashar pun masuk, Ariyan Shalat di sebuah mesjid dekat dari rumahnya.
Di saat seperti ini, hanya Allah yang bisa menolong hamba-Nya dari kesulitan. Allah tidak akan memberikan ujian yang melewati kemampuan manusia. Ariyan yakin, semua pasti akan membaik dan Dalia akan segera ia temukan.
“Ya Allah, bantu aku menemukan istriku, berikan petunjuk kepadaku, arahkanlah jalanku menujunya, aamiin.”
Sungguh besar kuasa Allah, ketika hendak keluar Ariyan melihat seorang wanita yang tak lain adalah istrinya sendiri. Ariyan mendekatinya yang masih belum menyadari kedatangan suaminya.
“Assamu’alaikum sayang, kamu kemana saja seharian ini?” tanya Ariyan duduk di samping Lia.
“Wa ’alaikumsalam,” jawab Dalia seraya melipat mukena.
”Kenapa tidak menjawab pertanyaanku?” Ariyan bersikeras mengajak istrinya berbicara.
“Jika kamu ingin jawabannya pergi ke rumah abi dan umi. Tanyakan kepada mereka!” kata Dalia hendak berjalan meninggalkan Ariyan.
“Kamu akan kemana?” Ia mengejar ketertinggalannya.
“Cari aku setelah kamu mengetahui jawaban dari semua pertanyaanmu itu,” kata Dalia tanpa sengaja ia meneteskan air mata dan berlalu pergi.
“Lia, maafkan aku,” teriaknya yang tidak dihiraukan sama sekali.
“Cobaan apa lagi ini Tuhan.” Ariyan mengusap kasar wajahnya.
“Aku harus ke rumah abi dan umi,” katanya berlalu pergi.
Sesampainya di sana Ariyan langsung mengucapkan salam. “Assalamualaikum.”
“Wa ’alaikumsalam.” Terdengar suara umi membukakan pintu.
Setelah umi mempersilahkan menantunya duduk dan membuat dua cangkir teh ia pun kembali duduk bersama kedua pria itu.
“Umi, Ari minta waktu sebentar. Ari mau tanya tentang masa lalu, Lia,” pintanya langsung ke topik utama.
Umi hanya membalas dengan senyum dan mengangguk pertanda iya.
“Abi dan umi akan langsung ke intinya, Nak,” kata umi tampak serius.“Lia bukan anak kandung kami, Nak.”
°°°°°°°°°°°°°°°°°
BERSAMBUNG🕊
🕊
🕊Update lagi, maaf ya nanggung. Silahkan tunggu update part berikutnya😊
👌👌
Pesisir Selatan, 18 April 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
The Best Imam (END)
ChickLitAwalnya hanya pembicaraan kecil yang biasa mereka lakukan setiap kali bertemu. Ya, aku sudah mengenal mereka begitu pun sebaliknya. Tetapi, laki-laki yang barusan bersalaman dengan ramah tiba-tiba mengubah semua suasana. Umi yang sejak tadi mengabai...