8

3.3K 1K 61
                                    

Masa-masa awal di Akademi Militer dilalui Nararya dengan baik. Ia tetap mendapatkan hak istimewa. Seperti pengawalan ketat dan ruangan yang berbeda. Namun saat di kelas dan latihan ia menerima perlakuan sama dengan rekan lain. Kecuali tentang keamanan. Setiap kali mereka latihan, daerah yang akan dilewatinya harus terlebih dahulu mendapatkan pemeriksaan ketat.

Nararya memilih Angkatan Udara sebagai tempat menimba ilmu. Di sana ia belajar tentang banyak hal. Strategi perang udara, hukum penerbangan internasional dan juga batas territorial kerajaan. Selain itu mengenal berbagai macam pesawat tempur yang dikemudian hari ikut menerbangkannya.

Dimasa awal tersebut, setiap malam sebelum tidur, ia menatap langit dari balik jendela. Memandang bintang yang bersinar, sambil membayangkan mata indah milik Agni. Ia tahu rasa ini tak boleh diketahui oleh siapapun, karena akan berbahaya bagi gadis itu. Tapi semakin hari ia semakin rindu. Kalau sudah begitu, Pangeran Nararya memilih melakukan meditasi dimalam yang hening untuk menenangkan perasaan dan rindu yang menggebu.

Jiwanya berkelana mencoba bertemu dengan gadis itu di dunia tak kasat mata. Hingga kemudian ia merasakan detak irama yang sama pada gadisnya. Ada benang indah yang sudah mulai bertaut. Ia bisa merasakan rasa sedih, bahagia maupun kesal dari Agni. Lebih bahagia saat bisa menautkan rasa dengan gadis itu daripada saat bersama ayahnya.

Enam bulan setelah masa pendidikan awal, Nararya diperkenankan pulang. Kali ini kulit putihnya terlihat lebih legam. Dan rambutnya dipotong sangat pendek. Ibunya Ratu Prameswari adalah orang pertama yang memeluknya saat tiba di istana. Dilanjutkan dengan sang ayah dan terakhir adiknya Aditya. Disudut hati terdalam, ia mencari sosok Agni yang tak tampak sejak awal. Meski gelisah, Nararya memilih menyimpan segalanya. Karena aturan istana tetap menjadi nomor satu. Ia harus menghadap sang nenek dan juga beberapa keluarga terlebih dahulu.

Sampai kemudian keesokan paginya, mendapat kesempatan untuk berjalan menuju bagian belakang istana. Ketika semakin mendekat. Samar terdengar suara beberapa orang di dalam rumah.

"Ndak usah takut, putra sulung Bu Pratomo sangat baik. Sudah selesai pendidikan sarjana. Sebenarnya banyak yang berminat, tapi hatinya Mas Hadi tertambat pada Agni, putri kalian.

Sayang sekali kalau ditolak. Belum tentu nanti ada lamaran yang lebih bagus lagi mengingat kedudukan kalian."

"Tapi Agni masih sangat muda. Baru lima belas tahun."

"Saya dulu menikah juga seumuran itu. Tapi akhirnya bisa juga tho. Jadi bagaimana? Boleh dipikirkan dahulu. Saya akan datang dua hari lagi. Ini benar-benar lamaran yang bagus. Nanti kalau ditolak kalian pasti akan sangat menyesal."

Nararya kemudian memilih menjauhi kediaman Paman Gantharu. Matanya menatap tajam saat melihat perempuan yang baru saja keluar dari kediaman sang penjaga istal. Ia marah, tapi sekali lagi tidak diperkenankan untuk memperlihatkan. Buru-buru putra mahkota masuk ke dalam istal, karena yakin sebentar lagi sang pengurus kuda akan datang. Berpura-pura tengah melihat hewan kesayangan, Nararya menyadari bahwa Paman Gantharu mendekat dan segera membungkuk hormat.

"Kenapa tidak menemui saya terlebih dahulu pangeran? Saya bisa menyiapkan kuda untuk anda."

"Tadi saya sudah mendatangi kediaman anda, Paman. Tapi sepertinya sedang ada tamu." jawab Nararya dingin. Sayang Gantharu tidak menyadari perubahan nada suara itu.

"Ya, hanya seorang pencari jodoh, pangeran. Mereka menginginkan Agni."

"Bukankah ia masih sangat muda?"

"Begitulah pangeran, tapi lamaran semakin banyak. Kami sebenarnya ingin agar ia sekolah terlebih dahulu. Setidaknya sampai jenjang SMU."

"Ya, perempuan memang sudah seharusnya berpendidikan tinggi. Apakah paman berencana menyekolahkannya sampai perguruan tinggi? Agni sangat pintar."

HIS MAJESTY/Tersedia Di PLAYSTORE/Open PO.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang