Kerajaan tengah dirundung duka. Tadi malam Raja Nugraha wafat. Ini menimbulkan kasak kusuk di kalangan istana. Meski Pangeran Damar sudah ditahbiskan sebagai calon raja sejak berusia remaja. Namun sebagian keluarga yang tinggal di lingkungan istana mulai menunjukkan wajah sebenarnya. Mereka terang-terangan mendukung Pangeran Yudhistira, yang memang merupakan putra pertama yang dilahirkan oleh seorang selir.
Damar bukan tidak tahu hal tersebut. Karenanya setelah mengantar jenasah sang ayah menuju aula untuk menerima penghormatan terakhir dari para pejabat tinggi negara dan juga utusan negara sahabat. Ia duduk termenung di ruang semedhi. Sangat tidak nyaman berada di luar. Meski itu di lorong istana. Ia harus mengasah hati untuk bisa melihat dengan jernih siapa teman dan juga lawan.
Dulu ayahnya mengambil beberapa selir sebelum menikahi ibunya. Memiliki anak laki-laki bersama mereka. Ia tahu, bahwa para pendukung Yudhistira berniat melakukan perebutan kekuasaan. Bukan karena mencintai kerajaan sepenuh hati. Tetapi mencari celah untuk mendapatkan jabatan dan harta. Kerajaan memang memiliki itu semua.
Beruntung akhirnya Damar bisa berkonsentrasi dengan meditasinya. Baginya yang sudah terlatih, kematian hanya sekadar memisahkan raga dengan jiwa. Bukan akhir segalanya. Sampai kemudian merasa kalau mata bathinnya sudah siap. Kini sebuah layar terbentang dihadapannya. Sebuah pemandangan yang segera membuatnya bergidik. Damar melihat api dan air mengepung istana. Pada awalnya api menghancurkan beberapa tembok. Namun air berhasil memadamkan.
Dari sana ia tahu, bahwa kerajaan masih diselamatkan. Namun sisa-sisa kebakaran masih ada di beberapa sisi. Api padam namun bekasnya tetap ada. Mencoba mengingat setiap titik yang muncul. Ia juga melihat ada sebuah pedang yang tertancap pada sebuah dinding. Penuh darah namun tak melihat ada yang terluka. Begitu banyak hal tidak baik akan terjadi.
Merasa cukup telah melihat segala hal yang sedang terjadi di istana. Damar segera bangkit menuju luar ruangan. Namun saat akan membuka pintu, ia merasa bahwa seseorang menahan dari luar. Apakah terkunci? Pikirnya. Tapi siapa yang berani melakukan? Ini bukanlah ruangan sembarangan yang boleh di dekati apalagi disentuh. Karena dibagian dalam begitu banyak rahasia yang hanya boleh diketahui oleh raja dan putra mahkota. Termasuk gulungan daun lontar berisikan tulisan sangat rahasia antar pemimpin kerajaan.
Damar bukanlah orang baru dalam dunia penuh intrik seperti ini. Namun ia berusaha untuk tetap tenang. Lalu mengumpulkan segenap tenaga, dalam satu kali sentakan pintu itu terbuka. Ia bisa melihat beberapa prajurit terkejut dan segera menyerangnya. Kali ini tak bisa diam lagi. Dengan ringan tubuhnya menghalau mereka satu persatu. Mematahkan senjata yang ada dalam genggaman lawan. Sampai kemudian menyadari bahwa bahaya sesungguhnya berada di balik pintu depan ruang meditasi. Sebenarnya itu adalah ruang pribadi milik ayahnya, Raja Nugraha, Segera diraihnya tubuh seorang prajurit. Beberapa peluru tiba-tiba menembus dada pemuda itu. Damar menatap tajam pada saudara berbeda ibu yang juga menatapnya penuh kemarahan.
Derap langkah kaki segera terdengar. Serombongan prajurit setia memasuki area tersebut. Segera meringkus rekannya yang membelot dan buru-buru mengangkat tubuh yang bersimbah darah akibat terkena peluru. Sebagian lagi segera membersihkan darah di lantai.
"Tangkap mereka semua dan jangan ijinkan mendekat pada pemakaman ayahanda. Setelah pemakaman selesai, pengadilan istana yang akan memutuskan hukuman pada mereka. Satu hal lagi, jangan sampai berita ini terdengar oleh orang di luar istana."
Semua mengangguk. Para prajurit setia tidak percaya. Karena harus menangkap beberapa anggota keluarga kerajaan yang selama ini sangat mereka hormati. Namun semua harus tunduk pada perintah putra mahkota. Segera mereka meringkus semua orang yang ingin melakukan perebutan kekuasaan. Sebuah aturan yang jelas, bahwa pengkhianat dianggap pemberontak. Dan tidak akan memiliki tempat di dalam istana. Sebelum dibawa pergi secara terpaksa, beberapa saudara lain ibu Damar masih sempat meludah ke lantai. Sebuah tindakan yang sangat tidak sopan. Tapi Damar telah berubah menjadi orang yang sekuat mamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HIS MAJESTY/Tersedia Di PLAYSTORE/Open PO.
FantasiTentang perjalanan Nararya kecil sebagai seorang putra mahkota. Rasa sepi karena tidak memiliki teman. Bosan dengan rutinitas. Hingga kerap menyelinap ke luar istana. Tentang Nararya remaja, yang jatuh cinta pada Agni, putri penjaga istal. Gadis lem...