EPILOGUE ; Evanescent

102 51 299
                                    

          "𝐒𝐞𝐥𝐚𝐦𝐚𝐭, 𝐭𝐞𝐫𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐚𝐧𝐚𝐤 𝐦𝐚𝐧𝐮𝐬𝐢𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠       𝐦𝐞𝐧𝐠𝐡𝐚𝐧𝐜𝐮𝐫𝐤𝐚𝐧 𝐤𝐞𝐡𝐢𝐝𝐮𝐩𝐚𝐧𝐤𝐮 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐫𝐢𝐧𝐠𝐤𝐢𝐡 𝐢𝐧𝐢,    𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐤𝐮 𝐝𝐨'𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐤𝐞𝐦𝐛𝐚𝐥𝐢 𝐚𝐠𝐚𝐫 𝐤𝐚𝐥𝐢𝐚𝐧 𝐦𝐞𝐫𝐚𝐬𝐚𝐤...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

          "𝐒𝐞𝐥𝐚𝐦𝐚𝐭, 𝐭𝐞𝐫𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐚𝐧𝐚𝐤 𝐦𝐚𝐧𝐮𝐬𝐢𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠   
   𝐦𝐞𝐧𝐠𝐡𝐚𝐧𝐜𝐮𝐫𝐤𝐚𝐧 𝐤𝐞𝐡𝐢𝐝𝐮𝐩𝐚𝐧𝐤𝐮 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐫𝐢𝐧𝐠𝐤𝐢𝐡 𝐢𝐧𝐢,
   𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐤𝐮 𝐝𝐨'𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐤𝐞𝐦𝐛𝐚𝐥𝐢 𝐚𝐠𝐚𝐫 𝐤𝐚𝐥𝐢𝐚𝐧 𝐦𝐞𝐫𝐚𝐬𝐚𝐤𝐚𝐧
                      𝐡𝐚𝐥 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐬𝐚𝐦𝐚 𝐝𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧𝐤𝐮."

                      _______________

Jauh dari kebungkamannya yang kelewat dalam menyelam pemikiran yang semakin memburuk, ia masih diterpa kemelut yang enggan beranjak barang seujung kuku, kemelut yang masih bergerak terombang-ambing menyusuri berang tertahan dalam rongga dada. Kekesalan mulai beranjak puncak pasal embaran tempo hari yang menjadi titik terburuk dalam sebuah kehidupannya dalam kungkungan bentala. Ia masih membuang sorot, memangku tumpukan ego semakin kentara, mempertahankan gelenyar kekesalan yang menjadi puncak suatu masalah terpenuhi dalam bayang-bayang tempurung kepala.

"Untuk apa kau menemuiku? Apa Ayahku yang memerintahkanku untuk—"

"Park Jimin, dengar, kita tidak punya banyak waktu lagi." Sosoknya meniti lamat eksistensi sang lawan membawa genap percikan aksara kelewat serius menjadi pemandu sebuah awal rentetan konversasi setelah lama bungkam dalam miliaran gelembung sunyi.

"Apa maksudmu? Bicaralah dengan jelas, Ryeonhee-ssi." Labiumnya mengamit decakan yang melilit diikuti laju tanjakan kekesalan menguar menggerogoti serautnya. Barangkali leburan bait sang lawan terlampau taksa untuk sekadar ia cerna satu waktu dengan pemikiran buruknya.

Agaknya ia sedikit terperanjat mendapati gemuruh kesal yang menanjak tinggi, tetapi Hong Ryeonhe jelas akan mengedepankan sebuah kumpulan validasi yang ia jangkau jauh sebelum bertandang kemari. "Kekasihmu, maksudku Min Myeongji mungkin dalam bahaya. Kau tahu dia adalah salah satu tim relawan yang akan dikirim di beberapa kota untuk menyelamatkan pemberontakan yang terjadi disana, tetapi ini jelas sebuah jebakan, Jim."

Keningnya mengarungi samudera kuriositas, banyak gelebah mengganjal yang turut mengiris rongga dada. Kendati diam-diam menyulam pongahnya, Jimin tetap merasakan ketakutan yang semakin nyata dalam kubangan asumsi. "Jangan membual, Ryeon. Jebakan? Apa yang kau katakan? Bicaralah yang benar agar aku dapat memahami intinya."

"Maksudku Ayahmu sengaja membentuk tim relawan lalu memilih Min Myeongji diantaranya untuk dikirim ke beberapa kota yang akan terjadi pemberontakan. Dan itu semua dia lakukan karena ingin melenyapkan Myeongji dengan tangannya sendiri. Alasannya dibuat agar kau tidak mengetahuinya dan seolah-olah Myeongji akan tertembak saat melawan tim militer. Jika begini, kau tidak akan tahu jika Ayahmu yang menembak Myeongji dan justru beranggapan bahwa kekasihmu itu gugur saat melakukan penyelamatan." 

𝐀 𝐖𝐈𝐒𝐇𝐈𝐍𝐆 𝐅𝐎𝐑 𝐓𝐇𝐄 𝐌𝐎𝐎𝐍𝐋𝐈𝐆𝐇𝐓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang