(2/2) Kim Namjoon - It's Pericoloso

148 66 349
                                    

    "𝐀𝐤𝐮 𝐛𝐞𝐧𝐜𝐢 𝐭𝐞𝐫𝐢𝐤𝐚𝐭 𝐤𝐞𝐛𝐞𝐧𝐚𝐫𝐚𝐧 𝐨𝐥𝐞𝐡 𝐭𝐚𝐤𝐝𝐢𝐫 𝐲𝐚𝐧𝐠       𝐡𝐚𝐧𝐲𝐚 𝐛𝐞𝐫𝐮𝐣𝐮𝐧𝐠 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐮𝐚𝐭 𝐚𝐭𝐦𝐚𝐤𝐮 𝐦𝐞𝐥𝐮𝐫𝐮𝐡 𝐝𝐢                 𝐝𝐞𝐤𝐚𝐩 𝐭𝐚𝐧𝐠𝐢𝐬 𝐬𝐮𝐧𝐲𝐢 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐢𝐫𝐮

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"𝐀𝐤𝐮 𝐛𝐞𝐧𝐜𝐢 𝐭𝐞𝐫𝐢𝐤𝐚𝐭 𝐤𝐞𝐛𝐞𝐧𝐚𝐫𝐚𝐧 𝐨𝐥𝐞𝐡 𝐭𝐚𝐤𝐝𝐢𝐫 𝐲𝐚𝐧𝐠
𝐡𝐚𝐧𝐲𝐚 𝐛𝐞𝐫𝐮𝐣𝐮𝐧𝐠 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐮𝐚𝐭 𝐚𝐭𝐦𝐚𝐤𝐮 𝐦𝐞𝐥𝐮𝐫𝐮𝐡 𝐝𝐢
𝐝𝐞𝐤𝐚𝐩 𝐭𝐚𝐧𝐠𝐢𝐬 𝐬𝐮𝐧𝐲𝐢 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐢𝐫𝐮."

                      ______________

Lembayung senja kian merangkak bergulir menyusupi kelamnya semesta yang nyaris meredup dibalik gumpalan sepekat awan kelabu yang menggantung. Hanya ada setumpuk mendung yang menginvasi membiarkan sunyi melilit raga terdiam mengukur serbuan waktu yang bergerak semakin cepat mengitari perputaran dunia. Kendati bungkamnya labium adalah sebuah hal yang benar-benar mencekik manakala membiarkan raganya tenggelam dibalik gelenyar kecanggungan memekik.

Semuanya terasa menyesakkan, sebongkah jelaganya meredup menyendu sesal diam-diam menyembunyikan sekelumit pilu yang entah berasal dari mana harus menyapa dalam ketidaksiapan. Barangkali ia mati-matian menyulam gentar, meremat labium menahan getir yang menusuk kalbu dibilik rongga dada. Ah, yang benar saja, situasi semacam ini benar-benar merumitkannya dan jelas ia sangat membenci pada pusaran pilu yang tak harus dipertahankan.

Akan tetapi, sekuat apapun sosoknya mengukir pongah, beribu sesak turut menyanubari membelenggu rasa sakit yang nyaris tak dapat tertahan lagi bila sejengkal eksistensi tak tanggap merayapi tungkainya menyusupi gravitasi yang dibaluti hening. Kendati begitu jelas Jungkook menangkap presensi julang yang nyaris terbentur pada awan tembok sesaat Namjoon menyeret raganya penuh ketergesaan. Syukurlah dia tiba tepat waktu sebelum semuanya terlepas begitu saja.

Buru-buru raganya bangkit bersamaan sekumpulan aksara yang lepas insterupsi. "Ah, Hyung, sepertinya aku harus segera pulang. Aku baru saja mendapat panggilan dari Jack bahwa ada pekerjaan yang harus kami selesaikan malam ini juga."

Barangkali tak menaruh curiga atas gelagat sang lawan yang berubah, Namjoon hanya mengangguk sebanyak dua kali sebelum menyeret sejengkal jemari melampaui pundak sang lawan. "Hm, baiklah, berhati-hatilah dalam mengemudi, kendalikan kecepatannya. Tolong titip salam kepada mereka dan katakan maaf karena aku tidak bisa bekerja sama dengan tim kalian."

"Tidak masalah, Hyung. Kami berjanji akan menyelesaikannya dengan baik. Lagipula kau harus menjaga dia sampai benar-benar pulih." Sebongkah labium Jungkook mengamit potongan simpul kelewat manis berupaya menyulam beribu langkah lantaran terlanjur banyaknya kegugupan merayapi disepanjang sisi rautnya.

Kendati melampaui satu persatu tungkai yang hendak mengamit potonyan langkah berikutnya, terserempak raganya terhenti, menetap pada derap yang tak lagi bergemeletuk manakala sebait lantunan telah membelah gendang telinga. "Tunggu, maaf, Jeon Jungkook? Apa yang sebenarnya ingin kau katakan padaku?"

𝐀 𝐖𝐈𝐒𝐇𝐈𝐍𝐆 𝐅𝐎𝐑 𝐓𝐇𝐄 𝐌𝐎𝐎𝐍𝐋𝐈𝐆𝐇𝐓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang