(2/2) Jeong Hoseok - Axiomatic

61 28 162
                                    

      "Semua orang akan menganggapku     bodoh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Semua orang akan menganggapku
bodoh. Tetapi untukku, mengetahui
kebenaran benar-benar ku benci."

______________

Dengan separuh kesadaran, ia seolah dibangkitkan dari alam kubur penuh siksa bersama gelenyar-gelenyar api yang ia sebut sebagai neraka yang nyaris membakar sekujur daksanya. Ia tetap termangu meratapi kekosongan yang kian berpusar dari bujur timur mengelilingi inti pikirannya yang telah jauh melanglang buana. Dengan kenyataan yang jelas masih terasa hamparan fatamorgana, Lee Haera kembali tenggelam pada ingatan-ingatan yang tersimpan dibalik tempurungnya. Kendati berangsur merasakan sesak menggerayangi, Lee Haera begitu kepayahan untuk sekedar menggerakan seperempat pergelangan tangannya seolah terikat tali yang begitu ingin melihatnya tersiksa.

Perihal ingatan lampau yang tiba-tiba bertandang beberapa waktu lalu sejujurnya masih menjadi sebuah misteri yang memacu adrenalin ruangan tempurungnya untuk mengobrak-abrik validasi yang barangkali masih tersembunyi kabut kelabu. Sekalipun hanya menangkap bayang buram dengan secercah cahaya remang yang jelas menjadi abu-abu, Lee Haera benar-benar mendapati kedua eksistensi yang terbujur kaku diselimuti gelenyar cairan merah pekat beserta seonggok presensi lain mengenggam sebuah benda tajam yang dapat Haera simpulkan itu adalah dalang dibalik mimpi buruknya.

Dengan membawa segenap kesadaran yang kembali merengsek kedalam raga, Lee Haera kembali menetralkan pernapasannya yang terasa mulai sempit dijerat sesak membiru yang telah menggelitik kalbu. Manakala kerlingan pupilnya berotasi memindai seruang gravitasi yang mengungkungnya, dipenghujung sana ia menemukan segenggam presensi yang terduduk dengan sorot yang masih tenggelam dalam layar ponsel genggamannya. Kendati merasakan dejavu yang tak kunjung meluruh, Lee Haera merasa seperti mengenal sosok pria yang kini telah bergerak memangkas spasi pada keadaan daksanya yang masih terduduk diatas ranjang balutan seprai putih.

"Jangan pernah memercayakan apapun kepadanya, Haera. Kau tidak pernah tahu bahwa dunia ini berbahaya sekalipun jika kau hendak berjalan. Di dunia ini penuh dengan kelicikan dan kau harus tahu itu."

Kendati apa yang sebenarnya Lee Haera tangkap adalah sebuah keterkejutan dengan frekuensi tak terkendali yang mengacak seluruh ruang pikirannya dengan tempo yang terlanjur hilang dari genggaman. Lee Haera tidak mengenal siapa pria itu dan jelas masih menjadi implisit yang belum terpecahkan pasal landasan pria itu bertandang kemari hingga mengaksarakan sebait larik.

Dengan makna ganda yang masih berulang kali ia ramu dengan inti pemikirannya yang mulai terombang-ambing kalut, Lee Haera menyulam sinisnya pada sisi labium mengerucut pongah membawa aliran nafas yang mulai berangsur menderu membentuk gelungan ombak berang. "Kau berbohong. Bedebah sepertimu pasti hanya ingin menghancurkan hidupku juga, 'kan? Kau berkata seperti ini seolah-olah ingin memperdayaku agar tidak memiliki tekad untuk hidup. Sekarang, katakan apa maumu?"

"Aku tidak pernah berbohong pada adikku sendiri, Lee Haera. Kau pikir, seorang kakak mana yang tega berbohong kepada adiknya sendiri? Aku tahu kau memang mengalami amnesia secara total. Aku memang bukan kakak kandungmu. Tetapi, kumohon, percayakan saja padaku maka semuanya akan baik-baik saja. Aku adalah Min Yoongi-mu."

𝐀 𝐖𝐈𝐒𝐇𝐈𝐍𝐆 𝐅𝐎𝐑 𝐓𝐇𝐄 𝐌𝐎𝐎𝐍𝐋𝐈𝐆𝐇𝐓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang