"Setidaknya aku hanya ingin pergi
sejauh mungkin karena aku pasti
tidak akan sanggup jika dipertemukan
kembali dengannya setelah begitu lama."________________
Rembang petang mentari yang kian merangkak dibaluri segenggam arakan awan putih kian bergerak menyusuri hiruk-pikuk semesta yang begitu padat. Bersama selempengan jendela yang terbuka, menghantarkan pekat harum bau anyelir mulai mengecup raganya membawa dersik-dersik anila menusuk epidermis. Diam beleggu bersama riuh menyentak tempurung kepala, membawa isi pikiran yang telah melanglang buana tanpa tahu kemana jalan keluar dari segala pekatnya memori usang yang masih menggenang dibalik tempo hari.
"Tuan, lihatlah! Bunga anyelirnya sangat cantik. Bolehkah aku merawatnya?"
"Sudah kubilang panggil saja namaku. Kau pikir aku setua apa sehingga kau panggil dengan kata Tuan, huh?"
"Baiklah-baiklah, Yoongi. Bolehkah aku merawat bunga anyelir didepan disamping rumahmu?"
"Tidak—"
"Ayolah, Min Yoongi. Kumohon. Ya, ya? Tenang saja, bunga anyelir tidak akan merusak fasilitas rumahmu. Akan kujamin bunga ini tumbuh dengan baik setelah aku merawatnya. Masih tidak boleh, ya?"
"Terserah. Tapi jangan salahkan aku jika aku tidak mengizinkanmu lagi untuk merawat tanaman suatu saat nanti bunga ini akan layu!"
"Tentu saja tidak! Bunga anyelir tidak akan layu dan aku akan merawatnya dengan baik. Jika seperti ini, aku semakin cinta denganmu, Min Yoongi! Terima kasih banyak!"
"Jangan berlebihan, ucapanmu terdengar menjijikan, Na."
Sederet lengkungannya menggapai simpul terlampau getir perihal memori usang yang sialan entah keberapa kalinya berusaha meneggelamkannya kembali ke dasar jurang dengan tumpukan gelenyar pedih menganga. Yoongi tidak tahu pasal dirinya yang tiba-tiba menjadi ringkih hanya sekadar mengingat memori yang terlampau menyakitkan. Lalu, manakala ia hanya berteman bungkam pun kekosongan yang masih menjerat, ia kembali menemukan sesosok pemuda julang yang telah menginvasi spasi membawa tempurung yang merunduk lekat.
Kendati tahu apa yang sebenarnya terjadi, menangkap ketakutan yang bertengger pada seraut sang lawan, decakan lidah bergemeletuk diantara langit tenggorokannya hingga memuntahkan sepenggal insterupsi "Temukan kemana perginya wanita itu. Pembayaran akan dinaikan tiga kali lipat jika kalian menemukannya dalam kurun dua hari."
"Tapi, Tuan, kita sudah melacaknya hingga—"
Manakala sang lawan hendak menumpas penolakan dengan sekujur asa yang tertelan letih meniti ibu kota tak berujung, aksara Yoongi terjun beruntun menjebaknya pada atmosfer yang mulai dicekik ketegangan kental pun. "Sudah kukatakan aku tidak peduli. Bagaimana pun caranya, kau harus mendapatkannya. Pergi dan temukan wanita itu atau aku akan memenggal kepala kalian setiap lima menit berlalu."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀 𝐖𝐈𝐒𝐇𝐈𝐍𝐆 𝐅𝐎𝐑 𝐓𝐇𝐄 𝐌𝐎𝐎𝐍𝐋𝐈𝐆𝐇𝐓
Historia Corta[BTS BIRTHDAY PROJECT 2021 - 2022 ] Nyatanya apa yang selama kuperlihatkan pada semua presensi bukan hanya kebahagiaan semata-mata, melainkan gelenyar pedih arakan luka yang mati-matian kusembunyikan agar mata dunia tahu bahwa aku adalah manusia ya...