" Ketika selalu menyelipkan satu nama di setiap doa dan seketika doa itu terkabul memenuhi setiap angan angan dan perandaian yang menjadi kenyataan "
- Zaujati haddiyatul' umri
Leron tak kuasa menahan air matanya, ia pun menangis bersamaan dengan turunnya hujan. Ia menatap kepergian khanza.
Syukurlah khanza tidak menolak ia mencarikan kendaraan untuknya pulang. Ia pun beranjak dari tempatnya dengan keadaan basah kuyup.
Leron berjalan gontai menuju mobil yang terparkir tak jauh dari tempat ia berada. Ia tak memikirkan keadaannya yang tidak bisa dibilang baik baik saja. Yang ia pikirkan hanya satu, malam ini ia akan mengirim lamaran kerumah khanza dan keputusannya sudah bulat dan tidak bisa di gangu gugat.
Pikiran leron saat ini kalut dan amat kacau, hatinya sesak dan amat sakit. Ingin rasanya ia menghilangkan rasa sakitnya saat ini. Namun tidak bisa.Semua rasa sakit akan membekas di hatinya. Akan tetapi leron percaya bahwa Allah Maha menghilangkan segala rasa sakit. Dan ia pun berharap bahwa rasa sakitnya akan hilang dengan sendirinya atas izin Allah.
Dan pada akhirnya leron dihadapkan dengan dua pilihan, memilih keegoisan cintanya atau mengikhlaskannya, hingga ia di buat bimbang oleh keduanya.
Di lain tempat khanza telah sampai di depan pekarangan rumahnya. Ia pun membereskan penampilannya yang terlihat kacau. Wajah sembabnya ia tutupi dengan masker. Ia pun segera beranjak dari tempatnya dan mengucapkan terimakasih kepada sang sopir taxi yang telah mengantarkannya dengan selamat dan masih utuh.
Tepat di depan pintu khanza menghela napas panjang. Semoga saja tidak ada yang menyadari wajah sembabnya. Harapnya.
Setelah sekian detik ia berdiri di depan pintu akhirnya ia memberanikan diri masuk ke dalam rumah.
"Assalamu'alaikum.... "
Terdengar jawaban dari arah dapur.
"Wa'alaikumussalam... Kakak kemana aja kok telat pulang? Alisa khawatir tau, mana telepon kakak nggak aktif lagi"
Khanza hanya tersenyum kecil mendengar gerutuan sang adik khalisa naadhira. Khanza tau betul, khalisa itu over protective terhadap dirinya. Kakak harus ini kakak gak boleh itu dan lain sebagainya. Namun Khanza amat bersyukur mempunyai adik seperti khalisa yang super perhatian dan selalu mementingkan urusan kakaknya ketimbang urusannya sendiri.
" Tadi dibutik Kakak banyak pelanggannya dek jadi kakak terlambat pulang" Khanza terpaksa harus berbohong agar khalisa tidak mengetahui hal yang sebenarnya.
" Lain kali kakak kabari Alisa kalau pulang terlambat, jangan bikin Alisa khawatir kak" Rengek khalisa.
" Heheh iya maap maap, lagian kakak udah izin kok ke ayah. Emangnya ayah nggak ngasih tau ya? "
" Nggak.. Kalau Ayah ngasih tau Alisa nggak bakal uring uringan kesana kemari dari tadi" Ucap khalisa merajuk.
" Sudah sudah, kakaknya disuruh ganti baju dulu ya sayang kasian tuh bajunya lumayan basah, takutnya nanti malah masuk angin lagi" Lerai khaila bundanya Khanza dan khalisa.
"Lagian ini baru jam 3 sore kok sayang, kakak telat 20 menit saja kamu khawatirnya melebihi bunda, sebegitu sayangnya ya sama kakak? " Kekeh khaila.
" Iya bun Alisa sayang sama kakak, tapi sayangnya Alisa lebih besar ke bunda kok, tenang aja ya bun, bunda nggak usah merasa tersaingi " Canda khalisa.
Khaila hanya bisa tersenyum lembut mendengar celotehan putri keduanya.
***
Semenjak khanza pulang tadi, khalisa menangkap ada yang aneh dari kakaknya. Ia melihat kearah mata kakaknya yang terlihat seperti habis menangis. Tetapi ia memilih bungkam. ia paham kakaknya saat ini membutuhkan privasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
zaujati hadiyyatul 'umri (Hiatus)
Teen FictionSepasang luka yang saling menyembuhkan.... Sepasang luka berakhir saling mencintai... . . . . Pernikahan adalah moment bahagia bagi setiap orang terkecuali Khalisa naadhira. Dihari pernikahannya ia harus merasakan sakit teramat dalam. Pernikahan...