matt [8] i like the star

28 6 21
                                    

matteo berjalan dengan sangat amat lambat memegang perut yang sangat amat sakit, dengan darah segar yang bercucuran di kening, pelipis mata, dan sudut bibir matteo.

Matteo memegangi perutnya yang entah sakit yang sudah tercampur, lambung nya terasa sangat amat perih dan beberapa luka memar biru di bagian perut matteo.

Kepala matteo terasa amat berat, dan otaknya hanya terus mengulang semua memori yang terjadi 1 jam yang lalu.

'anak sialan kamu matteo!'

'ANAK HARAM!'

'GA BERGUNA!'

'MATI!!'

'MATI KAMU MATTEO!'

'saya harap kamu mati dengan tenang matteo! Mati dalam keadan tak ada satu pun orang yang peduli sama kamu!'

'saya pastikan tidak ada satu pun orang yang akan berada di sisi kamu sampai akhir!"

Matteo terduduk karena sudah amat tidak kuat berjalan tanpa tujuan, yang matteo ingin kan hanya pergi sejauh mungkin dari rumah sialan itu.

"mamah" ringisnya.

"mamah"

"mah matteo mah" matteo terus menerus memukul dadanya yang terasa amat sesak.

"mamah"

"matteo cuma mau bahagia, dan hidup sebagai anak pada umumnya"

"apa itu salah juga" ucap matteo, buliran demi buliran air yang menggenang di mata cantik milik matteo.

Matta yang sangat indah seperti bintang sirius yang paling terang menerangi seluruh semesta ini.

"tuhan, ambil matteo ya?"

"capek banget tuhan"

Matteo cuma mau main sama temen, belajar dengan seperlunya, matteo juga pingin badannya bagus kaya anak anak yang lain. Matteo jelek banyak luka dan memar tuhan.

Matteo mau perut matteo ngerasain masakan mamah yang enak, matteo mau tau rasanya di elus kepalanya sama mamah. Matteo mau di peluk mamah. Kenapa susah banget tuhan.

Matteo mau hati matteo tenang, ga pernah merasa iri sama ka gibran atau ka jay. Matteo juga mau di bilang anak mamah sama kaya kakak.

"anak mamah"

"mamah bangga sama kamu"

"matteo anak yang kuat kan?"

"sabar ya nak"

Kapan matteo bisa mendengar kalimat itu dari mamah tuhan. Matteo capek. Matteo sakit.

"mamah"

Matteo menatap langit yang di penuhi bintang pada malam itu. Dengan isakan demi isakan yang masih terus keluar dari bibir milik matteo.

Air mata yang menjadi saksi bagaimana tersiksanya matteo. Untuk malam ini matteo menangis dengan sangat amat kencang. Membiarkan seluruh semesta tahu bahwa matteo ingin cepat cepat mewujudkan mimpinya.

marzenie || Park SunghoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang