LIMA

1.2K 182 27
                                    

"Permisi," Reynald mengangkat kepalanya, menaikkan sebelah alisnya ketika melihat seseorang yang berdiri di hadapannya.

"Ada perlu apa?" Tanya Reynald sambil kembali fokus dengan pekerjaannya yang ada di laptop. Ia menatap tajam orang itu yang dengan seenaknya duduk di depannya bahkan tanpa meminta izin padanya.

"Tidak ada, hanya ingin menemanimu. Sendiri kan?" Reynald memilih untuk tak menjawab pertanyaan orang itu dan fokus pada pekerjaannya.

"Kau kenapa dingin sekali, Ketua BEM?"

"Bukan urusanmu."

"Well, kau menarik, dan aku tertarik. Aku Meira, semester 7 dari fakultas sastra inggris."

Reynald merapikan barang-barangnya dan bersiap untuk pergi.

"Hei, aku ikut!" Reynald menatap lengannya yang di tahan oleh orang itu.

"Lepaskan."

"Tidak."

"Jangan sampai aku berbuat kasar padamu."

"I don't care." Sedetik kemudian Reynald menepis tangan lentik itu dengan kasar dan memberikan tatapan tajamnya.

"Bisa jangan berbuat seperti itu? Kau terlihat...murahan." Setelah itu Reynald keluar dari cafe tersebut dan kembali ke kampus.

"Reynald! Rey!" Reynald yang baru saja memarkirkan motornya terkejut ketika mendengar ada yang memanggilnya.

"Kenapa, Cup?" Reynald meletakkan helmnya di atas motornya.

"Angkasa..." Tanpa mendengar ucapan Ucup yang selanjutnya, Reynald langsung berlari menuju ke kelas Angkasa. Jantungnya berdegup dengan kencang. Perasaannya tiba-tiba tidak tenang.

Reynald sampai di kelas Angkasa, tapi keadaannya kosong. Ia kembali berlari menuju ke toilet yang ada di lantai itu, tetap tidak ada. Ia kembali turun dan berlari menuju kantin, tapi sepi.

"Aksa, lu dimana anjing?!" Reynald mencoba menghubungi Jero, Martin, Jepri dan juga Jepin, tapi tetap saja tak ada yang tau dimana Angkasa.

"R....Rey..." Reynald menatap pintu gudang yang ada di belakangnya. Sayup-sayup ia mendengar suara dari dalam sana. Dan ia jelas tau siapa pemilik suara itu. Ia mencoba membuka pintu gudang, tapi terkunci. Ia segera menghubungi penjaga untuk memintanya membawakan kunci gudang. Jabatannya sebagai Ketua BEM menguntungkannya disaat seperti saat ini.

"Terima kasih banyak, pak." Reynald membuka pintu gudang dengan tergesa-gesa.

"Aksa!" Reynald berlari menghampiri Angkasa yang terikat di salah satu pilar yang ada di gudang.

"Aksa! Aksa buka mata lu!" Reynald mengguncang tubuh Angkasa yang terkulai lemah. Dengan segera ia melepas ikatan di tubuh Angkasa.

"Pak, tolong periksa seluruh tempat, saya akan bayar bapak berapapun asal pelakunya tertangkap. Saya akan minta teman-teman saya membantu bapak."

"Baik, nak Reynald, akan segera saya laksanakan."

"Terima kasih banyak, pak." Dengan segera Reynald menggendong tubuh Angkasa dan membawanya menuju ke parkiran melewati jalan belakang agar tidak ada yang melihat keadaan Angkasa.

"Angkasa!"

"Jep, gua pinjem mobil lu. Dan tolong bantu pak Ridwan untuk cari siapa pelaku yang bikin Aksa jadi begini."

"Sip. Lu hati-hati, jangan sampai lu juga kenapa-napa." Jepri memberikan kunci mobilnya. Reynald segera memasukkan Angkasa ke mobil dan ia segera pergi ke rumah sakit.

Sesampainya di rumah sakit, Angkasa langsung di bawa ke ICU. Reynald menunggu di depan ICU tidak tenang.

"Anjing." Reynald menghantam tembok dengan kepalan tangannya.

My Bestie (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang