Hati dan Ilusi 🖤

32 4 1
                                    

            Kenapa sore ini tetap tidak menjadi sejarah bagiku, hanya rasa pahit yang aku dapatkan, rasa sayang perlahan menghilang,
entah, bagaimana setelah ini hubungan kita berjalan. Minggu ke - 3 pun tiba, seperti biasa bangun dan ada acara stand, kalian tau lah kebiasaanku di pagi hari, akan tetapi sekarang yang telat adalah Yudhis, dia bilang
" kadang hidup berat, aku yang berjuang, aku juga yang di tinggalkan", aku hampir menangis mendengar kata - katanya saat itu, apakah memang hubungan ini hanya permainan seoerti yang dikatakan Hilda, hari demi hari Raina mulai menjauh, setiap kali aku mengajak pergi atau pulang bareng, dia mencari alasan seperti " kalau misalnya aku pulang bareng, ngga enak sama teman - teman stand aku" dan lain sebagainya, kenapa dia berbeda ketika aku mengucapkan sebuah angka kehidupan, sebegitu pentingkah angka dalam cinta. Hari Sabtu dimana aku mulai memberanikan diri untuk mengajaknya jalan - jalan,
" Rain, temenin aku dong jalan - jalan sama temen - temenku"
" sama temen - temen mu?"
" iya"
" ga nyambung lah, aku nnt kyk jadi paling tua sendiri", aku mulai berhenti mengetik, resah, risih, bingung, sepertinya dia memang benar - benar ingin pisah, aku galau sehingga aku mencari tempat cafe, namanya " SPARKLING", biasanya orang datang buat pacaran, hujan menemaniku disana, suasana itu membantuku menjernihkan sebuah penjelasan tentang angka kehidupan, didepan ku tepat ada sebuah kursi kecil dengan atap seperti tempat pemberhentian bis di pinggir jalan, aku melihat sosok wanita berjalan dengan prianya, sang pria dengan tulus menutupi wanita dengan jaketnya karna hujan seperti dilan, mereka berdua duduk di tempat itu, aku melihatnya di temani oleh  lagu "Sementara sendiri", aku melihatnya sekilas, wanita itu seperti Raina, aku langsung mencoba nelpon dia, saat itu berdering, aku melihat wanita itu lagi, wanita itu membuka hpnya dan telunjuknya, telunjuknya menyeret dari kiri ke kanan tepat di hpnya,
" panggilan di tolak", aku melihat wanita itu lagi dengan jelas, dia adalah Raina, aku tidak langsung bertindak, aku hanya diam, menahan rasa pedih sendirian, sosok pria itu mencium dahi Raina,
" Tuhan apa yang engkau rencanakan" kata hatiku, aku hanya bisa menangis, aku butuh Devi, aku benar - benar butuh,
" apakah harus begini prosesnya" batinku, seketika aku langsung pulang, dengan air mata serta air hujan, tanpa pikir kesehatan menuju perjalanan pulang, sesampai didepan stand
" pic, dingin lo" kata Adi, aku berada di luar stand
" tidak ada yang lebih dingin dari pada kehilangan pelukan" jawabku, hatiku....
" yaudah kalau ngga dingin, tapi hujan pic, bisa sakit"  lanjutnya
" bukan hujan , itu hanya kenangan yang jatuh bersamaan" jawabku, malam hari aku benar - benar tidak bisa berkata apa - apa, aku harus hadapi sendiri, pendam sendiri, karna aku udah dewasa, candra dan cakrawala telah menjadi saksi bahwa aku benar - benar merasakan patah hati, jari kelingking ku juga menjadi saksi bahwa yang awalnya katanya cinta kita amerta, ternyata hanya sebatas ucapan diatas lidah, mataku juga menjadi saksi bahwa aku telah melihatnya dia dengannya dan akulah yang menjadi saksi, bahwa aku bukan lagi untuknya.

            Hari ini adalah hari minggu, hari yang biasanya disukai semua orang ,kali ini sebaliknya untukku, yang biasanya kipas angin yg mengenaiku serta hawa dingin yang membuatku bangun, kini tidak, hanya penyesalan yang selalu membuat ku bangun, kenapa penyesalan selalu diakhir penempatannya,
" pic, sini" kata Adi
" apa"
" jangan bilang ke Nopal tapi" katanya
" iya"
" kemarin Nopal jalan sama cewekmu, ke cafe " SPARKLING" tau ngga?" Katanya
" i...ya tau" kenapa, kenapa!!!, kenapa laki - laki itu yang menemani hari - hariku, memang kalau seorang laki - laki ngga banyak basa - basi, langsung beraksi, hari itu aku langsung menge - chat Raina
" Raina"
" apa pic"
" sekarang temui aku di gang depan"
" aku mager pic" alasannya
"  cepet!!"
" iya - iya", aku berada di gang itu, dimana kisah ku dimulai, dan mungkin dimana kisahku berakhir, sosok wanita itu datang, Raina
" kenapa ngajak kesini?" Tanyanya dengan polosnya mengatakan seperti itu
" kamu udah ada orang lain?" Tanyaku , to the poin
" nggak pic, aku nggak ada orang lain"
" yakin?"
" yakin lah" bohongnya
" ngga mungkin, jujur aja kalau kamu udah ada orang lain"
" kalau aku jujur, kamu terima?"
" masalah terima atau nggak, yang terpenting dalam suatu hubungan adalah kejujuran rain"
" iya..., aku ada orang lain" sebuah kepastian
" ternyata yang jahat itu bukan orang ketiga ya, kamunya aja yang jahat, pake buka hati ke dia" rasa kesal ku pun, ku ucapkan
" yaudah lah, se enggaknya aku udah pernah berjuang lalu terbuang, dan tergantikan seseorang yang sekarang kau panggil sayang" lanjut ku, air kenangan mulai berjatuhan
" Opic, aku minta maaf, kamu bisa kok melepasku secara perlahan" katanya
" melepas itu perkara yang sulit tapi mempertahankan yang harus dilepas itu perkara yang sakit" malaikat pun mengikuti kesedihan hatiku kala itu, iya, ini adalah sejarah bagiku, gang itu pun bersejarah bagiku ternyata ngga hanya menjadi saksi sekedar canda tawa dan kisah ku dengan Raina, juga rasa sakit yang memisahkan ku dengannya, terima kasih gang kecil, bermakna walau keliatan tak berguna.

ANGKA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang