Malem-malem gini mah enaknya nongkrong di balkon sambil dengerin lagu ballad ya guys.
Sama kayak yang lagi dilakuin Nara, cewek itu udah satu jam nongkrong di balkon kamarnya, Nara lagi stress karna bentar lagi mama sama papanya bakal pulang ke rumah setelah sekian lama.
Bukannya ga bahagia denger kabar kepulangan orang tuanya, dia cuma pusing mikir kata-kata apa yang cocok buat menyambut mereka, dan gimana nyusun kalimat yang pas buat dia jelasin ke David, jelasin siapa mamanya, dan hal lainnya yang tentu aja belum pernah David rasain.
'Hahhh'
Helaan nafas berat itu udah beberapa kali keluar dari mulut Nara, padahal ini udah jam 9 malem, tapi Nara masih betah duduk di pinggiran pager pembatas balkon kamarnya, Nara juga cuma pake baju kaos panjang warna putih polos dan celana training item dengan garis warna putih di bagian samping, tapi Nara sama sekali ga ngerasa kedinginan.
Nara juga sengaja dengerin lagu dari boyband kpop kesukaannya, nct dream-rainbow, lagu itu tuh favoritnya Nara dan GC squad.
"Kudu ngomong apa gue nanti huffftthh" Nara.
Puk
"Eh anjir bangsat!" Nara.
"Ahaha kagetnya biasa aja dong mbak haha" Hasan
"Kaget setan!" Nara.
Haikal ketawa ngakak liat si kembaran yang berusaha menormalkan kembali nafas dan detak jantungnya karna abis dia kagetin.
Haikal lama-lama capek juga liat si Nara duduk ngelamun di balkon, bisa aja besok pagi kembarannya ini sakit gegara begadang di balkon.
"Lo gausah pusing gitu napa dah, gue jadi ikut pusing liatnya, santai dong dek santai" Haikal.
"Lo enak bisa santai, gue mana bisa anjir" Nara.
"Udahlah biar gue yang ngomong ke mama, lo cukup jelasin ke David kalo si kakak cantik di ruang tamu itu sebenernya mamanya dia" Haikal.
"Gue takut aja, nanti mama sedih karna David belum bisa nerima dia, kaya ga tau aja adek lo kek gimana anaknya" Nara.
"Ya pelan-pelan juga bakal tau dia, namanya ikatan batin emak ama anak tuh ga ada tandingannya" Haikal.
Nara diam ga menanggapi, adanya si kembaran ga bikin dia merasa lebih baik, justru si Haikal tambah bikin dia pusing dengan segala celotehan ga gunanya.
"Alah dari pada lo pening gini, mending tidur aja yok sama gua" Haikal.
Haikal menaik-turunkan alisnya, berniat menggoda Nara, tapi malah pukulan kecil yang dia dapat.
"Dih ogah, ntar gue diilerin lagi" Nara.
Nara beranjak dari posisinya dan berjalan pergi meninggalkan Haikal yang masih terkekeh di balkon.
"Heh maksud gua tuh kita tidur bertiga sama si David juga elah, jan geer deh lo"
Bisa Haikal dengar decakan kesel si adek kembarnya, suka banget ya si Haikal ini bikin kembarannya kesel sama dia.
…
Hal yang sama juga dilakukan oleh Karin, duduk di balkon sambil memandang keatas langit yang bertabur bintang.
Tapi Karin ga sendirian, ada Chenle yang nemenin dia, mereka berdua lagi ngadu ke langit kalau mereka rindu sama mama.
"Dek" Karin.
Chenle noleh sambil mengangkat alisnya.
"Kenapa?" Chenle.
"Coba liat bintang yang paling terang itu" Karin.
Telunjuk Karin menunjuk bintang yang paling besar juga paling terang diantara yang lain.
"Bintang itu tuh mama dek" Karin.
"Gimana bisa kakak tau?"Chenle.
Chenle menatap bintang itu dengan mata penuh harap, sembari membayangkan mamanya yang tersenyum indah disana.
"Liat tuh, mama lagi senyum ke kita, mama pasti lagi kangen kita" Karin.
Karin merangkul bahu adeknya, bersama mereka berdua menatap bintang yang indah itu, dan masih terus membayangkan senyuman mama yang paling indah di dunia.
"Ma... Lele kangen, kapan-kapan main ya ke mimpi Lele, aku pengen peluk mama" Chenle.
Chenle memeluk dirinya sendiri, menahan tangis yang sedari tadi ditahannya, menghabiskan waktu dengan memandang bintang-bintang membuatnya selalu teringat dengan sosok mamanya.
Karin ga bisa liat adeknya yang selalu nangis kalo bahas soal mama, soalnya Lele tuh anak yang paling deket sama mama, dan saat mama dinyatakan meninggal dunia, Lele adalah orang yang paling kehilangan.
Karin perahan memeluk adeknya dengan lembut, tangannya juga dengan telaten menyisir rambut Chenle yang agak berantakan karna terkena angin malam.
Sedangkan di dekat pintu kamar Karin, ada Devano yang lagi berdiri menyenderkan badannya di tembok sembari melipat kedua tangannya di depan dada.
Pemandangan di depannya ini bukan beberapa kali terjadi melainkan sangat sering terjadi, hampir setiap malam minggu pasti kayak gini.
Devano ga bohong kalo dia memang kepengen ikut pelukan sama adek-adeknya sambil nangis dan mencurahkan segala kerinduannya, tapi dia itu seorang kakak, yang harus menguatkan adek-adeknya disaat mereka lagi terpuruk kayak gini.
Perlahan Devano berjalan menghampiri sepasang kakak beradik yang lagi pelukan di balkon kamar Karin.
Devano rengkuh kedua adeknya sekaligus, memberi kekuatan ke mereka agar bisa terus bertahan dan kuat walau tanpa sosok mama yang mendampingi mereka.
"Udah dong acara nangisnya, abang punya kabar bagus nih" ucap Devano memcahkan keheningan.
Chenle mendongakkan kepalanya, dan terlihatlah hidung dan mata yang merah karna nangis.
"Hiks kabar apa? Hiks hiks"
Masih sesenggukan, tapi Chenle memaksakannya, karna penasaran sama berita gembira yang bentar lagi terucap dari bibir si bang Doy.
"Kabarnya, minggu depan papa bakal pulang, agak lama kayaknya, sampe sebulan disini" Devano.
"Alhamdulillah" ucap Karin dan Chenle secara bersamaan.
"Kalian manfaatin waktu sebulan itu untuk berbahagia bareng papa ya, jangan nakal" Devano.
Kedua adeknya mengangguk lucu, membuat Devano gemas sendiri.
"Hihh ini anak siapa sih berdua, gemes banget heran abang tuh" Devano.
"Anaknya papa sama mama lah, masa anak pungut" Karin.
"Lagian emang ada anak pungut seimut kita, ya kak" Chenle.
Chenle menghapus air mata dan ingus menggunakan bajunya, membuat kedua kakaknya jadi menatap jijik ke arahnya.
"Itu di kamar kakak ada tisu loh dek, kenapa harus pake baju sih, jorok banget" Karin.
"Ya suka suka Lele lah" Chenle.
"Heh udh gausah ribut, udah malem nih, bobo yuk, bareng bareng di kamar abang" Devano.
Devano menggiring kedua adeknya untuk keluar dari kamar Karin dan menuju ke kamarnya, malam ini pasti akan menjadi malam yang panjang, karena Devano akan mendengarkan segala cerita keluhan dari adek adeknya sebelum tidur nanti.
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Girl's Cool Squad
Teen Fictionkisah keseharian enam sahabat yang bersama-sama melewati masa-masa sulit. Saling menguatkan satu sama lain, saling memberi semangat dan harapan bahwa suatu saat nanti mereka pasti akan merasakan kembali kasih sayang seorang mama dan papa. "Jadi kita...