Jika ditanya, siapa yang membuat Nara merasa sangat lelah? Maka jawabannya adalah David.
Mungkin David memang orang yang paling ia sayangi, namun David juga menjadi pembuat luka yang paling sakit bagi Nara.
Bukan karna David melakukan suatu hal yang menyiksa Nara, tapi karna merawat dan membesarkan David hanya dengan kasih sayangnya dan Haikal itu lah yang membuat hati Nara sakit.
Setiap kali David bertanya soal foto kakak cantik di ruang tamu itu, hati Nara bagaikan dihujam ribuan anak panah, adiknya yang masih kecil dan polos itu harus merasakan kesepian ditinggal orang tuanya terutama sang mama, bahkan sejak usia 40 hari pun David hanya diasuh oleh Nara dan Haikal, dengan sedikit bantuan asisten rumah tangganya, walaupun David diasuh langsung oleh mamanya ketika pulang kerumah beberapa waktu lalu, namun itu hanya berlaku seminggu, lalu selanjutnya kewajiban itu kembali diserahkan penuh ke Nara dan Haikal.
Semua itu sangat membebani keduanya, karna mereka dituntut untuk lebih dewasa dan menjadi orang tua yang baik untuk David di umur mereka yang masih sangat muda.
"Heh ngapain lo?! Ngelamun bae malem malem, kesambet tau rasa lo" Haikal.
Nara hanya diam menghembuskan nafas berat lalu menutup matanya, kembali menikmati hembusan angin malam yang menusuk tulang.
Ini sudah dini hari sekitar pukul 1 pagi, namun Nara sama sekali belum menutup matanya hanya sekedar untuk beristirahat dan menghilangkan penat.
"Ra?"
"Nara?"
"Hey kok nangis sih? Adek lo ga kesambet beneran kan?" Haikal.
Haikal mencolek bahu Nara dari belakang, lalu samar samar tubuh ringkih itu bergetar, tanda si empu sedang menangis menahan sakit dan kejamnya semesta kepadanya.
Mengetahui itu Haikal langsung memeluk adik kembarnya, menyalurkan kehangatannya kepada tubuh dingin Nara yang mungkin sebentar lagi akan demam karna terlalu banyak terkena angin malam.
"Kenapa lagi hm? Sini cerita ke abang" Haikal.
"Gapapa, cuma kepikiran David kaya biasa" Nara.
"Udah ya jangan terlalu dipikirin, nanti pasti ada jalan keluarnya" Haikal.
Lalu Nara menyenderkan kepalanya pada bahu lebar Haikal sembari memandangi bulan dan langit penuh bintang malam itu.
Mereka hanya menyebut diri sebagai abang-adek itu disaat saat yang sedang serius seperti ini, sisanya hanya kalimat umpatan dan teriakan bernada tinggi yang biasa mereka ucapkan.
…
"Adek kok belum tidur? Ini udah jam 2 pagi loh dek" Agam.
Agam terkejut saat membuka pintu kamar adik angkatnya itu, soalnya kamarnya sangat berantakan dengan banyak kertas berserakan di sekitar ranjang dengan Dina yang duduk di depan pintu kaca balkon kamarnya.
"Kenapa hm? Adek ga bisa tidur lagi?" Agam.
"E-eh ini kenapa dahinya dek? Kok berdarah?" Agam.
Agam mengusap dahi Dina yang mengalirkan darah, setelah itu beranjak dan mengambil kotak obat di atas laci nakas di samping tempat tidur Dina.
Dengan telaten Agam membersihkan dan mengobati luka itu dengan sangat hati hati agar Dina tidak terlalu kesakitan.
"Sshhh aw pelan pelan mas" Dina.
"Oke maap, tapi kenapa bisa kayak gini?" Agam.
Dina menundukkan kepalanya lalu memandangi kakinya yang bersila, sedikit takut jika Agam marah ketika ia menceritakan kejadiannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Girl's Cool Squad
Teen Fictionkisah keseharian enam sahabat yang bersama-sama melewati masa-masa sulit. Saling menguatkan satu sama lain, saling memberi semangat dan harapan bahwa suatu saat nanti mereka pasti akan merasakan kembali kasih sayang seorang mama dan papa. "Jadi kita...